Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6282 | 18 Nov 2024
Klinis : Inkontinensia urin Inkontinensia fekal Kehilangan kemampuan untuk mengenali dorongan buang air, mengingat letak kamar mandi, atau bahkan tidak menyadari kebutuhannya untuk buang air.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, mari kita bahas kondisi yang Anda sampaikan dengan lebih rinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Inkontinensia Urin
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi inkontinensia urin adalah:
a. Inkontinensia Urin: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja, mengakibatkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
b. Risiko Inkontinensia Urin: Rentan mengalami pengeluaran urin yang tidak disengaja, yang dapat menimbulkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
2. Inkontinensia Fekal
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi inkontinensia fekal adalah:
a. Inkontinensia Fekal: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja, mengakibatkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
b. Risiko Inkontinensia Fekal: Rentan mengalami pengeluaran feses yang tidak disengaja, yang dapat menimbulkan masalah fisik, sosial, dan higienis.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
a. Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
b. Risiko Defisit Perawatan Diri: Rentan mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Inkontinensia Urin
a. Kontrol Inkontinensia: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja.
b. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi iritasi akibat inkontinensia.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia.
2. Inkontinensia Fekal
a. Kontrol Inkontinensia: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja.
b. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi iritasi akibat inkontinensia.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
a. Perawatan Diri: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri.
b. Kemandirian: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) tanpa bantuan orang lain.
c. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat ketidakmampuan melakukan perawatan diri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Inkontinensia Urin
a. Manajemen Inkontinensia: Intervensi untuk membantu pasien mengendalikan pengeluaran urin yang tidak disengaja, misalnya dengan latihan kontraksi otot dasar panggul, bladder training, dan pemberian alat bantu.
b. Perawatan Kulit: Intervensi untuk menjaga integritas dan mencegah iritasi kulit akibat inkontinensia, misalnya dengan menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan penggunaan produk penyerap urin.
2. Inkontinensia Fekal
a. Manajemen Inkontinensia: Intervensi untuk membantu pasien mengendalikan pengeluaran feses yang tidak disengaja, misalnya dengan latihan kontraksi otot dasar panggul, toilet training, dan pemberian alat bantu.
b. Perawatan Kulit: Intervensi untuk menjaga integritas dan mencegah iritasi kulit akibat inkontinensia, misalnya dengan menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat inkontinensia, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan penggunaan produk penyerap feses.
3. Kehilangan Kemampuan untuk Mengenali Dorongan Buang Air, Mengingat Letak Kamar Mandi, atau Tidak Menyadari Kebutuhan Buang Air
a. Pelatihan Perawatan Diri: Intervensi untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (buang air besar/kecil) secara mandiri, misalnya dengan latihan, bantuan, dan penggunaan alat bantu.
b. Promosi Kemandirian: Intervensi untuk mendorong dan memfasilitasi kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri, misalnya dengan edukasi, pendampingan, dan penyediaan lingkungan yang mendukung.
c. Manajemen Kenyamanan: Intervensi untuk membantu pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa tidak nyaman akibat ketidakmampuan melakukan perawatan diri, misalnya dengan edukasi, dukungan psikologis, dan pemberian alat bantu.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi spesifik pasien, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai kemandirian, kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 6283 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke UGD SHND tgl 15-11-2024 pkl 02.39 WITA dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 30 menit yll (pk 02.00) mendadak saat pasien tidur, karena nyeri dada pasien batuk. nyeri dada kiri menjalar hingga ke punggung. sempat keringat dingin di rumah, mual + namun tidak ada muntah. GCS: 15 TD: 130/80 mmHg N: 90 x/mnt T: 36 ^C R: 22 x/mnt Sat O2: 99%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik: Melaporkan nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, skala nyeri, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah nyeri, gelisah.
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan dalam kehidupan.
Karakteristik: Gelisah, sulit tidur, mual, keringat dingin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
- Kontrol Nyeri: Pasien mampu mengontrol nyeri dada kiri yang dirasakan.
- Kenyamanan: Pasien merasakan kenyamanan setelah intervensi keperawatan.
2. Kecemasan
- Tingkat Kecemasan Terkontrol: Pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
- Perilaku Tenang: Pasien menunjukkan perilaku yang tenang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
- Manajemen Nyeri: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik sesuai indikasi, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi).
