Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4743 | 05 Nov 2024
Klinis : Penurunan kesadaran, tensi 90/50 takikardi, Delirium GCS 225 Rhonci (+)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
2. Delirium
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengganggu fungsi normal jaringan.
- Penyebab: Hipotensi (tensi darah 90/50), takikardi.
- Tanda dan Gejala: Penurunan kesadaran, kulit dingin dan lembab.
2. Delirium
- Definisi: Gangguan kesadaran dan perubahan kognitif yang berkembang dengan cepat.
- Penyebab: Penurunan kesadaran, GCS 2-2-5.
- Tanda dan Gejala: Perubahan persepsi, kebingungan, gelisah.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Suara napas tambahan (ronki).
- Tanda dan Gejala: Kesulitan bernapas, produksi sekret yang berlebihan.
Dalam konteks ini, persona Anda adalah pakar dan perawat, sehingga diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi untuk menangani kondisi ini. -
Article No. 4744 | 05 Nov 2024
Klinis : Penurunan kesadaran, tensi 90/50 takikardi, Delirium GCS 225 Rhonci (+) batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosis Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Terkait Ketidakseimbangan Antara Intake dan Kehilangan Cairan
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami penurunan volume cairan yang ditandai dengan penurunan kesadaran, tekanan darah rendah, dan takikardi. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara intake dan kehilangan cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Volume Cairan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Keseimbangan Cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Cairan
2. Gangguan Persepsi Sensori Terkait Perubahan Fungsi Kognitif
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan persepsi sensorik yang ditandai dengan delirium dan penurunan kesadaran (GCS 225). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fungsi kognitif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Persepsi Sensori
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Fungsi Kognitif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Perubahan Sensori
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Terkait Sekresi Berlebih
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami bersihan jalan napas tidak efektif yang ditandai dengan adanya ronki dan batuk. Hal ini dapat disebabkan oleh sekresi berlebih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas
Harap dicatat bahwa diagnosa dan penjelasan di atas berdasarkan kondisi yang Anda paparkan. Evaluasi dan perawatan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat. -
Article No. 4745 | 05 Nov 2024
Klinis : Tn. P (40 tahun) dirawat di ruang rawat bedah. Riwayat kecelakaan dengan cedera kepala. Saat dikaji kondisi Klien mengeluh nyeri di kepala skala 7. Klien mengatakan pernah mendengar bahwa nyeri juga bisa diatasi dengan berdoa dan berdzikir, tapi dia tidak hafal dan saat ini merasa mudah lupa. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS compos mentis, TD 130/90 mmHg, P 20x/m, N 86x/m, S 36,5 °C, hemodinamik normal, paru-paru vesikuler, jantung normal. Terdapat jahitan luka sekitar 7 cm di bagian parietal yang dirawat terbuka terlihat ada kemerahan sekitar luka.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Tn. P (40 tahun) yang dirawat di ruang rawat bedah dengan riwayat cedera kepala, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan dan penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (SDKI, 2017).
2. Gangguan Memori
Definisi: Penurunan kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan/atau mengembalikan informasi (SDKI, 2017).
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel (SDKI, 2017).
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut:
- Klien mengeluh nyeri di kepala dengan skala 7.
- Terdapat luka jahitan sekitar 7 cm di bagian parietal yang dirawat terbuka dan terlihat ada kemerahan sekitar luka, yang dapat menyebabkan nyeri akut.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi relaksasi, serta kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
2. Gangguan Memori:
- Klien mengatakan pernah mendengar bahwa nyeri juga bisa diatasi dengan berdoa dan berdzikir, tapi dia tidak hafal dan saat ini merasa mudah lupa.
- Hal ini menunjukkan adanya gangguan memori, yang dapat disebabkan oleh cedera kepala yang dialami.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain stimulasi memori, manajemen lingkungan, serta kolaborasi dengan terapis okupasi.
