Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18557 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah DEFISIT NUTRISI yang berhubungan dengan anoreksia, mual, dan nyeri akut.
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan nafsu makan dan minum menurun.
2. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
3. Pasien mengatakan hanya mampu makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
4. Pasien merasa sangat lemas.
Data Objektif:
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
3. Konjungtiva anemis.
4. Bising usus 12x/menit.
5. Turgor kulit buruk, tidak elastis.
6. Rambut tampak rontok dan tidak baik.
7. Hemoglobin turun dari 10,8 g/dL menjadi 9,1 g/dL.
8. Leukosit turun dari 2,8 Rb/ul menjadi 3,3 Rb/ul.
9. Trombosit turun dari 130 Rb/ul menjadi 105 Rb/ul.
Gejala dan Tanda Mayor:
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan.
2. Kram/nyeri abdomen.
3. Nafsu makan menurun.
Objektif:
1. Bising usus hiperaktif.
2. Otot pengunyah lemah.
3. Otot menelan lemah.
4. Membran mukosa pucat.
5. Sariawan.
6. Serum albumin turun.
7. Rambut rontok berlebihan.
8. Diare.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Peningkatan Asupan Makanan
2. Cairan: Keseimbangan Cairan
3. Integritas Jaringan: Perbaikan Jaringan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status gizi pasien, termasuk pola makan, preferensi makanan, dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Lakukan pengkajian antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dll.) secara berkala.
c. Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan status gizi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
e. Pantau asupan makanan dan cairan pasien, serta evaluasi keberhasilan intervensi.
2. Manajemen Cairan
a. Kaji status cairan pasien, termasuk pola eliminasi, tanda-tanda dehidrasi, dan kemampuan pasien dalam mempertahankan keseimbangan cairan.
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menetapkan kebutuhan cairan pasien.
d. Pantau intake dan output cairan pasien secara cermat.
e. Lakukan intervensi untuk memfasilitasi asupan cairan yang adekuat, seperti pemberian infus atau obat-obatan.
3. Manajemen Integritas Jaringan
a. Kaji kondisi kulit, membran mukosa, dan jaringan lain yang mungkin terganggu akibat defisit nutrisi.
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga integritas jaringan.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menetapkan intervensi yang diperlukan untuk memperbaiki integritas jaringan.
d. Lakukan perawatan kulit dan mukosa secara rutin untuk mencegah komplikasi.
e. Pantau dan evaluasi secara berkala perkembangan integritas jaringan pasien.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat meningkatkan asupan nutrisi, mempertahankan keseimbangan cairan, dan memperbaiki integritas jaringan, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih optimal. -
Article No. 18558 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan DEFISIT NUTRISI berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah DEFISIT NUTRISI.
Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil.
4. Mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
5. Merasa sangat lemas.
17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu.
18. Berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
Data Objektif:
1. Mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
7. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
10. Konjungtiva anemis.
15. Bising usus: 12x/menit.
16. Warna kulit pucat.
17. Turgor kulit buruk tidak elastis.
18. Rambut tampak rontok dan tidak baik.
Gejala dan Tanda Mayor:
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
- Cepat kenyang setelah makan.
- Kram/nyeri abdomen.
- Nafsu makan menurun.
Objektif:
- Bising usus hiperaktif.
- Otot pengunyah lemah.
- Otot menelan lemah.
- Membran mukosa pucat.
- Sariawan.
- Serum albumin turun.
- Rambut rontok berlebihan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
2. Pemulihan Status Nutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Lakukan pengkajian status nutrisi pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pantau asupan makan dan minum pasien.
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang.
- Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.
2. Pemantauan Nutrisi
- Timbang berat badan pasien secara rutin.
- Pantau kadar laboratorium yang terkait dengan status nutrisi.
- Evaluasi perubahan status nutrisi pasien.
- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyesuaian intervensi nutrisi.
Penatalaksanaan Farmakologi:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Catatan:
Penatalaksanaan farmakologi diberikan untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami pasien, seperti nyeri, mual, dan perubahan hematologi. Namun, intervensi keperawatan utama tetap difokuskan pada pengelolaan nutrisi pasien. -
Article No. 18559 | 14 Jun 2025
Klinis : Resiko tidakkeseimbangan nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko ketidakseimbangan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami risiko untuk mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00003 Asupan Nutrisi: Keadaan di mana individu dapat mengkonsumsi nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode: 00194 Status Nutrisi: Keadaan di mana individu menunjukkan status nutrisi yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00044 Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk mengatur dan memantau asupan nutrisi individu.
Kode: 00119 Edukasi Gizi: Tindakan untuk memberikan informasi tentang gizi yang sehat dan kebutuhan nutrisi individu.
