Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6454 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas, hasil ekg normal sinus rythm kriteria voltase untuk hipertropi ventrikel
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan jawaban yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner, ditandai dengan keluhan sesak, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya abses di sekitar paha kanan atas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami peningkatan nyeri.
2. Risiko Infeksi:
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada area abses.
- Luka abses menunjukkan penyembuhan yang progresif.
- Pasien dapat melakukan perawatan luka abses dengan benar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala nyeri).
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (deep breathing, relaksasi, distraksi).
- Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap terapi nyeri.
- Libatkan keluarga dalam upaya manajemen nyeri.
2. Risiko Infeksi:
- Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi pada area abses (kemerahan, pembengkakan, peningkatan suhu, nyeri).
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik, jika diperlukan.
- Lakukan perawatan luka abses secara aseptik sesuai dengan prosedur.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka abses yang benar.
- Pantau perkembangan penyembuhan luka abses.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pencegahannya.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang sesuai, yaitu Nyeri Akut dan Risiko Infeksi. Nyeri Akut terkait dengan penyakit jantung koroner yang ditandai dengan keluhan sesak dan nyeri dada. Sedangkan Risiko Infeksi terkait dengan adanya abses di sekitar paha kanan atas.
Pada Nyeri Akut, luaran yang diharapkan adalah penurunan skala nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami peningkatan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pemantauan tanda-tanda vital, dan pelibatan keluarga.
Pada Risiko Infeksi, luaran yang diharapkan adalah tidak adanya tanda-tanda infeksi pada area abses, luka abses menunjukkan penyembuhan yang progresif, dan pasien dapat melakukan perawatan luka abses dengan benar. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik, perawatan luka abses secara aseptik, pengajaran kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar, pemantauan perkembangan penyembuhan luka, serta pemberian edukasi tentang tanda-tanda infeksi dan pencegahannya.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisinya secara optimal. -
Article No. 6455 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas, hasil ekg normal sinus rythm kriteria voltase untuk hipertropi ventrikel, terdapat edema derajat 1 di kaki kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan keluhan nyeri dada di sebelah kiri yang menjalar ke pinggang dengan skala 4.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas yang dialami pasien.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya abses di sekitar paha kanan atas.
4. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan adanya edema derajat 1 di kaki kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri terkontrol: pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2 atau kurang.
2. Bersihan jalan napas efektif: pasien bernapas dengan irama teratur, tidak ada ronki, dan SpO2 dalam batas normal.
3. Tidak terjadi infeksi: tidak ada tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu, pembengkakan, kemerahan, dan nyeri pada area abses.
4. Perfusi perifer membaik: edema pada kaki kiri berkurang dan tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus)
- Berikan terapi analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi)
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi secara berkala
2. Manajemen Jalan Napas:
- Kaji status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu pernapasan)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan bersihan jalan napas
- Lakukan suction jika diperlukan
- Dorong mobilisasi dini dan lakukan fisioterapi dada
3. Manajemen Infeksi:
- Kaji tanda-tanda infeksi pada area abses (peningkatan suhu, pembengkakan, kemerahan, nyeri)
- Berikan terapi antibiotik sesuai resep dokter
- Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan luka yang benar
- Monitor perkembangan luka secara berkala
4. Manajemen Perfusi Perifer:
- Kaji tanda-tanda gangguan perfusi perifer (edema, warna kulit, suhu ekstremitas)
- Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi dan elevasi ekstremitas
- Berikan terapi farmakologis sesuai resep dokter (misalnya diuretik)
- Ajarkan pasien dan keluarga terkait manajemen edema (misalnya kompres dingin, massase)
- Monitor perkembangan perfusi perifer secara berkala
Saya harap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang jelas mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk menangani kondisi pasien. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 6456 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan diagnosa CHF, CAD. Memiliki keluhan sesak ringan dengan respirasi 24 kali permenit dan saturasi 99%, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas, hasil ekg normal sinus rythm kriteria voltase untuk hipertropi ventrikel, terdapat edema derajat 1 di kaki kiri Tekanan darah 137/77 mmHg Nadi 89 kali permenit Suhu 36,8°C Gula darah sewaktu 177
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kasus pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan, keterbatasan energi, dan nyeri dada.
2. Ketidakefektifan Perfusi Perifer berhubungan dengan edema dan penyakit kardiovaskular.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan abses.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya abses di paha kanan atas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan melaporkan penurunan gejala kelelahan dan dispnea.
- Pasien akan berpartisipasi dalam program rehabilitasi jantung.
2. Ketidakefektifan Perfusi Perifer:
- Pasien akan menunjukkan penurunan edema pada ekstremitas bawah.