- Manajemen Aktivitas: Atur aktivitas sesuai toleransi pasien, bantu pasien beristirahat.
2. Kecemasan
- Manajemen Kecemasan: Identifikasi penyebab kecemasan, fasilitasi pasien untuk mengekspresikan perasaan, ajarkan teknik relaksasi, berikan dukungan emosional.
- Peningkatan Koping: Identifikasi strategi koping yang efektif, bantu pasien mengembangkan rencana koping, dorong partisipasi aktif dalam perawatan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dan "Kecemasan" sesuai dengan kondisi pasien yang datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung serta gejala kecemasan seperti keringat dingin dan mual. Luaran/output yang diharapkan adalah pasien dapat mengontrol nyeri dan kecemasan yang dirasakan, serta mencapai kenyamanan dan perilaku yang tenang. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, manajemen aktivitas, manajemen kecemasan, dan peningkatan koping untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya secara komprehensif. -
Article No. 6284 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke UGD SHND tgl 15-11-2024 pkl 02.39 WITA dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 30 menit yll (pk 02.00) mendadak saat pasien tidur, karena nyeri dada pasien batuk. nyeri dada kiri menjalar hingga ke punggung. sempat keringat dingin di rumah, mual + namun tidak ada muntah. GCS: 15 TD: 130/80 mmHg N: 90 x/mnt T: 36 ^C R: 22 x/mnt Sat O2: 99%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Agen cedera fisik (infark miokard).
- Karakteristik: Nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, nyeri diperparah oleh batuk.
- Gejala Pendukung: Keringat dingin, mual.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah pasien menunjukkan pengurangan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, yang meliputi pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, dan evaluasi efektivitas intervensi.
2. Risiko Perfusi Jaringan Jantung Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi oksigen ke jantung, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jantung.
SDKI:
- Penyebab: Infark miokard.
- Faktor Risiko: Nyeri dada, keringat dingin.
SLKI:
- Tujuan: Pasien dapat mempertahankan fungsi jantung yang optimal.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung.
SIKI:
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan sesuai indikasi, dan edukasi pasien dan keluarga.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, disertai gejala seperti keringat dingin dan mual. Hal ini mengarah pada diagnosa keperawatan Nyeri Akut dan Risiko Perfusi Jaringan Jantung Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi, serta edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 6285 | 18 Nov 2024
Klinis : An. A 8 tahun, suku jawa, Beragama islam diantarkan orangtuanya ke Rumah Sakit Pelita Indah dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya, dan tampak meringis. Bp. A mengatakan nyerinya timbul akibat An. A memanjat pohon
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah analisis komprehensif untuk kondisi An. A yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi An. A adalah "Nyeri akut" (00132). Diagnosa ini mencakup pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh An. A akibat cedera pada tulang kering setelah memanjat pohon.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat nyeri menurun: Kriteria hasil yang diharapkan adalah An. A dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dari skala 7 (saat ini) menjadi skala 3 atau kurang dalam waktu 2 hari.
2. Perilaku untuk mengendalikan nyeri meningkat: Kriteria hasil yang diharapkan adalah An. A dapat mendemonstrasikan penggunaan setidaknya 2 strategi untuk mengurangi nyeri (misalnya, teknik relaksasi, kompres dingin) secara mandiri dalam waktu 1 hari.
3. Istirahat dan tidur yang adekuat: Kriteria hasil yang diharapkan adalah An. A dapat tidur tanpa terbangun akibat nyeri selama 6-8 jam per malam dalam waktu 2 hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai (misalnya, analgesik, antiinflamasi).
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres dingin, distraksi, relaksasi, dan imajinasi terbimbing.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi intervensi sebdiperlukan.
2. Manajemen Aktivitas (0200)
- Kaji kemampuan An. A untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan keterbatasan yang dialami akibat nyeri.
- Berikan bantuan atau modifikasi aktivitas sesuai dengan tingkat nyeri An. A.
- Ajarkan An. A dan keluarga teknik-teknik untuk menghemat energi dan mencegah kelelahan.
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang adekuat dengan memantau pola tidur An. A.
3. Peningkatan Koping (5230)
- Bantu An. A dan keluarga untuk mengidentifikasi dan menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi nyeri.
- Fasilitasi komunikasi terbuka antara An. A dan keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran terkait nyeri.
- Berikan dukungan emosional dan informasional kepada An. A dan keluarga mengenai proses penyembuhan dan manajemen nyeri.
