Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6360 | 19 Nov 2024
Klinis : KASUS KANKER MK. ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF Tn. Mahdad pria berusia 58 tahun dirawat di Ruangan rawat inap penyakit Bedah RSU A sejak satu hari yang lalu. Pasien masuk RS melalui UGD karena hematuria total, nyeri difus pada penis, uretroragia, retensi urin kandung kemih yang berhubungan dengan rectorragie dan anemia. Satu minggu sebelum masuk RS, pasien mengatakan mengalami disuria dengan onset yang tertunda dan nokturia yang terdiri dari empat kali elevasi nokturnal. Hal ini menyebabkan pasien tidak puas BAK, inkontinensia urin, tidak bisa tidur nyenyak, tidur 3-4 jam/hari, sering sakit kepala dan tidak lagi bekerja seperti biasanya. Saat disuria, pasien minum air panas, mengompres hangat pada symphisis pubis dan minum obat acetamynophen. Pasien sudah terdiagnosa adenokarsinoma prostat sejak 10 bulan yang lalu. Pada dua bulan terakhir, Pasien tidak pernah kontrol ke dokter dan tidak lagi minum obat-obatan. Pasien mengatakan sudah bosan minum obat terus dan tidak mau kemoterapi. Pasien mengatakan ia melakukan terapi bekam dan akupuntur ke terapis tradiosional sejak 3 bulan terakhir. Hasil Pemeriksaan hari pertama rawat inap didapatkan data sebagai berikut : BB 69 kg, TB 173 cm., , skala nyeri 7-8. Kesadaran compos mentis, tampak bersih, tampak pucat, tampak lemah, tampak sakit sedang, tampak tidur dengan semifowler. Kepala utuh, simetris, sklera ikterik dan tampak lingkaran hallo, konjungtiva anemis. Terpasang nasal kanul dengan O2 3 liter/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung, bunyi paru vesikuler, tidak ada rales, ronchi maupun wheezing, tidak ada retraksi dada, respirasi 24 kali/menit, SaO2 100% dengan oksigen. TD 145/86 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit , suhu tubuh 38,2 C denyut nadi reguler, BJ I lub, BJ II dub, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada peningkatan JVP, denyut nadi carotis kuat dan reguler, tidak ada hematoma, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada trombhoplebitis, terpasang IVFD RL 20 gtt di vena radialis dextra. Wajah, bibir, konjungtiva dan akral tampak anemis, CRT 4 detik, tidak ada clubbing finger, akral teraba hangat. Bibir kering dan anemis, tercium halitosis, rongga mulut dan gigi tidak ada kelainan, tonsil tidak teraba, Abdomen datar, tidak ada hepatomegali dan splenomegali, terdapat nyeri tekan area sympbisis pubis dengan skala 2-3, tidak ada nyeri lepas, bising usus 8-9 kali/menit, terdapat nyeri perkusi pada area sekitar umbilical, anus tidak ada kelainan, refleks anus positif. Pada pemeriksaan rektal, adanya volume prostat yang membesar, konsistensi keras, permukaan tidak teratur, skala nyeri 1, pada jari pemeriksa terdapat bercak darah merah dan segar. BAB 2 hari sekali, dengan konsisitensi padat. terdapat Ulserasi bertunas berdiameter sekitar 1 sentimeter (cm) pada sulkus balano-preputial (Gambar dibawah) dan pengerasan badan kavernosa. Tidak ada nanah, tidak ada darah. Pasien mengatakan perih jika terkena air atau urin. Pasien mengatakan sering dioles dengan bethadin. Pasien juga mengatakan tidak lagi berhubungan seks dengan istrinya sejak kondisinya seperti ini. Skrotum dan ttestis tidak ada kelainan. Terpasang kateter uretro-vesikal charriere (CH) 22 