Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18552 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan defisit nutrisi berdasarkan DATA SUBYEKTIF mulai kehilangan nafsu makan dan minum merasa sangat lemas pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan ? DATA OBYEKTIF mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg Pasien tampak tampak lemah, bibir kering terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah Konjungtiva anemis Terdapat stomatitis Lidah kotor Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi Warna kulit pucat Turgor kulit buruk tidak elastis Rambut tampak rontok dan tidak baik Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas Asupan cairan: ±1000 cc/hari Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas Kabiven 1000 ml/hari Hemoglobin: P2: 9,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul tampilkan DS DO yang sesuai aja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai data subjektif dan objektif yang relevan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(SDKI Code: B.1.1)*
#### **Data yang Mendukung**
**Subjektif (DS):**
- Mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
- Hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
- Sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, dan dibakar.
- Merasa sangat lemas, mual, dan perut tidak nyaman.
**Objektif (DO):**
- Penurunan berat badan signifikan (50 kg ? 39 kg).
- Bibir kering, stomatitis, lidah kotor, sariawan.
- Turgor kulit buruk, rambut rontok.
- Konjungtiva anemis, Hb 9,1 g/dL (anemia).
- Asupan cairan hanya ±1000 cc/hari.
#### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode: L.1.1.1** *(Status Nutrisi Membaik)*
- Kriteria:
- Peningkatan berat badan progresif.
- Asupan nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan.
- Penyembuhan lesi oral (sariawan/stomatitis).
#### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode: I.1.1.1** *(Manajemen Nutrisi)*
- Intervensi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet tinggi kalori-protein (1900 kkal).
- Pantau asupan makanan/cairan harian.
- Berikan edukasi jenis makanan yang dianjurkan/dihindari.
- Lakukan perawatan mulut (oral hygiene) untuk stomatitis.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
**Gangguan Pola Tidur** *(SDKI Code: B.5.1)*
#### **Data yang Mendukung**
**Subjektif (DS):**
- Hanya tidur 3 jam/malam, sering terbangun karena nyeri perut.
- Tidak puas dengan kualitas tidur, merasa tidak berdaya.
**Objektif (DO):**
- Aktivitas dibatasi, tampak lemah.
#### **SLKI**
- **Kode: L.5.1.1** *(Kualitas Tidur Meningkat)*
- Kriteria:
- Durasi tidur ?6 jam/hari.
- Pasien melaporkan perasaan segar setelah bangun.
#### **SIKI**
- **Kode: I.5.1.1** *(Manajemen Nyeri dan Higiene Tidur)*
- Intervensi:
- Atur posisi nyaman untuk mengurangi nyeri perut.
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
- Edukasi teknik relaksasi sebelum tidur.
---
### **Catatan Akademis**
1. **Prioritas:** Defisit nutrisi menjadi fokus utama karena dampak sistemik (penurunan berat badan, anemia, gangguan imunitas).
2. **Keterkaitan:** Gangguan tidur memperburuk defisit nutrisi akibat peningkatan katabolisme dan stres psikologis.
3. **Evidence-Based:** Intervensi nutrisi dan manajemen nyeri didukung literatur (NANDA-I dan PPNI, 2023).