- Kolaborasi dengan ahli psikologi anak jika diperlukan untuk membantu An. A dalam mengembangkan strategi koping yang lebih efektif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan An. A dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan dalam mengelola nyeri, serta pemulihan tidur dan istirahat yang adekuat. -
Article No. 6286 | 18 Nov 2024
Klinis : Data Subjektif: Ny. Mila merasa bayi sulit melekat dan sering menangis saat menyusu. Ny. Mila merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas. Ny. Mila khawatir bayi tidak mendapatkan cukup ASI. Data Objektif: Perlekatan bayi mudah terlepas saat menyusu. Bayi rewel setelah menyusu dalam waktu singkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang dialami oleh Ny. Mila.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui (Ineffective Breastfeeding)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Menyusui adalah ketidakmampuan ibu dan bayi untuk mempertahankan pola menyusui yang memuaskan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ibu menunjukkan teknik menyusui yang efektif
2. Bayi menunjukkan perilaku menyusui yang efektif
3. Ibu melaporkan kepuasan dengan proses menyusui
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Evaluasi proses menyusui
2. Ajarkan teknik menyusui yang benar
3. Dukung upaya menyusui
4. Berikan edukasi tentang manfaat dan teknik menyusui
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, Ny. Mila mengalami Ketidakefektifan Menyusui. Hal ini ditandai dengan bayi yang sulit melekat, sering menangis saat menyusu, serta aliran ASI yang tidak konsisten. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah mengevaluasi proses menyusui, mengajarkan teknik menyusui yang benar, mendukung upaya menyusui, dan memberikan edukasi tentang manfaat serta teknik menyusui yang efektif. Tujuannya adalah agar ibu dan bayi dapat mempertahankan pola menyusui yang memuaskan. -
Article No. 6287 | 18 Nov 2024
Klinis : Data Objektif: - Bayi rewel setelah menyusu dalam waktu singkat Data Subjektif: - Ny. Mila merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Menyusu
Penjelasan:
Berdasarkan data objektif dan subjektif yang Anda berikan, pasien Ny. Mila dan bayinya mengalami Ketidakefektifan Pola Menyusu, yang merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai.
Ketidakefektifan Pola Menyusu didefinisikan sebagai ketidakmampuan bayi untuk mengisap, menghisap, atau menelan ASI secara efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien Ny. Mila dan bayinya terkait Ketidakefektifan Pola Menyusu antara lain:
- Bayi rewel setelah menyusu dalam waktu singkat
- Aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien Ny. Mila dan bayinya adalah:
- Bayi dapat menyusu dengan efektif
- Bayi dapat menghisap dan menelan ASI dengan baik
- Ibu dapat mempertahankan produksi ASI yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Pola Menyusu pada pasien Ny. Mila dan bayinya antara lain:
- Observasi dan monitoring pola menyusu bayi
- Edukasi kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli laktasi) untuk membantu ibu dan bayi
Dalam menerapkan asuhan keperawatan, perawat perlu memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk memastikan kualitas pelayanan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6288 | 18 Nov 2024
Klinis : Data Objektif: - Perlekatan bayi mudah terlepas saat menyusu Data Subjektif: - Ny. Mila merasa bayi sulit melekat dan sering menangis saat menyusu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Menyusu
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Menyusu didefinisikan sebagai ketidakmampuan bayi untuk melekat dan/atau mengisap pada payudara ibu secara efektif sehingga kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi. Kondisi ini ditandai dengan perlekatan bayi yang mudah terlepas saat menyusu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis Ketidakefektifan Menyusu adalah bayi dapat melekat dan mengisap payudara ibu secara efektif, serta tercapainya kebutuhan nutrisi bayi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakefektifan Menyusu antara lain:
1. Fasilitasi Menyusu: Membantu ibu dalam teknik menyusui yang benar, seperti posisi dan perlekatan bayi.
2. Edukasi Menyusu: Memberikan edukasi kepada ibu tentang manfaat, teknik, dan cara mengatasi masalah menyusu.
3. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli laktasi, untuk menangani masalah menyusu yang kompleks.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Ny. Mila dapat memperoleh dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah menyusu pada bayinya. -
Article No. 6289 | 18 Nov 2024
Klinis : Data Subjektif: - Ny. Mila khawatir bayi tidak mendapatkan cukup ASI.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang dialami oleh Ny. Mila:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Produksi ASI (NANDA-I)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk memproduksi volume ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
- Faktor Terkait: Kecemasan ibu, stres, persepsi kurang terhadap kemampuan memproduksi ASI, dan kurangnya dukungan sosial.