arus ganda dengan sistem irigasi kandung kemih. Terdapat hematuria dalam urin bag yang berjumlah 360 ml/5 jam. Ekstrimitas atas dan bawah utuh dan simetris, tidak ada kelaianan bentuk, kekuatan otot ekstrimitas atas 5 dan ekstrimitas bawah 4, refleks patela positif. Vertebra utuh dan tidak ada kelainan. Pasien mengatakan terasa panas pada sakrum hingga ke bokong. Nervus kranial 1-XII tidak ada kelainan. Pasien selalu menggunakan kursi roda untuk melakukan kegiatan. Sejak dirawat Pasien tidak menghabiskan porsi makan, ia makan 4-5 sendok. Minum air mineral 1000 - 1500 ml/hari, pasien mengatakan biasanya ia lebih sering minum air teh dan kopi dibandingkan air mineral. Pasien makan makanan cemilan (gorengan, buah, biskuit, kue). Saat di rumah, pasien hanya makan 2 kali/hari dan menghabiskan ½ porsi. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan: PSA Total adalah 7,4 nanogram per militru (ng/ml). Kadar kreatinin serum adalah 9,3 mg/l. Dosis uremia adalah 0,26 g/L. hemoglobin 9,3 g/dl. Pemeriksaan sitobakteriologi urin : adanya Escherichia coli (E. coli). USG menunjukkan hipertrofi prostat sebesar 107,36 g. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg sekali sehari. Uretrosistoskopi menunjukkan adanya tumor uretra berdarah yang meluas dari uretra bulbar ke prostat. MRI prostat menunjukkan adanya proses tumor prostat yang besar, kontur tidak teratur, heterogen, dan tidak terbatas pada daerah anorektal di belakang badan. Biopsi prostat dengan analisis anatomi-sitopatologi yang mendukung adenokarsinoma prostat dengan skor Gleason 7 (4+3). Diagnosis kanker prostat dengan perluasan korpus kavernosum, uretra, dan rektum yang terkait dengan rektorrhagia dipertahankan. Kanker diklasifikasikan sebagai T4N0MX. DPJP memberikan transfusi darah whole blood 1 labu, levofloxacin 500 mg sekali sehari, ciproterone asetat 200 mg dalam 2 dosis, paracetamol 500 mg jika demam dan sangobion 2x1. pasien didampingi istrinya (Ny. Yosi usia 56 tahun) dan anaknya (Tn. Mahdi usia 22 tahun). Pasien memiliki 3 anak dan semuanya telah menikah. Pasien tinggal dengan istrinya dan satu anaknya (Tn. Mahdi). Pasien memiliki hipertensi sejak usia 47 tahun dan selalu minum 10 mg amlodipine setiap hari. Pasien pernah mengalami TB Paru dan telah sembuh. Pasien bekerja sebagai pembuat meubel dan petani. Pasien dan keluarganya beragama Islam dan berasal dari suku jawa. Ia perokok sejak usia 20 tahun. Ibu pasien mengalami kanker payudara dan kakanya mengalami benigna prostate hipertropi. Istri pasien mengatakan bahwa suaminya selalu marah-marah dengan perubahan kondisi kesehatannya. Ia selalu menolak minum obat dan makan. Ia bingung harus gimana lagi menangani penyakit suaminya dan biayanya juga mahal. Ia berharap suaminya bisa sehat lagi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus kanker pada Tn. Mahdad:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (kanker prostat)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulserasi bertunas di sulkus balano-preputial
3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin (tumor prostat)
4. Kelelahan berhubungan dengan penyakit kronis (kanker prostat)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
6. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi seksual
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 7-8 menjadi 3-4.