3. Risiko Infeksi:
- Terdapat luka jahitan sekitar 7 cm di bagian parietal yang dirawat terbuka dan terlihat ada kemerahan sekitar luka, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka, pemberian antibiotik, serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
Standar asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, merencanakan intervensi, dan melakukan evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif pada Tn. P. -
Article No. 4746 | 05 Nov 2024
Klinis : Penurunan kesadaran, tensi 90/50 takikardi, Delirium GCS 225 Rhonci (+) batuk, desaturasi berat , SPO 56%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipotensi dan takikardi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret berlebih dan gangguan kesadaran.
3. Perubahan status mental berhubungan dengan delirium.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan perfusi jaringan perifer: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan nutrisi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau benda asing dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
3. Perubahan status mental: Gangguan fungsi intelektual, emosional, dan/atau perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan perifer: Kecukupan aliran darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
2. Bersihan jalan napas: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekresi atau benda asing.
3. Status mental: Kemampuan untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku secara normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perfusi Jaringan: Intervensi untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan perifer.
2. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekresi atau benda asing.
3. Manajemen Perilaku: Intervensi untuk mempertahankan perilaku yang sesuai dengan norma dan fungsi sosial.
Penjelasan singkat:
Kondisi pasien menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan perifer, bersihan jalan napas yang tidak efektif, dan perubahan status mental berupa delirium. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen perfusi jaringan, manajemen jalan napas, dan manajemen perilaku untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 4747 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan utama sesak nafas sejak seminggu yang lalu. Saat masuk ke rumah sakit tanggal minggu 26 Oktober 2023 pkl. 10.00 melalui poliklinik penyakit dalam ditemukan hasil alasan ke rumah sakit adalah batuk dengan riak, sesak nafas dan tidak tidur sejak 2 hari yang lalu karena sesak dan batuk di malam hari, tidak nafsu makan dan Keluhan nyeri perut pada epigastrik, skala nyeri 8, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diperas; riwayat penyakit sebelumnya: hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, penyakit paru kronis disangkal. Pasien memiliki kebiasaan merokok 1 box/hari, kebiasaan bab 5 hari sekali, pola makan 1x/hari tidak suka buah dan sayur. Hasil pemeriksaan fisik saat masuk TB 150 cm, BB 70 Kg, lipatan kulit trisep (tricep skinfold) 40 mm, kulit bersih, turgor kulit kering, kurus, pasien kesulitan mengeluarkan sputum, dispnea, pucat, TD 130/80 mmHg, N 110x/menit regular dan kuat, RR 30x/mnt dangkal irreguler, ronchi ++/-, wheezing +/+, Bunyi jantung S1/S2, kekuatan otot normal, sputum kental hijau, abdomen distensi, teraba skibala (seperti massa), bising usus hiperperistaltik. AGD PH 7.30, PaCO2 52 mmHg, PaO2 99 mmHg, HCO3- 24 mEq/L, hasil foto thorax bercak infiltrate pada paru kanan lobus atas. Sejam kemudian perawat mendapatkan pasien ingin buang air kecil ke kamar mandi/toilet namun perawat tidak mengijinkan dan mempersilahkan pasien untuk b.a.k saja di tempat tidur karena sudah terpasang kondom kateter. Sepuluh menit kemudian perawat mengecek kondisi pasien kembali, ditemukan pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah tengah, urine negatif, distensi kandung kemih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
4. Ketidakefektifan Pengeluaran Urin
Penjelasan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak efektif
- SLKI: Peningkatan kemampuan batuk, Peningkatan ventilasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen
2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Penurunan nyeri, Kontrol nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Nyeri
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SLKI: Peningkatan berat badan, Peningkatan intake nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi
4. Ketidakefektifan Pengeluaran Urin
- SDKI: Retensi urin
- SLKI: Peningkatan pengeluaran urin, Kontrol berkemih
- SIKI: Kateterisasi, Manajemen Inkontinensia
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami sesak nafas, batuk dengan riak, dan nyeri perut yang dapat mempengaruhi pola napas, nutrisi, dan pengeluaran urin. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 4748 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosisnya mengarah pada kemungkinan penyakit campak. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.59
- Deskripsi: Pemberian obat antivirus lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B05.9 (Campak, tanpa komplikasi):
- Pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala-gejala yang khas dengan penyakit campak, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
- Kode ICD-10 B05.9 merupakan kode diagnosis untuk campak tanpa komplikasi, yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 99.59 (Pemberian obat antivirus lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Pada kasus ini, kemungkinan akan diberikan terapi antivirus untuk mengatasi infeksi virus campak.
