Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20480 | 06 Aug 2025
Klinis : sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. Nterpasang NS 3% 500 cc/24 jam. KSR 3 x 1 tablet.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. Nterpasang NS 3% 500 cc/24 jam. KSR 3 x 1 tablet.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sesak nafas dengan nilai NRM (Nasal Respiratory Mask) 10 lpm, RR (Respiratory Rate) 28 x/menit, terpasang cairan infus NS 3% 500 cc/24 jam, dan KSR (Kontrol Senam Rehabilitasi) 3 x 1 tablet, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, ketidakseimbangan mekanis.
Gejala dan Tanda: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, irama napas tidak teratur, hipoksemia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan sesak napas dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas kembali normal (12-20 x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen (SpO2) dalam batas normal (>95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu Pola Napas Efektif, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Kaji permeabilitas jalan napas
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi oksigen yang adekuat
3. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
4. Manajemen Kenyamanan
- Kaji tingkat kenyamanan pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti pengaturan posisi, distraksi, dan teknik relaksasi
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kebutuhan pasien, diharapkan pasien dengan sesak napas dapat mencapai luaran/output Pola Napas Efektif, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 20481 | 06 Aug 2025
Klinis : sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. terpasang NS 3% 500 cc/24 jam. terapi kalium oral 3 x 1 tablet.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi yang rinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan sesak napas, RR 28x/menit, dan terpasang terapi cairan serta oksigen, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, serta peningkatan sekresi dan/atau penurunan kemampuan batuk.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Meningkat
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi napas kembali normal (12-20x/menit)
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
d. Tidak ada suara napas tambahan (ronki, wheezing)
e. Mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan (saat ini 10 lpm)
c. Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
d. Ajarkan teknik batuk efektif dan mobilisasi sekret
2. Manajemen Ventilasi
a. Monitor tanda-tanda vital (RR, SpO2) secara berkala
b. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi kebutuhan oksigen dan terapi cairan
c. Pertahankan status hidrasi yang adekuat
3. Edukasi Kesehatan
a. Edukasi pasien dan keluarga terkait penyebab, tanda-tanda, dan penanganan sesak napas
b. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk memperbaiki pola napas
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dengan perbaikan bersihan jalan napas yang efektif. Saya siap untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. Wassalamualaikum. -
Article No. 20482 | 06 Aug 2025
Klinis : sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. terpasang NS 3% 500 cc/24 jam. terapi kalium oral 3 x 1 tablet. natrium 129
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak yang saya hormati. Berikut saya paparkan analisis kondisi dan rencana asuhan keperawatan untuk pasien dengan keluhan sesak napas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Tanda dan gejala yang sesuai dengan kondisi pasien:
- Sesak napas (NRM 10 lpm, RR 28 x/menit)
- Adanya produksi sekret yang berlebihan
- Suara napas tambahan, seperti mengi atau krepitasi
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan mempertahankan jalan napas yang terbuka, ditandai dengan:
- Respiratory rate 12-20 x/menit
- Oksigenasi adekuat (SpO2 ? 95%) dengan terapi oksigen
- Tidak ada suara napas tambahan
2. Pasien dapat terbebas dari ketergantungan alat bantu pernapasan dalam 3-5 hari.
3. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor status pernapasan:
- Ukur RR, irama, kedalaman, dan pola pernapasan
- Monitor saturasi oksigen (SpO2)
- Auskultasi suara napas
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan (NRM 10 lpm)
3. Lakukan tindakan untuk mempertahankan jalan napas:
- Posisikan pasien semi-fowler atau fowler untuk memudahkan pernapasan
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Berikan inhalasi bronkodilator dan mukolitik sesuai instruksi dokter
4. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi cairan (NS 3% 500 cc/24 jam) dan obat (terapi kalium oral 3 x 1 tablet)
6. Monitor elektrolit (natrium 129) dan tatalaksana yang tepat
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien mengalami sesak napas dengan peningkatan frekuensi pernapasan (RR 28 x/menit) dan membutuhkan oksigen tambahan (NRM 10 lpm). Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Luaran/output yang diharapkan adalah agar pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari ketergantungan alat bantu pernapasan, dan dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memantau status pernapasan, mempertahankan jalan napas, serta melakukan kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi cairan dan obat-obatan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 20483 | 06 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri ditangan sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan pasien yaitu nyeri di tangan sebelah kiri, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10001)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut (10001)
- Kode: 10001
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri (20001)
- Kode: 20001
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (30001)
- Kode: 30001
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri akut di tangan sebelah kiri, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Untuk menangani kondisi ini, perawat dapat melakukan manajemen nyeri untuk membantu pasien mencapai kontrol nyeri yang optimal. -
Article No. 20484 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu desa menunjukkan, 20% diare pada balita, 40% kebiasaan cuci tangan tidak pakai sabun, 30% kondisi pembuangan sampah terbuka. Hasil wawancara, kader kesehatan mengatakan sudah rutin di berikan informasi tentang kesehatan lingkungan, warga mengatakan lebih suka membuang sampah di bantaran sungai. Apa metode pengkajian pada kasus tersebut? A.kuesioner B.interview C.literature review D.windshield survey E.focus group discussion
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kasus yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, metode pengkajian, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang buruk, ditandai dengan 20% diare pada balita, 40% kebiasaan cuci tangan tidak pakai sabun, dan 30% kondisi pembuangan sampah terbuka.
2. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kesehatan lingkungan, ditandai dengan warga yang lebih suka membuang sampah di bantaran sungai meskipun sudah diberikan informasi rutin oleh kader kesehatan.
Metode Pengkajian:
Metode pengkajian yang paling sesuai untuk kasus ini adalah:
D. Windshield Survey
Windshield survey merupakan metode pengkajian dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi lingkungan dan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
- Tidak terjadi infeksi
- Tidak terjadi komplikasi
- Tidak terjadi penyebaran penyakit
2. Kurang Pengetahuan:
- Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan lingkungan
- Masyarakat mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
- Monitoring tanda-tanda infeksi
- Edukasi tentang sanitasi lingkungan yang baik
- Kolaborasi dengan pihak terkait untuk perbaikan sanitasi lingkungan
2. Kurang Pengetahuan:
- Pemberian pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan
- Melibatkan kader kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
- Pemantauan dan evaluasi perubahan perilaku masyarakat
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Infeksi: Kondisi masyarakat dengan sanitasi lingkungan yang buruk, seperti tingginya kasus diare pada balita, kebiasaan cuci tangan tidak menggunakan sabun, dan pembuangan sampah yang terbuka, meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan penyebaran penyakit di lingkungan tersebut.
- Kurang Pengetahuan: Meskipun sudah diberikan informasi rutin tentang kesehatan lingkungan oleh kader kesehatan, masyarakat masih menunjukkan perilaku yang kurang sesuai, seperti membuang sampah di bantaran sungai, mengindikasikan adanya kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang baik.
2. Metode Pengkajian:
- Windshield Survey: Metode ini sesuai untuk mengidentifikasi secara langsung kondisi lingkungan dan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat. Melalui pengamatan lapangan, perawat dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang situasi kesehatan lingkungan di desa tersebut.
3. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
- Risiko Infeksi: Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi, komplikasi, atau penyebaran penyakit di lingkungan masyarakat, sehingga dapat menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
- Kurang Pengetahuan: Luaran yang diharapkan adalah masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan lingkungan dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah risiko infeksi dan penyakit.
4. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Risiko Infeksi:
- Monitoring tanda-tanda infeksi untuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi.
- Edukasi tentang sanitasi lingkungan yang baik, seperti cara membuang sampah, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga kebersihan lingkungan.
- Kolaborasi dengan pihak terkait, seperti pemerintah daerah, untuk perbaikan sanitasi lingkungan di masyarakat.
- Kurang Pengetahuan:
- Pemberian pendidikan kesehatan tentang kesehatan lingkungan, seperti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
- Melibatkan kader kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan.
- Pemantauan dan evaluasi perubahan perilaku masyarakat setelah intervensi, untuk memastikan efektivitas program. -
Article No. 20485 | 06 Aug 2025
Klinis : Seorang perawat komunitas melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dasar untuk memberikan obat cacing secara gratis kepada anak sekolah dasar dan balita pada kegiatan posyandu. Kegiatan ini rutin dilakukan selama dua kali dalam setahun. Apa bentuk tindakan yang dilakukan oleh perawat? A.kuratif B.preventif tersier C.preventif primer D.preventif sekunder E.penyuluhan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, seorang perawat komunitas melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dasar dan posyandu untuk memberikan obat cacing secara gratis kepada anak sekolah dasar dan balita. Kegiatan ini rutin dilakukan dua kali dalam setahun.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Infeksi Kecacingan yang berhubungan dengan paparan lingkungan yang terkontaminasi telur cacing.