2. Integritas Kulit Terpelihara: Luka di sulkus balano-preputial mengalami penyembuhan.
3. Pengeluaran Urin Membaik: Pasien dapat berkemih dengan lancar tanpa obstruksi.
4. Kelelahan Berkurang: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
5. Bebas Infeksi: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada pasien.
6. Nutrisi Adekuat: Pasien dapat menghabiskan porsi makan dan cairan yang cukup.
7. Citra Tubuh Positif: Pasien menerima perubahan fungsi seksual dan tetap merasa berharga.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgetik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi
- Monitor respons terhadap intervensi nyeri
2. Perawatan Luka:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik
- Aplikasikan pelembab kulit
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka
3. Manajemen Eliminasi Urin:
- Monitor input dan output cairan
- Lakukan irigasi kandung kemih secara rutin
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kateter
4. Manajemen Kelelahan:
- Identifikasi faktor penyebab kelelahan
- Bantu pasien menjadwalkan aktivitas dan istirahat
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan
5. Pencegahan Infeksi:
- Pastikan prosedur aseptik dalam tindakan keperawatan
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk terapi antibiotik
6. Manajemen Nutrisi:
- Monitor asupan dan output nutrisi
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang nutrisi yang adekuat
7. Terapi Fungsi Seksual:
- Diskusikan perubahan fungsi seksual dengan pasien dan keluarga
- Berikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik komunikasi dan intimasi non-seksual
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 6361 | 19 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kepala
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala. Karakteristik definisi meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Kepala antara lain:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien dapat mengenali dan mengelola faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri yang tidak dapat dihilangkan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Kepala meliputi:
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik, teknik relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
2. Edukasi: Mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu nyeri, serta menerapkan manajemen nyeri.
3. Kolaborasi: Merujuk pasien ke tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli gizi) jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 6362 | 19 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berkunang kunang dan mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing Berkunang-kunang dan Mual
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Persepsi subjektif individu tentang sensasi berputar pada kepala atau lingkungan yang menyebabkan rasa tidak nyaman, disertai rasa ingin muntah.
- Karakteristik Definisi: Pusing, berkunang-kunang, mual, tidak seimbang, lingkungan tampak berputar.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Kontrol Gejala
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengelola gejala yang dialami.
- Kriteria Hasil:
- Melaporkan pusing, berkunang-kunang, dan mual berkurang
- Melaporkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan
- Menunjukkan strategi untuk mengatasi pusing, berkunang-kunang, dan mual
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Mual dan Muntah
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan dan mengelola mual dan muntah.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai instruksi
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
- Bantu pasien untuk mempertahankan posisi yang nyaman
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan mual dan muntah
Semoga penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran terkait standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pusing berkunang-kunang dan mual. Apabila Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, saya siap membantu. -
Article No. 6363 | 19 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berkunang kunang dan mual,os riw ht
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dan elektrolit yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Faktor-faktor yang berkontribusi: Riwayat hipertensi, mual, dan pusing.
2. Nyeri Kepala
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensial kerusakan jaringan di kepala.
- Faktor-faktor yang berkontribusi: Pusing dan mata berkunang-kunang.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI menyediakan taksonomi diagnosis keperawatan yang terstandar dan dapat digunakan oleh perawat dalam praktik klinis.
- Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan adalah "Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit" dan "Nyeri Kepala".
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI menyediakan taksonomi hasil atau luaran keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan oleh perawat untuk menetapkan tujuan asuhan keperawatan.
- Luaran keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi ini mencakup "Keseimbangan Cairan" dan "Kontrol Nyeri".
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI menyediakan taksonomi intervensi keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi ini mencakup "Manajemen Cairan" dan "Manajemen Nyeri".
Dalam praktik keperawatan, perawat akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosis keperawatan, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 6364 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, cemas sudah 3 hari. Saat dikaji oleh perawat pasien mengatakan punya penyakit asma. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI, dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang bagi pasien dan obat-obatan yg sesuai.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah rincian diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.909
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik, tanpa status asmatikus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Terapi oksigen
3. Diagnosis SDKI:
- Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
- Kode: 00030
4. Luaran SLKI:
- Luaran Keperawatan: Pola Napas Efektif
- Kode: 0403
5. Intervensi SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Asma
- Kode: F0505
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
- Rontgen dada
7. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Bronkodilator (β2-agonis jangka pendek)
- Kortikosteroid inhalasi
- Antihistamin (jika ada gejala alergi)
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, dan cemas yang disertai riwayat asma dapat didiagnosis dengan Asma (J45.909) berdasarkan kode ICD-10. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas (00030) berdasarkan SDKI.