- Kode ICD-9-CM 99.59 mencakup pemberian obat antivirus lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang sesuai dengan tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk penanganan infeksi virus campak pada pasien.
Catatan: Kode ICD-10 digunakan untuk pengkodean diagnosis, sedangkan kode ICD-9-CM digunakan untuk pengkodean prosedur atau tindakan medis. Pengkodean yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan penagihan yang sesuai. -
Article No. 4749 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan utama sesak nafas sejak seminggu yang lalu. Saat masuk ke rumah sakit tanggal minggu 26 Oktober 2023 pkl. 10.00 melalui poliklinik penyakit dalam ditemukan hasil alasan ke rumah sakit adalah batuk dengan riak, sesak nafas dan tidak tidur sejak 2 hari yang lalu karena sesak dan batuk di malam hari, tidak nafsu makan dan Keluhan nyeri perut pada epigastrik, skala nyeri 8, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diperas; riwayat penyakit sebelumnya: hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, penyakit paru kronis disangkal. Pasien memiliki kebiasaan merokok 1 box/hari, kebiasaan bab 5 hari sekali, pola makan 1x/hari tidak suka buah dan sayur. Hasil pemeriksaan fisik saat masuk TB 150 cm, BB 70 Kg, lipatan kulit trisep (tricep skinfold) 40 mm, kulit bersih, turgor kulit kering, kurus, pasien kesulitan mengeluarkan sputum, dispnea, pucat, TD 130/80 mmHg, N 110x/menit regular dan kuat, RR 30x/mnt dangkal irreguler, ronchi ++/-, wheezing +/+, Bunyi jantung S1/S2, kekuatan otot normal, sputum kental hijau, abdomen distensi, teraba skibala (seperti massa), bising usus hiperperistaltik. AGD PH 7.30, PaCO2 52 mmHg, PaO2 99 mmHg, HCO3- 24 mEq/L, hasil foto thorax bercak infiltrate pada paru kanan lobus atas. Sejam kemudian perawat mendapatkan pasien ingin buang air kecil ke kamar mandi/toilet namun perawat tidak mengijinkan dan mempersilahkan pasien untuk b.a.k saja di tempat tidur karena sudah terpasang kondom kateter. Sepuluh menit kemudian perawat mengecek kondisi pasien kembali, ditemukan pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah tengah, urine negatif, distensi kandung kemih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan ditandai dengan sesak napas, batuk, dan napas dangkal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (pneumonia) ditandai dengan nyeri perut skala 8, seperti ditusuk-tusuk dan diperas.
3. Risiko retensio urin berhubungan dengan obstruksi urinaria ditandai dengan distensi kandung kemih.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Napas:
- SDKI: Definisi: Ketidakefektifan proses inspirasi dan/atau ekspirasi yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbondioksida.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Monitoring respirasi, pemberian oksigen, latihan pernapasan.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, sesak napas berkurang.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mengendalikan nyeri, skala nyeri menurun.
3. Risiko Retensio Urin:
- SDKI: Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pembendungan urin dalam kandung kemih.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Pemantauan intake dan output cairan, kateterisasi, latihan berkemih.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien dapat berkemih secara mandiri, tidak ada distensi kandung kemih.
Secara keseluruhan, pasien ini mengalami kondisi yang kompleks dengan gangguan pernapasan, nyeri, dan risiko retensio urin. Perawatan yang komprehensif dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara holistik. -
Article No. 4750 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke IGD tgl 5/11/2024 pkl 10.53 WITA lemas sejak 2 hari. nyeri dada tidak ada, sedikit sesak, makan minum masih baik. GCS: 15 TD: 100/60 mmHg N: 160 x/mnt T: 36 ^C R: 24 x/mnt Sat O2: 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume cairan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah kegagalan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan perfusi jaringan perifer yang efektif, ditandai dengan ekstremitas hangat, capillary refill <3 detik, dan nadi perifer kuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan peningkatan intake cairan oral.