Bentuk tindakan yang dilakukan oleh perawat:
C. Preventif Primer
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi kecacingan pada anak-anak sekolah dasar dan balita di komunitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi kecacingan (bebas cacing).
2. Pengetahuan keluarga meningkat tentang cara mencegah infeksi kecacingan.
3. Kepatuhan anak dalam meminum obat cacing secara rutin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemberian obat cacing secara rutin sesuai dengan protokol.
2. Edukasi kepada anak-anak dan keluarga tentang pentingnya meminum obat cacing, menjaga kebersihan diri, dan sanitasi lingkungan.
3. Pemantauan efektivitas pemberian obat cacing dan deteksi dini tanda-tanda infeksi kecacingan.
4. Kolaborasi dengan pihak sekolah dan posyandu untuk memastikan keberlangsungan program pemberian obat cacing.
5. Evaluasi dan monitoring program secara berkala untuk menjamin capaian tujuan.
Sebagai seorang perawat komunitas, tindakan preventif primer yang dilakukan bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi kecacingan pada anak-anak sekolah dasar dan balita di komunitas. Melalui pemberian obat cacing secara rutin, edukasi kesehatan, pemantauan, dan kolaborasi dengan pihak terkait, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan anak-anak dan mencegah dampak negatif dari infeksi kecacingan. -
Article No. 20486 | 06 Aug 2025
Klinis : Seorang perawat melakukan skrining di suatu sekolah dasar. Didapatkan data 60% siswa mengalami anemia. Berdasarkan hasil tersebut perawat melakukan pengkajian lebih lanjut pada orang tua siswa dengan menggunakan kuesioner untuk mengidentifikasi penyebab anemia dan pengetahuan ibu tentang anemia pada anak. Apa peran yang dilakukan perawat pada kasus tersebut? A.edukator B.konselor C.advokat D.manajer kasus E.penemu kasus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, peran perawat yang sesuai adalah:
A. Edukator
Perawat berperan sebagai edukator dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua siswa tentang anemia pada anak, termasuk penyebab, tanda gejala, dampak, dan cara pencegahan serta penanganannya. Edukasi ini penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua terkait kondisi anemia pada anak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan pengetahuan orang tua tentang anemia pada anak
2. Perubahan perilaku orang tua dalam mencegah dan menangani anemia pada anak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia pada anak, meliputi penyebab, tanda gejala, dampak, dan cara pencegahan serta penanganannya.
2. Menggunakan media edukasi yang sesuai (leaflet, poster, video, dll) untuk mempermudah pemahaman orang tua.
3. Mendiskusikan dan mempraktikkan cara-cara pencegahan dan penanganan anemia pada anak.
4. Melakukan evaluasi terhadap pemahaman dan perubahan perilaku orang tua.
Peran perawat sebagai edukator sangat penting dalam kasus ini, karena peningkatan pengetahuan dan pemahaman orang tua merupakan kunci utama untuk mencegah dan menangani anemia pada anak. -
Article No. 20487 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil kunjungan rumah menemui perempuan, 30 tahun, mengeluh batuk berdahak. Hasil pengkajian: berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan sejak 2 bulan yang lalu, klien tinggal bersama keluarga besar, klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, tidak mengakses pelayanan kesehatan, ronkhi (+), batuk, frekuensi napas 22x/menit, BB 41 kg. TB 150cm. Apa masalah keperawatan pada kasus tersebut? A.Koping keluarga tidak efektif B.Ketidakefektifan peran keluarga C.Manajemen kesehatan tidak efektif D.Pemeliharaan kesehatan tidak efektif E.Perilaku kesehatan cenderung berisiko
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
D. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Penjelasan:
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mencegah, atau mengelola masalah kesehatan". Kondisi yang dijelaskan menunjukkan adanya beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif, seperti:
- Batuk berdahak, yang merupakan salah satu tanda gejala umum penyakit pernapasan
- Berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan, yang dapat mengindikasikan adanya penyakit kronis
- Klien tidak mengakses pelayanan kesehatan, menunjukkan ketidakmampuan untuk mengelola masalah kesehatan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
2. Pengetahuan Tentang Kesehatan
3. Partisipasi dalam Pelayanan Kesehatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pemeliharaan Kesehatan
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemeliharaan kesehatan
- Membantu klien dalam mengembangkan rencana pemeliharaan kesehatan
- Mengevaluasi efektivitas rencana pemeliharaan kesehatan
2. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi tentang penyakit yang mungkin diderita klien
- Mengajarkan teknik-teknik pemeliharaan kesehatan yang efektif