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif (0403) sesuai dengan SLKI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Asma (F0505) berdasarkan SIKI.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fungsi paru (spirometri) dan rontgen dada untuk mengevaluasi kondisi paru-paru pasien. Penatalaksanaan farmakologis yang dapat diberikan adalah bronkodilator (β2-agonis jangka pendek), kortikosteroid inhalasi, dan antihistamin (jika ada gejala alergi) untuk mengatasi gejala asma. -
Article No. 6365 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, cemas sudah 3 hari. Saat dikaji oleh perawat pasien mengatakan punya penyakit asma. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI, dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang bagi pasien dan obat-obatan yg sesuai.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai kasus yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pola Nafas (00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Penyakit asma.
- Gejala: Sesak napas, rasa tertekan di dada, pernapasan dangkal.
2. Kecemasan (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perilaku yang menunjukkan ketegangan.
- Penyebab: Penyakit asma yang belum terkontrol dengan baik.
- Gejala: Susah tidur, merasa cemas.
Diagnosa ICD:
1. J45 - Asma
SLKI (Luaran Keperawatan SNKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernapas
- Irama napas teratur
2. Tingkat Kecemasan Terkontrol (1211)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan.
- Kriteria Hasil:
- Mampu mengendalikan perasaan cemas
- Mampu tidur dengan nyenyak
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
SIKI (Intervensi Keperawatan SNKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Mempertahankan atau memulihkan kemampuan bernapas.
- Aktivitas Keperawatan:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
2. Manajemen Kecemasan (5820)
- Definisi: Minimalisasi kecemasan yang dirasakan dan dialami oleh individu.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Berikan informasi yang akurat dan terpercaya
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi pemberian obat anxiolytic jika diperlukan
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
2. Tes alergi (kulit atau darah)
3. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, dan fungsi ginjal
Obat-obatan:
1. Bronkodilator: salbutamol, terbutalin, atau ipratropium bromida
2. Anti-inflamasi: kortikosteroid (inhaler atau oral)
3. Anxiolytic: diazepam atau lorazepam (jika diperlukan)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernapas
- Irama napas teratur
2. Tingkat Kecemasan Terkontrol (1211)
- Pasien mampu mengendalikan perasaan cemas
- Pasien mampu tidur dengan nyenyak
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Monitor status pernapasan pasien
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai resep dokter
2. Manajemen Kecemasan (5820)
- Identifikasi penyebab kecemasan pada pasien
- Berikan informasi yang akurat dan terpercaya tentang kondisi asma
- Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
- Kolaborasi pemberian anxiolytic jika diperlukan sesuai resep dokter
Penjelasan rinci mengenai setiap poin di atas telah diberikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang masih kurang jelas. -
Article No. 6366 | 19 Nov 2024
Klinis : Manajemen energi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Manajemen Energi":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi "Manajemen Energi" adalah "Penurunan Energi" (00250). Penurunan Energi didefinisikan sebagai pengurangan kapasitas fisik dan/atau mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti malnutrisi, penyakit kronis, depresi, atau aktivitas yang melebihi kemampuan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemeliharaan Energi (0002): Pasien mampu mempertahankan tingkat energi yang adekuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Pemulihan Energi (0003): Pasien mampu memulihkan tingkat energi yang adekuat setelah melakukan aktivitas.
3. Toleransi Aktivitas (0005): Pasien mampu melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi (4020):
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat energi pasien, seperti penyakit, nutrisi, istirahat, dan aktivitas.
- Bantu pasien untuk mengatur aktivitas sehari-hari dan menggunakan energi secara efisien.
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi, seperti pengaturan posisi, penggunaan alat bantu, dan penjadwalan aktivitas.
- Dorong pasien untuk beristirahat secukupnya dan memenuhi kebutuhan tidur.
- Pantau tanda-tanda kelelahan dan perubahan tingkat energi pasien.
2. Manajemen Aktivitas (0200):
- Kaji kemampuan fisik, mental, dan psikososial pasien dalam melakukan aktivitas.
- Buat rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien, dengan mempertimbangkan durasi, frekuensi, dan intensitas.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen aktivitas, seperti penjadwalan, penggunaan alat bantu, dan pembagian tugas.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dapat membantu meningkatkan energi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Peningkatan Tidur (1850):
- Kaji pola tidur pasien dan identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu kualitas tidur.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur yang berkualitas.
- Atur lingkungan kamar tidur agar nyaman dan mendukung tidur yang berkualitas.