Penjelasan singkat:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi adalah keadaan di mana individu mengalami risiko untuk mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, kondisi fisik, psikologis, atau sosial ekonomi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan edukasi gizi untuk memastikan individu dapat mengkonsumsi nutrisi yang dibutuhkan dan mencapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 18560 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja sesuaikan dengan ini Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal . Gejala dan Tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan Kram/nyeri abdomen Nafsu makan menurun . Objektif : Bising usus hiperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah INTOLERANSI AKTIVITAS.
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir.
2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil.
4. Mulai kehilangan nafsu makan dan minum.
5. Merasa sangat lemas.
6. Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites).
7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang.
8. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
9. Hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
10. Mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
11. Sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut.
12. Merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
21. Takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya.
Data Objektif:
1. Mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Klien tampak kebingungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya.
4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertai asites.
7. Terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah.
17. Kekuatan otot menurun, pasien masih dibantu oleh anaknya dalam melakukan aktivitas, dan ada pembatasan aktivitas.
Terapi Obat:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Berdasarkan data subjektif dan objektif di atas, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah INTOLERANSI AKTIVITAS yang ditandai dengan:
1. Penurunan berat badan yang signifikan.
2. Nyeri perut yang semakin memberat, disertai dengan pembesaran perut (asites) dan sesak napas.
3. Gangguan pola tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus.
4. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Perasaan lemah, tidak berdaya, dan takut akan masa depan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang ditandai dengan:
a. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Pasien mampu meningkatkan durasi istirahat dan tidur.
c. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
d. Pasien mampu mengontrol nyeri perut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
a. Kaji kapasitas dan toleransi aktivitas pasien.
b. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menyusun program aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien.
d. Ajarkan teknik manajemen energi (misalnya, perencanaan aktivitas, istirahat yang cukup).
2. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri pasien.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola nyeri yang dirasakan pasien.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya, relaksasi, distraksi).
3. Peningkatan Tidur
a. Kaji pola tidur pasien.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur pasien.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola gangguan tidur.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur.
4. Dukungan Emosional
a. Kaji tingkat kecemasan dan kekhawatiran pasien.
b. Berikan empati dan dukungan emosional.
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
d. Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang adaptif.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, manajemen nyeri yang efektif, perbaikan pola tidur, serta peningkatan dukungan emosional, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 18561 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) • TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Intoleransi Aktivitas
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang semakin memberat dan disertai perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
2. Pasien tidak dapat buang air kecil selama tiga minggu sebelum masuk rumah sakit.
3. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan minum.
4. Pasien merasa sangat lemas.
5. Nyeri perut dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites).
6. Nyeri digambarkan seperti "diperas".
7. Pasien mengalami sesak napas saat nyeri datang.
8. Pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman.
9. Pasien hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
10. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
11. Pasien sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan.
12. Pasien merasa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
20. Pasien merasa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
21. Pasien takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya.
Data Objektif:
1. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
2. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
3. Pasien tampak kebingungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat.
4. Pasien tampak bingung, gelisah, dan tidak melihat ke arah lawan bicara.
5. Pasien tampak lemah, bibir kering.
6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertai asites.
17.a. Kekuatan otot pasien menurun.
17.b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas.
Terapi Obat:
a. Tramal supp 3x/hari
b. Profonid 100mg
c. Ranitidine 2x150 mg/hari
d. Ondansetron 3x8 mg/hari
e. Kabiven 1000 ml/hari
f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Kualitas Tidur Membaik
3. Kontrol Nyeri Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
a. Identifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien
b. Bantu pasien untuk merencanakan dan melakukan aktivitas yang aman
c. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
d. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan pasien
2. Manajemen Istirahat dan Tidur
a. Identifikasi pola tidur pasien
b. Fasilitasi lingkungan yang nyaman untuk tidur
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur
d. Bantu pasien mengatur jadwal istirahat dan aktivitas
3. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri pasien (PQRST)
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik yang sesuai
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (distraksi, relaksasi, dsb.)
d. Pantau efektivitas tindakan penanganan nyeri
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas dipilih berdasarkan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan bahwa pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat keluhan fisik seperti nyeri perut, sesak napas, dan rasa lemah yang dirasakan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk karena nyeri yang terus-menerus dirasakan. Kondisi ini memberikan dampak negatif pada fisik, mental, dan psikososial pasien.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan kualitas tidur, dan kontrol nyeri yang membaik. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen istirahat dan tidur, serta manajemen nyeri. Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas yang aman, meningkatkan kualitas tidur, dan mengelola nyeri yang dirasakan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional pasien dan kualitas hidup. -
Article No. 18562 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: INTOLERANSI AKTIVITAS
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
2. Pasien tidak dapat buang air kecil selama 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.
3. Pasien merasa sangat lemas, kehilangan nafsu makan dan minum.
4. Pasien mengeluhkan sesak napas saat nyeri datang.
5. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
6. Pasien sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan.
7. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
Data Objektif:
1. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
2. Pasien tampak lemah, bibir kering.
3. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites.
4. Pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg.
5. Keadaan umum pasien baik, compos mentis.
6. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi.
7. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
Terapi Obat yang Sesuai:
1. Tramal supp 3x/hari (untuk mengatasi nyeri)
2. Profonid 100mg (untuk mengatasi nyeri)
3. Ranitidine 2x150 mg/hari (untuk mengatasi mual)
4. Ondansetron 3x8 mg/hari (untuk mengatasi mual)
5. Kabiven 1000 ml/hari (untuk memenuhi kebutuhan nutrisi)
6. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
7. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan kualitas yang baik.
3. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang optimal.
4. Pasien dapat mengendalikan nyeri dan keluhan lainnya.
5. Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
2. Manajemen Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri.
3. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi pasien dan memberikan edukasi tentang diet yang sesuai.
4. Manajemen Istirahat dan Tidur: Memfasilitasi pasien untuk mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup.
5. Terapi Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan INTOLERANSI AKTIVITAS dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri perut yang dirasakan semakin memberat, disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, serta keluhan lainnya seperti sesak napas, mual, dan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini menyebabkan pasien merasa lemah, tidak berdaya, dan takut akan masa depannya.
Terapi obat yang diberikan sesuai dengan gejala dan kondisi pasien, seperti Tramal supp dan Profonid untuk mengatasi nyeri, Ranitidine dan Ondansetron untuk mengatasi mual, serta Kabiven untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Obat-obatan lainnya diberikan untuk mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi, seperti Leucogen dan Neurobion untuk mengatasi penurunan hematologi.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, dapat beristirahat dan tidur dengan kualitas yang baik, dapat mempertahankan berat badan yang optimal, dapat mengendalikan nyeri dan keluhan lainnya, serta dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen aktivitas, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, manajemen istirahat dan tidur, serta terapi dukungan emosional. Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dapat mengelola gejala-gejala yang muncul, serta dapat beradaptasi secara positif dengan kondisi kesehatannya. -
Article No. 18563 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan GANGGUAN POLA TIDUR berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti “diperas”, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium • Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl • Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul • Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul • Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul • Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, masalah keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah Gangguan Pola Tidur.
DATA SUBJEKTIF:
1. Pasien mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut.
2. Pasien merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
3. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
DATA OBJEKTIF:
1. Pasien tampak lemah, gelisah, dan meringis saat merasakan nyeri perut.
2. Pasien hanya dapat tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
TERAPI OBAT:
1. Tramal supp 3x/hari: untuk mengurangi nyeri perut
2. Ranitidine 2x150 mg/hari: untuk mengurangi gejala saluran cerna akibat nyeri perut
3. Ondansetron 3x8 mg/hari: untuk mengurangi mual dan muntah
LUARAN/OUTPUT YANG DIHARAPKAN (SLKI):
1. Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari.
2. Pasien dapat beristirahat dengan cukup dan merasa puas dengan kualitas tidurnya.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan faktor yang memperberat/memperingan nyeri.
b. Berikan intervensi farmakologis (analgesik) sesuai instruksi dokter.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan dosis dan jadwal pemberian analgesik.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
2. Manajemen Tidur
a. Kaji pola tidur pasien, termasuk lama tidur, kualitas tidur, dan faktor-faktor yang mengganggu.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, seperti suhu ruangan yang sejuk, pencahayaan yang redup, dan suasana yang tenang.
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat yang cukup untuk pemulihan.
d. Bantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya untuk mengurangi kelelahan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu dapat tidur dengan nyenyak, beristirahat dengan cukup, dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 18564 | 14 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul ditemukan data peningkatan 5 % kasus baru DM dan peningkatan 8% kasus baru hipertensi. Sebanyak 70% keluarga yang tinggal di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1, 50% keluarga di desa tersebut berpendidikan rendah, dan masih minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan Hipertensi. Desa tersebut sudah memiliki Posyandu ILP yang berjalan setiap bulan sekali namun masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan tersebut. Warga mengatakan bahwa adanya Posyandu ILP juga hanya melakukan pengecekan tekanan darah dan pengukuran kadar gula darah saja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, sesuai dengan ketetapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
- SDKI: Manajemen Kesehatan Keluarga (D.0080)
Definisi: Kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- SLKI: Pengelolaan Kesehatan Keluarga (F.0080)
Definisi: Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- SIKI: Pemberdayaan Keluarga (I.0080)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi keluarga agar mampu mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan terkait Penyakit Diabetes Mellitus dan Hipertensi
- SDKI: Kurang Pengetahuan (D.0099)
Definisi: Kurangnya informasi terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan (F.0099)
Definisi: Peningkatan informasi yang dimiliki terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
- SIKI: Edukasi Kesehatan (I.0099)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakhadiran ke Posyandu ILP
- SDKI: Ketidakhadiran (D.0088)
Definisi: Tidak menghadiri atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
- SLKI: Partisipasi (F.0088)
Definisi: Keterlibatan aktif dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
- SIKI: Manajemen Partisipasi (I.0088)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi dan mendorong keikutsertaan dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan di Desa Kemuningsari Kidul. -
Article No. 18565 | 14 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul ditemukan data peningkatan 5 % kasus baru DM dan peningkatan 8% kasus baru hipertensi. Sebanyak 70% keluarga yang tinggal di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1, 50% keluarga di desa tersebut berpendidikan rendah, dan masih minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan Hipertensi. Desa tersebut sudah memiliki Posyandu ILP yang berjalan setiap bulan sekali namun masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan tersebut. Warga mengatakan bahwa adanya Posyandu ILP juga hanya melakukan pengecekan tekanan darah dan pengukuran kadar gula darah saja.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kesehatan Tidak Sehat
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta rendahnya tingkat pendidikan.
- Ditandai dengan peningkatan 5% kasus baru DM dan 8% kasus baru hipertensi, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu ILP.
2. Risiko Defisit Pengetahuan
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi.
- Ditandai dengan minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan hipertensi, serta masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan Posyandu ILP.
3. Risiko Ketidakstabilan Keluarga
- Berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Ditandai dengan 70% keluarga di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan Tentang Kesehatan
- Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Indikator: Masyarakat dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda, dan gejala, serta penatalaksanaan penyakit DM dan hipertensi.
2. Perilaku Kesehatan
- Masyarakat menerapkan perilaku sehat dalam mencegah dan mengelola penyakit DM dan hipertensi.
- Indikator: Masyarakat secara rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah di Posyandu ILP.
3. Stabilitas Keluarga
- Keluarga mampu beradaptasi dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Indikator: Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses sumber daya yang tersedia di masyarakat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Aktivitas: Memberikan penyuluhan, menggunakan media edukasi, dan melibatkan tokoh masyarakat.
2. Manajemen Kesehatan Komunitas
- Mengkoordinasikan dan meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan di masyarakat, seperti Posyandu ILP.
- Tujuan: Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Aktivitas: Bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengoptimalkan peran Posyandu ILP, serta melakukan pendampingan dan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
3. Dukungan Keluarga
- Memberikan dukungan kepada keluarga dalam beradaptasi dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses sumber daya yang tersedia di masyarakat.
- Aktivitas: Memberikan konseling, mengidentifikasi sumber daya yang dapat diakses, dan memfasilitasi akses terhadap layanan dan program pemerintah.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku kesehatan, dan stabilitas keluarga di Desa Kemuningsari Kidul, sehingga dapat mencegah dan mengelola penyakit DM dan hipertensi secara efektif. -
Article No. 18566 | 14 Jun 2025
Klinis : SESAK NAFAS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi SESAK NAFAS.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan mekanis, obstruktif, atau neuromuskular.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi sesak nafas adalah:
1. Pola Napas Efektif
Luaran ini menggambarkan kemampuan klien untuk mempertahankan pola napas yang adekuat dan memberikan ventilasi yang efektif. Indikator yang dapat digunakan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, serta tidak ada tanda-tanda kerja napas yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran pola napas efektif pada kondisi sesak nafas adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas agar ventilasi dapat optimal. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memposisikan klien dalam posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan klien
- Melakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Mengajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif
2. Manajemen Ventilasi
Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi proses ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau parameter vital terkait pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman napas)
- Mengkaji adanya tanda-tanda distres pernapasan
- Mengatur kecepatan dan konsentrasi oksigen sesuai kebutuhan klien
- Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik
3. Manajemen Nyeri
Intervensi ini ditujukan untuk mengelola nyeri yang mungkin dirasakan klien sehingga tidak mengganggu proses pernapasan. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengkaji nyeri yang dirasakan klien
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan dan instruksi tenaga kesehatan
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan distraksi
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pengelolaan jalan napas, ventilasi, dan nyeri, diharapkan klien dapat mencapai luaran pola napas efektif sehingga dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.