- Mendorong klien untuk aktif dalam mencari informasi kesehatan
3. Manajemen Pelayanan Kesehatan
- Mengkaji keterlibatan klien dalam pelayanan kesehatan
- Memfasilitasi akses klien terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
- Mengkolaborasikan rencana perawatan dengan tenaga kesehatan lain
Penjelasan rinci di atas menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan "Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif" paling sesuai dengan kondisi yang dipaparkan, serta memberikan panduan komprehensif mengenai luaran yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 20488 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu desa menunjukkan, 10% ibu hamil mengalami anemia, 30% nafsu makan berkurang, 50% merasa cepat lelah, dan 25% tidak mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Perawat melakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok ibu hamil. Apa kriteria evaluasi formatif pada kasus tersebut? A.Ibu hamil mengetahui program pendampingan kehamilan. B.Ibu hamil rutin mengonsumsi makanan bergizi. C.Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia. D.Ibu hamil rutin melakukan antenatal care. E.Ibu hamil tidak mengalami anemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berikut saya sampaikan analisis terkait kondisi yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ditandai dengan adanya penurunan nafsu makan pada 30% ibu hamil, serta 50% ibu hamil yang merasa cepat lelah.
2. Kurang Pengetahuan
Ditandai dengan 25% ibu hamil yang tidak rutin mengonsumsi tablet Fe.
Kriteria Evaluasi Formatif:
C. Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia.
Hal ini penting agar ibu hamil memahami pentingnya mencegah dan mengatasi anemia.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Status Nutrisi: Cairan
Diharapkan ibu hamil dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat selama kehamilan.
2. Pengetahuan: Kesehatan
Diharapkan ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik terkait anemia, cara pencegahan, dan pentingnya mengonsumsi tablet Fe secara rutin.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan ibu hamil.
- Edukasi ibu hamil tentang makanan bergizi yang dapat meningkatkan kadar Hb.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
2. Edukasi Kesehatan
- Kaji tingkat pengetahuan ibu hamil terkait anemia dan pentingnya mengonsumsi tablet Fe.
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang anemia, dampaknya, dan cara pencegahannya.
- Motivasi ibu hamil untuk rutin melakukan antenatal care dan mengonsumsi tablet Fe.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan sampaikan. Wassalamualaikum. -
Article No. 20489 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu desa menunjukkan, 10% ibu hamil mengalami anemia, 30% nafsu makan berkurang, 50% merasa cepat lelah, dan 25% tidak mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Perawat melakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok ibu hamil. Apa kriteria evaluasi formatif pada kasus tersebut? A.Ibu hamil mengetahui program pendampingan kehamilan. B.Ibu hamil rutin mengonsumsi makanan bergizi. C.Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia. D.Ibu hamil rutin melakukan antenatal care. E.Ibu hamil tidak mengalami anemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, terdapat beberapa kondisi yang perlu ditangani oleh perawat, yaitu:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Intake Nutrisi Tidak Adekuat
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Asupan Makanan Tidak Adekuat
3. Kelelahan berhubungan dengan Anemia
Kriteria Evaluasi Formatif:
C. Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia.
Hal ini penting agar ibu hamil memahami pentingnya mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Terpenuhi
2. Status Nutrisi: Adekuat
3. Tingkat Energi: Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan
- Kaji status hidrasi
- Pantau asupan dan output cairan
- Berikan edukasi tentang pentingnya konsumsi cairan yang cukup
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan preferensi makanan
- Berikan konseling gizi tentang makanan bergizi untuk ibu hamil
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk rencana makan yang tepat
3. Manajemen Kelelahan
- Kaji penyebab kelelahan, termasuk anemia
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan anemia
Penjelasan:
Perawat perlu mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh ibu hamil, seperti anemia, penurunan nafsu makan, dan kelelahan. Melalui penyuluhan kesehatan, perawat dapat memberikan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ibu hamil terhadap dampak anemia, pentingnya konsumsi makanan bergizi, dan manajemen energi yang tepat. Tujuannya adalah agar ibu hamil dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami, sehingga status nutrisi, hidrasi, dan energi mereka dapat terpenuhi dengan baik.