- Pantau kualitas dan kuantitas tidur pasien serta efektivitas intervensi.
Penjelasan yang rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosis keperawatan "Penurunan Energi" (00250) merupakan kondisi yang ditandai dengan pengurangan kapasitas fisik dan/atau mental untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti malnutrisi, penyakit kronis, depresi, atau aktivitas yang melebihi kemampuan. Perawat harus mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penyebab untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Luaran keperawatan yang diharapkan mencakup Pemeliharaan Energi, Pemulihan Energi, dan Toleransi Aktivitas. Perawat harus membantu pasien untuk mempertahankan, memulihkan, dan meningkatkan energi sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas, dan Peningkatan Tidur. Perawat harus mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat energi, membantu pasien mengatur aktivitas, dan memfasilitasi kualitas tidur yang baik. Evaluasi efektivitas intervensi dan penyesuaian jika diperlukan juga merupakan hal penting dalam proses asuhan keperawatan. -
Article No. 6367 | 19 Nov 2024
Klinis : Manajemen energi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnoasa Keperawatan: Manajemen Energi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Manajemen Energi adalah kemampuan individu untuk mengatur dan menggunakan energi secara efektif dalam aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis Manajemen Energi adalah individu dapat mempertahankan atau meningkatkan penggunaan energi secara efektif dalam aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis Manajemen Energi antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu individu dalam mengatur dan menjadwalkan aktivitas sehari-hari agar penggunaan energi menjadi lebih efektif.
2. Manajemen Kelelahan: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada individu.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada individu mengenai teknik-teknik untuk mengatur energi secara efektif.
4. Terapi Relaksasi: Memberikan intervensi relaksasi untuk membantu individu dalam memulihkan energi.
Sebagai perawat, kita memiliki peran penting dalam membantu individu mencapai manajemen energi yang optimal melalui intervensi-intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 6368 | 19 Nov 2024
Klinis : DS: Bp. A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging,dan telur. DO: An. A tampak lemah dan lesu. Kepercayaan tentang nilai budaya terhadap makanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kepercayaan budaya tentang makanan tertentu.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif (DS) yang diperoleh, An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur karena kepercayaan budaya. Sedangkan data objektif (DO) menunjukkan bahwa An. A tampak lemah dan lesu, yang merupakan tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan kepercayaan budaya tentang makanan tertentu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intake Nutrisi: Keseimbangan
2. Status Nutrisi: Seimbang
3. Pengetahuan: Perilaku Hidup Sehat
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah agar An. A dapat mencapai keseimbangan nutrisi, status nutrisi yang seimbang, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang perilaku hidup sehat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebutuhan nutrisi An. A terpenuhi dan tidak terjadi komplikasi akibat defisiensi nutrisi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang
- Pantau asupan dan status nutrisi secara berkala
2. Manajemen Lingkungan: Budaya
- Identifikasi kepercayaan budaya yang memengaruhi perilaku makan
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang, meskipun bertentangan dengan kepercayaan budaya
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan perubahan perilaku
3. Promosi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang perilaku hidup sehat, khususnya terkait nutrisi
- Bantu An. A dan keluarga mengembangkan strategi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan mencakup manajemen nutrisi, manajemen lingkungan budaya, serta promosi kesehatan. Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan An. A dan keluarganya dapat memahami pentingnya nutrisi yang seimbang, meskipun ada kepercayaan budaya yang membatasi konsumsi makanan tertentu. Sehingga An. A dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dan mencapai status nutrisi yang seimbang. -
Article No. 6369 | 19 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan ngos-ngosan saat bnerjalan jauh batuk tidak ada dahak, pasien ada riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat penyakit paru-paru dan hipertensi, ditandai dengan pasien mengeluh ngos-ngosan saat berjalan jauh.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena adanya keterbatasan fisik, mental, dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, mempertahankan status fisiologis yang optimal, dan mampu beradaptasi terhadap pembatasan aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: manajemen aktivitas, manajemen energi, peningkatan kapasitas latihan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk penatalaksanaan penyakit paru dan hipertensi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jika Anda membutuhkan informasi tambahan, jangan ragu untuk menanyakannya.