Format ini memenuhi standar dokumentasi keperawatan Indonesia dengan pendekatan holistik (biopsikososial). -
Article No. 18553 | 14 Jun 2025
Klinis : Menggunakan tabel 3 kolom (no, Aspek Pengkajian, Temuan) Temuan disesuaikan dengan kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah tabel 3 kolom dengan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
| No | Aspek Pengkajian | Temuan |
|---|------------------|--------|
| 1 | Pola Tidur | Klien mengalami kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur. Klien mengeluh sering terbangun di malam hari dan merasa lelah saat bangun di pagi hari. |
| Diagnosa Keperawatan | Gangguan Pola Tidur (00198) |
| SDKI | Gangguan Pola Tidur: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari |
| SLKI | Tidur: Kemampuan untuk memulai dan mempertahankan tidur yang adekuat |
| SIKI | Manajemen Tidur: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat |
| No | Aspek Pengkajian | Temuan |
|---|------------------|--------|
| 2 | Integritas Kulit | Klien mengalami luka tekan pada daerah sakrum dengan skor Braden 14. Kulit terlihat pucat, kering, dan terdapat kemerahan pada daerah luka. |
| Diagnosa Keperawatan | Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00047) |
| SDKI | Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Rentan terhadap perubahan pada kulit dan membran mukosa yang dapat mengganggu fungsi normal |
| SLKI | Integritas Kulit: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit yang normal |
| SIKI | Perawatan Luka: Intervensi untuk memfasilitasi penyembuhan luka |
| No | Aspek Pengkajian | Temuan |
|---|------------------|--------|
| 3 | Manajemen Nutrisi | Klien mengeluh nafsu makan menurun dan berat badan turun 5 kg dalam 1 bulan terakhir. Klien tampak kurus dan lemah. |
| Diagnosa Keperawatan | Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) |
| SDKI | Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik |
| SLKI | Nutrisi: Kemampuan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhan nutrisi |
| SIKI | Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi |
Catatan: Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI diambil dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 18554 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan NYERI KRONIS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • tampilkan DS DO yang sesuai aja yang lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Nyeri Kronis (SDKI: B.3.1.1)**
**Data Subjektif:**
- Nyeri perut selama ±3 bulan, memberat saat malam/aktivitas (skala 6/10), digambarkan seperti "diperas".
- Nyeri dipicu aktivitas berlebihan dan asites, disertai perut tegang/kaku.
- Sulit tidur (hanya 3 jam/malam), sering terbangun akibat nyeri.
- Gangguan aktivitas sehari-hari, lemas, nafsu makan menurun.
- Sesak napas saat nyeri muncul.
**Data Objektif:**
- Ekspresi wajah meringis, mengerutkan dahi, gelisah.
- Perut keras saat palpasi, asites (lingkar perut 88 cm), massa multikistik 82×76 mm.
- Tanda vital: RR 22x/menit (dangkal), TD 130/90 mmHg.
- Terapi analgesik (Tramal supp, Profonid).
**Penjelasan SDKI:**
**B.3.1.1 Nyeri Kronis** ? Pengalaman sensori/emosional tidak nyaman akibat kerusakan jaringan aktual/potensial, berlangsung >3 bulan.
**SLKI:**
- **B.3.1.1.1** Kontrol nyeri tercapai (target: skala nyeri ?3/10).
- **B.3.1.1.2** Kualitas tidur membaik (tidur ?6 jam/malam tanpa gangguan).
**SIKI:**
- **B.3.1.1.1.1** Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- **B.3.1.1.1.2** Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
- **B.3.1.1.2.1** Atur posisi nyaman (semi-Fowler) untuk mengurangi tekanan abdomen.
---
**2. Gangguan Pola Tidur (SDKI: J.4.1.1)**
**Data Subjektif:**
- Tidur hanya 3 jam/malam, sering terbangun karena nyeri.
- Tidak puas dengan kualitas tidur, merasa lelah.
**Data Objektif:**
- Tampak lemas, lingkaran hitam di mata, konjungtiva anemis.
**Penjelasan SDKI:**
**J.4.1.1 Gangguan Pola Tidur** ? Perubahan durasi, kualitas, atau ritme tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
**SLKI:**
- **J.4.1.1.1** Durasi tidur meningkat (?6 jam/malam).
- **J.4.1.1.2** Pasien melaporkan perasaan segar setelah bangun.
**SIKI:**
- **J.4.1.1.1.1** Ciptakan lingkungan tidur tenang (reduksi cahaya, kebisingan).
- **J.4.1.1.1.2** Anjurkan teknik relaksasi sebelum tidur.
---
**3. Ansietas (SDKI: L.1.1.1)**
**Data Subjektif:**
- Khawatir akan masa depan, takut meninggalkan anak, merasa tidak berdaya.
- Stres mengganggu pemahaman edukasi kesehatan.
**Data Objektif:**
- Tampak gelisah, bingung saat diajak bicara, tidak kontak mata.
**Penjelasan SDKI:**
**L.1.1.1 Ansietas** ? Perasaan tidak nyaman akibat ancaman yang tidak spesifik.
**SLKI:**
- **L.1.1.1.1** Pasien mampu mengidentifikasi strategi koping efektif.
- **L.1.1.1.2** Ekspresi verbal ansietas menurun.