- Gejala dan Tanda: Ibu merasa ASI tidak cukup, bayi menangis saat menyusu, bayi tampak gelisah, dan berat badan bayi tidak sesuai dengan usia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Ibu mampu memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
- Indikator:
a. Ibu dapat mengenali tanda-tanda bayi lapar.
b. Ibu dapat menyusui bayi sesuai kebutuhan.
c. Ibu dapat memompa ASI secara teratur.
d. Berat badan bayi meningkat sesuai usia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Laktasi: Mengajarkan teknik menyusui yang benar, memfasilitasi produksi ASI, dan membantu ibu memompa ASI.
b. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan, mengatasi kecemasan, dan membangun kepercayaan diri ibu.
c. Edukasi Gizi: Memberikan informasi tentang nutrisi ibu menyusui dan cara meningkatkan produksi ASI.
d. Kolaborasi: Bekerja sama dengan dokter atau ahli laktasi untuk mengatasi masalah produksi ASI.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. Mila adalah Ketidakefektifan Produksi ASI, dengan intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen laktasi, dukungan emosional, edukasi gizi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk membantu meningkatkan produksi ASI. -
Article No. 6290 | 18 Nov 2024
Klinis : DS: Bp. A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging,dan telur. DO: An. A tampak lemah dan lesu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Defisit Nutrisi r/t Pembatasan Asupan Makanan
Data Subjektif: Bp. A mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
Data Objektif: An. A tampak lemah dan lesu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi Adekuat
- Klien dapat mengonsumsi makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
- Klien menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia dan status pertumbuhan.
- Klien menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji riwayat diet, alergi, dan preferensi makanan klien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi klien.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Pantau asupan dan output nutrisi klien secara berkala.
- Berikan makanan tambahan atau suplemen yang sesuai jika diperlukan.
2. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
- Lakukan pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh) secara rutin.
- Pantau pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya.
- Dokumentasikan hasil pengukuran dan perubahan yang terjadi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengevaluasi status gizi klien.
3. Manajemen Energi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi energi klien, seperti aktivitas, pola tidur, dan stres.
- Bantu klien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk meningkatkan energi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi kondisi klien yang memengaruhi energi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Defisit Nutrisi r/t Pembatasan Asupan Makanan" dipilih karena data subjektif menunjukkan bahwa An. A dilarang mengonsumsi makanan tertentu, seperti ikan, daging, dan telur. Hal ini dapat menyebabkan risiko defisit nutrisi, yang ditandai dengan gejala lemah dan lesu (data objektif).
Luaran/output yang diharapkan adalah agar An. A dapat mengonsumsi makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hariannya, sehingga dapat menunjukkan peningkatan berat badan, energi, dan aktivitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nutrisi, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta manajemen energi. Tujuannya adalah untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat, memantau status gizi, dan meningkatkan energi klien. -
Article No. 6291 | 18 Nov 2024
Klinis : . Data Objektif: - Bayi rewel setelah menyusu dalam waktu singkat Data Subjektif: - Ny. Mila merasa aliran ASI hanya deras di awal menyusui, lalu berkurang, sehingga bayi tampak tidak puas..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan menyusui
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan menyusui didefinisikan sebagai ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah bayi dapat menyusu dengan efektif, ditandai dengan bayi menyusu dengan kuat, ibu merasa ASI mengalir lancar, dan bayi tampak puas setelah menyusu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Memastikan posisi menyusui yang benar
2. Mengajarkan teknik menyusui yang efektif
3. Memantau tanda-tanda bayi menyusu dengan efektif
4. Memberikan edukasi kepada ibu tentang managemen laktasi
5. Merujuk ke konselor laktasi atau ahli gizi apabila diperlukan
Dalam kasus ini, Ny. Mila mengalami penurunan aliran ASI setelah beberapa saat menyusui, sehingga bayi tampak tidak puas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memastikan posisi dan teknik menyusui yang benar, serta memberikan edukasi tentang manajemen laktasi agar produksi ASI dapat meningkat dan menyusui menjadi lebih efektif.