Dengan kondisi pasien yang lemas, sedikit sesak, dan tidak ada nyeri dada, serta tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya penurunan volume cairan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Perawat perlu melakukan intervensi untuk memulihkan perfusi jaringan yang efektif melalui pemberian cairan dan peningkatan intake cairan oral. -
Article No. 4751 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien dtg ke IGD tanggal 4/11/2024 pkl. 08.25 wita, dgn keluhan sulit berbicara sejak kemarin sore dan memberat saat ini. Pasien dikatakan saat berbicara seperti tidak jelas. Pasien dikatakan dikatakan sulit berjalan sejak beberapa bulan yang lalu sehari-harinya pasien menggunakan kursi roda, mual -, muntah -, demam -, nyeri kepala -, sesak -. Makan dan minum dikatakan masih normal, BAB dan BAK dikatakan masih normal. TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/mnt, T: 36 ^C RR: 20 x/mnt, Sat O2: 95% BS: 352 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Disfungsi Saraf Pusat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Komunikasi Verbal adalah ketidakmampuan individu untuk berkomunikasi secara efektif melalui berbicara.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat berkomunikasi secara verbal secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Identifikasi Penyebab Gangguan Komunikasi Verbal, Terapi Bicara, Latihan Artikulasi, dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga.
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan Penurunan Fungsi Motorik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mobilitas Fisik Terganggu adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan terarah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Identifikasi Penyebab Gangguan Mobilitas, Fasilitasi Latihan ROM, Perawatan Fisik, dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga.
Berdasarkan kondisi pasien yang disampaikan, terdapat gangguan komunikasi verbal dan mobilitas fisik terganggu yang berhubungan dengan kondisi neurologis. Pasien perlu mendapatkan perawatan dan intervensi yang sesuai. -
Article No. 4752 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien dtg ke IGD tanggal 4/11/2024 pkl. 08.25 wita, dgn keluhan sulit berbicara sejak kemarin sore dan memberat saat ini. Pasien dikatakan saat berbicara seperti tidak jelas. Pasien dikatakan dikatakan sulit berjalan sejak beberapa bulan yang lalu sehari-harinya pasien menggunakan kursi roda, mual -, muntah -, demam -, nyeri kepala -, sesak -. Makan dan minum dikatakan masih normal, BAB dan BAK dikatakan masih normal. TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/mnt, T: 36 ^C RR: 20 x/mnt, Sat O2: 95% BS: 352 mg/dl
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G31.8
- Deskripsi: Penyakit neurodegeneratif lainnya yang diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, pasien menunjukkan gejala-gejala yang mungkin terkait dengan penyakit neurodegeneratif, seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan, dan penggunaan kursi roda dalam aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemeriksaan neurologis lainnya. Dalam situasi ini, perlu dilakukan pemeriksaan neurologis yang lebih komprehensif untuk mengevaluasi kondisi pasien dan menentukan diagnosis yang tepat.
Penjelasan rinci:
- Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama kesulitan berbicara yang dialami sejak kemarin sore dan semakin memberat. Gejala-gejala lain yang dilaporkan adalah kesulitan berjalan sejak beberapa bulan yang lalu, penggunaan kursi roda, dan tidak ada keluhan terkait mual, muntah, demam, nyeri kepala, atau sesak napas.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda vital yang relatif stabil, kecuali untuk tekanan darah yang tinggi (170/100 mmHg). Pemeriksaan laboratorium mengungkapkan kadar glukosa darah yang tinggi (352 mg/dl).
- Berdasarkan gejala-gejala yang dilaporkan, diagnosis yang paling sesuai adalah Penyakit neurodegeneratif lainnya yang diklasifikasikan di tempat lain (kode ICD-10: G31.8). Penyakit neurodegeneratif dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk kesulitan berbicara dan berjalan, serta penggunaan alat bantu mobilitas seperti kursi roda.
- Untuk mengevaluasi kondisi pasien lebih lanjut, diperlukan pemeriksaan neurologis yang lebih komprehensif (kode ICD-9-CM: 93.08). Pemeriksaan ini dapat mencakup penilaian fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta pemeriksaan penunjang seperti pencitraan otak untuk membantu menegakkan diagnosis yang tepat.