**SIKI:**
- **L.1.1.1.1.1** Dengarkan keluhan pasien dengan empati.
- **L.1.1.1.1.2** Libatkan keluarga (anak) dalam dukungan emosional.
---
**4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: C.3.1.1)**
**Data Subjektif:**
- Nafsu makan menurun, hanya makan 2x/hari, tidak suka buah/susu.
- Riwayat konsumsi makanan pedas/berminyak.
**Data Objektif:**
- Penurunan BB dari 50 kg ? 39 kg, turgor kulit buruk, stomatitis.
- Hb rendah (9,1–11,2 g/dl), leukopenia (2,8–3,7 Rb/ul).
**Penjelasan SDKI:**
**C.3.1.1 Ketidakseimbangan Nutrisi** ? Asupan tidak memenuhi kebutuhan metabolik.
**SLKI:**
- **C.3.1.1.1** Peningkatan berat badan (target: +0,5 kg/minggu).
- **C.3.1.1.2** Asupan kalori tercapai 1900 kkal/hari.
**SIKI:**
- **C.3.1.1.1.1** Berikan diet tinggi protein/kalori dalam porsi kecil-sering.
- **C.3.1.1.1.2** Kolaborasi pemberian suplemen (Neurobion, Kabiven).
---
**5. Intoleransi Aktivitas (SDKI: F.1.1.1)**
**Data Subjektif:**
- Lemas, aktivitas dibantu anak, nyeri sendi saat aktivitas berlebihan.
**Data Objektif:**
- Kekuatan otot menurun, denyut nadi lemah (85x/menit).
**Penjelasan SDKI:**
**F.1.1.1 Intoleransi Aktivitas** ? Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan suplai/ kebutuhan oksigen.
**SLKI:**
- **F.1.1.1.1** Pasien mampu melakukan aktivitas ringan dengan bantuan.
- **F.1.1.1.2** Tanda vital stabil selama aktivitas (nadi <100x/menit).
**SIKI:**
- **F.1.1.1.1.1** Rencanakan aktivitas bertahap dengan periode istirahat.
---
**Catatan:**
- Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu **PPNI Edisi 2017-2020**.
- Intervensi disesuaikan dengan **data dominan** (nyeri, nutrisi, ansietas).
- Kolaborasi multidisiplin (gizi, psikolog) diperlukan untuk penanganan holistik.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). _Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)_.
- PPNI. (2018). _Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)_.
- PPNI. (2019). _Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)_.
Format RTF terlampir. -
Article No. 18555 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • tampilkan DS DO yang sesuai aja yang lengkap
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, data subjektif dan objektif, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi pasien yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Nutrisi
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang berlangsung selama ±3 bulan terakhir.
2. Nyeri semakin memberat, disertai perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa perdarahan vagina.
3. Tiga minggu sebelum masuk RS pasien tidak dapat buang air kecil.
4. Pasien mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
5. Pasien merasa sangat lemas.
6. Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Nyeri digambarkan seperti "diperas", di abdomen, skala 6/10, terus-menerus, memberat saat malam atau aktivitas.
7. Pasien merasakan sesak napas saat nyeri datang.
8. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
9. Pasien hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
10. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
11. Pasien sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus.
12. Pasien merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
14. Pasien memiliki riwayat penyakit NOK dan efusi pleura.
15. Pasien sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya.
16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang berarti.
17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
18. Pasien berharap kondisi kesehatannya membaik dan dapat kembali beraktivitas normal, serta dapat mengendalikan penyakitnya agar tidak membahayakan nyawanya.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta takut akan masa depannya yang tidak pasti.
20. Pasien merasa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
21. Pasien takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya.
22. Pasien sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar.
23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan.
Data Objektif:
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Pasien tampak kebingungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat.
4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, dan tidak melihat ke arah lawan bicara.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertai asites.
7. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
8. Pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg.
9. Asupan cairan pasien ±1000 cc/hari.
10. Konjungtiva anemis.
11. Keadaan umum baik, Compos mentis.
12. RR: 22x/menit, kedalaman dangkal.
13. Nadi: 85x/menit, denyut lemah, TD: 130/90 mmHg, kulit pucat.
14. Terdapat stomatitis, lidah kotor, bising usus: 12x/menit, asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi.
15. Kulit pucat, turgor kulit buruk tidak elastis, rambut tampak rontok dan tidak baik.
16. Kekuatan otot lemah, aktivitas masih dibantu anak.
17. Suhu: 36,8°C.
18. Abdomen membesar, asites, lingkar perut 88 cm, perut keras saat palpasi, bunyi timpani saat perkusi, massa multikistik ±82 x 76 mm, bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus.
19. Laboratorium:
- Hemoglobin: 10,8 g/dl, 9,1 g/dl, 11,2 g/dl, 11,1 g/dl
- Leukosit: 2,8 Rb/ul, 3,3 Rb/ul, 3,4 Rb/ul, 3,7 Rb/ul
- Trombosit: 130 Rb/ul, 105 Rb/ul
- Eritrosit: 3,64 Rb/ul, 3,77 Rb/ul
- Monosit: 1%, 11%
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Adekuasi Asupan Nutrisi
2. Keseimbangan Cairan
3. Pemulihan Fisiologis
4. Kenyamanan Fisik
5. Pengelolaan Nyeri
6. Fungsi Aktivitas
7. Integritas Jaringan
8. Citra Diri
9. Kontrol Perilaku
10. Harapan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun dan mengoptimalkan diet pasien
- Fasilitasi asupan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan pasien
- Monitoring asupan dan output cairan pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
2. Manajemen Cairan
- Kaji status cairan pasien
- Monitor intake dan output cairan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan sesuai kebutuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
3. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Monitor efektivitas terapi nyeri
4. Peningkatan Kenyamanan
- Kaji faktor-faktor yang mengganggu kenyamanan pasien
- Lakukan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis -
Article No. 18556 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah DEFISIT NUTRISI.
Definisi Defisit Nutrisi:
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Data Subjektif (DS):
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang semakin memberat, disertai perut terasa tegang dan kaku tanpa perdarahan vagina.
2. Pasien mengalami kesulitan buang air kecil sejak 3 minggu sebelum masuk RS.
3. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan minum.
4. Pasien merasa sangat lemah.
5. Pasien mengeluhkan mual dan rasa tidak nyaman di perut.
6. Pasien hanya dapat tidur 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
7. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
8. Pasien hanya makan 2 kali sehari dan tidak menyukai buah serta susu.
Data Objektif (DO):
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak lemah, bibir kering, konjungtiva anemis, dan turgor kulit buruk.
3. Terdapat stomatitis dan lidah kotor.
4. Bising usus 12x/menit.
5. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi.
6. Hemoglobin menurun dari 10,8 g/dl menjadi 9,1 g/dl.
7. Leukosit menurun dari 2,8 Rb/ul menjadi 3,3 Rb/ul.
8. Trombosit menurun dari 130 Rb/ul menjadi 105 Rb/ul.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Terjaga
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, berat badan stabil, input-output cairan seimbang.
2. Status Nutrisi: Membaik
- Indikator: Nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, kadar hemoglobin dan albumin dalam batas normal.
3. Pengetahuan: Meningkat
- Indikator: Pasien dapat menyebutkan pentingnya nutrisi yang cukup, dapat menyebutkan makanan yang sehat, dan menerapkan pola makan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang cukup dan pola makan yang sehat
- Pantau asupan nutrisi dan keseimbangan cairan pasien
2. Manajemen Nyeri
- Kaji nyeri pasien secara komprehensif
- Berikan terapi farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari untuk mengurangi nyeri
3. Manajemen Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik dan mental pasien dalam melakukan aktivitas
- Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Kolaborasi dengan ahli rehabilitasi untuk rencana aktivitas
4. Dukungan Psikologis
- Kaji kondisi psikologis pasien
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
- Kolaborasi dengan ahli psikolog/psikiater jika diperlukan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi nutrisi pasien dapat membaik, sehingga pasien dapat mencapai keseimbangan cairan, status nutrisi yang optimal, dan peningkatan pengetahuan terkait pentingnya nutrisi yang cukup. -
Article No. 18557 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah DEFISIT NUTRISI yang berhubungan dengan anoreksia, mual, dan nyeri akut.
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan nafsu makan dan minum menurun.
2. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
3. Pasien mengatakan hanya mampu makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
4. Pasien merasa sangat lemas.
Data Objektif:
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
3. Konjungtiva anemis.
4. Bising usus 12x/menit.
5. Turgor kulit buruk, tidak elastis.
6. Rambut tampak rontok dan tidak baik.
7. Hemoglobin turun dari 10,8 g/dL menjadi 9,1 g/dL.
8. Leukosit turun dari 2,8 Rb/ul menjadi 3,3 Rb/ul.
9. Trombosit turun dari 130 Rb/ul menjadi 105 Rb/ul.
Gejala dan Tanda Mayor:
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan.
2. Kram/nyeri abdomen.
3. Nafsu makan menurun.
Objektif:
1. Bising usus hiperaktif.
2. Otot pengunyah lemah.
3. Otot menelan lemah.
4. Membran mukosa pucat.
5. Sariawan.
6. Serum albumin turun.
7. Rambut rontok berlebihan.
8. Diare.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Peningkatan Asupan Makanan
2. Cairan: Keseimbangan Cairan
3. Integritas Jaringan: Perbaikan Jaringan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status gizi pasien, termasuk pola makan, preferensi makanan, dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Lakukan pengkajian antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dll.) secara berkala.
c. Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan status gizi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
e. Pantau asupan makanan dan cairan pasien, serta evaluasi keberhasilan intervensi.
2. Manajemen Cairan
a. Kaji status cairan pasien, termasuk pola eliminasi, tanda-tanda dehidrasi, dan kemampuan pasien dalam mempertahankan keseimbangan cairan.
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menetapkan kebutuhan cairan pasien.
d. Pantau intake dan output cairan pasien secara cermat.
e. Lakukan intervensi untuk memfasilitasi asupan cairan yang adekuat, seperti pemberian infus atau obat-obatan.
3. Manajemen Integritas Jaringan
a. Kaji kondisi kulit, membran mukosa, dan jaringan lain yang mungkin terganggu akibat defisit nutrisi.
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga integritas jaringan.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menetapkan intervensi yang diperlukan untuk memperbaiki integritas jaringan.
d. Lakukan perawatan kulit dan mukosa secara rutin untuk mencegah komplikasi.
e. Pantau dan evaluasi secara berkala perkembangan integritas jaringan pasien.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan asupan nutrisi, mempertahankan keseimbangan cairan, dan memperbaiki integritas jaringan, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih optimal. -
Article No. 18558 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah DEFISIT NUTRISI.
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil.
4. Mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
5. Merasa sangat lemas.
17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
18. Berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
Data Objektif:
1. Mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
7. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
10. Konjungtiva anemis.
15. Bising usus: 12x/menit.
16. Warna kulit pucat.
17. Turgor kulit buruk tidak elastis.
18. Rambut tampak rontok dan tidak baik.
Gejala dan Tanda Mayor:
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
- Cepat kenyang setelah makan.
- Kram/nyeri abdomen.
- Nafsu makan menurun.
Objektif:
- Bising usus hiperaktif.
- Otot pengunyah lemah.
- Otot menelan lemah.
- Membran mukosa pucat.
- Sariawan.
- Serum albumin turun.
- Rambut rontok berlebihan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
2. Pemulihan Status Nutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Lakukan pengkajian status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pantau asupan makan dan minum pasien.
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang.
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
2. Pemantauan Nutrisi
- Timbang berat badan pasien secara rutin.
- Pantau kadar laboratorium yang terkait dengan status nutrisi.
- Evaluasi perubahan status nutrisi pasien.
- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyesuaian intervensi nutrisi.
Penatalaksanaan Farmakologi:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Catatan:
Penatalaksanaan farmakologi diberikan untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami pasien, seperti nyeri, mual, dan perubahan hematologi. Namun, intervensi keperawatan utama tetap difokuskan pada pengelolaan nutrisi pasien. -
Article No. 18559 | 14 Jun 2025
Klinis : Resiko tidakkeseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami risiko untuk mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00003 Asupan Nutrisi: Keadaan di mana individu dapat mengkonsumsi nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode: 00194 Status Nutrisi: Keadaan di mana individu menunjukkan status nutrisi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00044 Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk mengatur dan memantau asupan nutrisi individu.
Kode: 00119 Edukasi Gizi: Tindakan untuk memberikan informasi tentang gizi yang sehat dan kebutuhan nutrisi individu.
Penjelasan singkat:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi adalah keadaan di mana individu mengalami risiko untuk mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, kondisi fisik, psikologis, atau sosial ekonomi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan edukasi gizi untuk memastikan individu dapat mengkonsumsi nutrisi yang dibutuhkan dan mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 18560 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah INTOLERANSI AKTIVITAS.
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil.
4. Mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
5. Merasa sangat lemas.
6. Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites).
7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang.
8. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
9. Hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
10. Mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
11. Sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut.
12. Merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
21. Takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya.
Data Objektif:
1. Mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Klien tampak kebingungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya.
4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertai asites.
7. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
17. Kekuatan otot menurun, pasien masih dibantu oleh anaknya dalam melakukan aktivitas, dan ada pembatasan aktivitas.
Terapi Obat:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Berdasarkan data subjektif dan objektif di atas, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah INTOLERANSI AKTIVITAS yang ditandai dengan:
1. Penurunan berat badan yang signifikan.
2. Nyeri perut yang semakin memberat, disertai dengan pembesaran perut (asites) dan sesak napas.
3. Gangguan pola tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus.
4. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Perasaan lemah, tidak berdaya, dan takut akan masa depan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang ditandai dengan:
a. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Pasien mampu meningkatkan durasi istirahat dan tidur.
c. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
d. Pasien mampu mengontrol nyeri perut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
a. Kaji kapasitas dan toleransi aktivitas pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menyusun program aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien.
d. Ajarkan teknik manajemen energi (misalnya, perencanaan aktivitas, istirahat yang cukup).
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri pasien.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri yang dirasakan pasien.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya, relaksasi, distraksi).
3. Peningkatan Tidur
a. Kaji pola tidur pasien.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola gangguan tidur.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur.
4. Dukungan Emosional
a. Kaji tingkat kecemasan dan kekhawatiran pasien.
b. Berikan empati dan dukungan emosional.
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
d. Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang adaptif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, manajemen nyeri yang efektif, perbaikan pola tidur, serta peningkatan dukungan emosional, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 18561 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang semakin memberat dan disertai perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
2. Pasien tidak dapat buang air kecil selama tiga minggu sebelum masuk rumah sakit.
3. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan minum.
4. Pasien merasa sangat lemas.
5. Nyeri perut dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites).
6. Nyeri digambarkan seperti "diperas".
7. Pasien mengalami sesak napas saat nyeri datang.
8. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
9. Pasien hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
10. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
11. Pasien sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan.
12. Pasien merasa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
20. Pasien merasa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
21. Pasien takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya.
Data Objektif:
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Pasien tampak kebingungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat.
4. Pasien tampak bingung, gelisah, dan tidak melihat ke arah lawan bicara.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertai asites.
17.a. Kekuatan otot pasien menurun.
17.b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas.
Terapi Obat:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Kualitas Tidur Membaik
3. Kontrol Nyeri Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
a. Identifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
b. Bantu pasien untuk merencanakan dan melakukan aktivitas yang aman
c. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
d. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan pasien
2. Manajemen Istirahat dan Tidur
a. Identifikasi pola tidur pasien
b. Fasilitasi lingkungan yang nyaman untuk tidur
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur
d. Bantu pasien mengatur jadwal istirahat dan aktivitas
3. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri pasien (PQRST)
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik yang sesuai
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (distraksi, relaksasi, dsb.)
d. Pantau efektivitas tindakan penanganan nyeri
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas dipilih berdasarkan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan bahwa pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat keluhan fisik seperti nyeri perut, sesak napas, dan rasa lemah yang dirasakan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk karena nyeri yang terus-menerus dirasakan. Kondisi ini memberikan dampak negatif pada fisik, mental, dan psikososial pasien.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan kualitas tidur, dan kontrol nyeri yang membaik. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen istirahat dan tidur, serta manajemen nyeri. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas yang aman, meningkatkan kualitas tidur, dan mengelola nyeri yang dirasakan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional pasien dan kualitas hidup.