- Pasien akan melaporkan peningkatan sensasi hangat dan nyaman pada ekstremitas bawah.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi perifer yang ditandai dengan peningkatan suhu kulit dan warna kulit yang normal.
3. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan intensitas nyeri dada dan pinggang.
- Pasien akan menunjukkan perilaku yang menandakan kontrol nyeri yang efektif.
- Pasien akan mampu beristirahat dengan nyaman.
4. Risiko Infeksi:
- Pasien akan bebas dari tanda-tanda infeksi lokal pada abses.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan nilai parameter infeksi.
- Pasien akan menunjukkan penyembuhan luka yang baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Atur dan Monitor aktivitas pasien.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi.
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi jantung untuk menyusun program.
2. Ketidakefektifan Perfusi Perifer:
- Pantau tanda-tanda vital dan status perfusi perifer.
- Berikan perawatan kaki dan ekstremitas bawah.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk pengaturan diet.
3. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan manajemen nyeri farmakologis dan nonfarmakologis.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penanganan nyeri.
4. Risiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi lokal pada abses.
- Lakukan perawatan luka dan aplikasi antibiotik topikal.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan penanganan infeksi.
Penjelasan tambahan:
Pasien dengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) dan Coronary Artery Disease (CAD) membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan terkait penyakit kardiovaskular dan komplikasinya. Pendekatan multidisipliner dengan kolaborasi tim kesehatan lain sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal. Pemantauan tanda-tanda vital, status perfusi, kontrol nyeri, dan pencegahan infeksi merupakan fokus utama dalam pengelolaan kasus ini. -
Article No. 6457 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan diagnosa CHF, CAD. Memiliki keluhan sesak ringan dengan respirasi 24 kali permenit dan saturasi 99%, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas, hasil ekg normal sinus rythm kriteria voltase untuk hipertropi ventrikel, terdapat edema derajat 1 di kaki kiri Tekanan darah 137/77 mmHg Nadi 89 kali permenit Suhu 36,8°C Gula darah sewaktu 177
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (kardiak) berhubungan dengan penyakit jantung koroner (CAD) dan gagal jantung kongestif (CHF) yang ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, dan adanya edema.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi sekunder (abses) di paha kanan atas.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya abses di paha kanan atas.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan jantung (kardiak) akan membaik, yang ditandai dengan:
- Tanda-tanda vital stabil (TD, nadi, respirasi, dan suhu dalam batas normal)
- Tidak ada keluhan nyeri dada atau sesak napas
- Tidak ada edema
- Hasil pemeriksaan EKG normal
2. Nyeri berkurang, yang ditandai dengan:
- Skala nyeri menurun menjadi 0-2
- Tidak ada keluhan nyeri
3. Tidak terjadi infeksi, yang ditandai dengan:
- Tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, panas) pada daerah abses berkurang
- Hasil pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit, CRP) dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Untuk mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (kardiak):
- Monitoring tanda-tanda vital secara rutin
- Auskultasi suara jantung dan paru-paru
- Observasi adanya edema
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (diuretik, ACE inhibitor, beta blocker)
- Pengaturan aktivitas dan istirahat
- Edukasi tentang diet rendah garam dan cairan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang sesuai
2. Untuk mengatasi nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi)
- Manajemen nyeri dengan pemberian analgesik sesuai indikasi
- Terapi kompres hangat pada daerah abses
- Edukasi tentang teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi)
3. Untuk mencegah infeksi:
- Perawatan luka abses secara aseptik
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi
- Monitoring tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, panas, nyeri)
- Edukasi tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (kardiak) berhubungan dengan penyakit jantung koroner (CAD) dan gagal jantung kongestif (CHF) yang ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, dan adanya edema. Hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi jantung yang memengaruhi aliran darah ke jantung dan jaringan lain.
- Nyeri berhubungan dengan infeksi sekunder (abses) di paha kanan atas. Abses dapat menimbulkan rasa nyeri karena adanya peradangan dan peningkatan tekanan pada jaringan.
- Risiko infeksi berhubungan dengan adanya abses di paha kanan atas. Abses merupakan tempat yang rentan terhadap infeksi bakteri.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Perfusi jaringan jantung (kardiak) akan membaik, yang ditandai dengan tanda-tanda vital stabil, tidak ada keluhan nyeri dada atau sesak napas, tidak ada edema, dan hasil pemeriksaan EKG normal. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi jantung telah membaik dan aliran darah ke jantung serta jaringan lain menjadi efektif.
- Nyeri berkurang, yang ditandai dengan skala nyeri menurun menjadi 0-2 dan tidak ada keluhan nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan pasien telah berkurang secara signifikan.
- Tidak terjadi infeksi, yang ditandai dengan tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, panas) pada daerah abses berkurang dan hasil pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit, CRP) dalam batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa abses tidak mengalami infeksi.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Untuk mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (kardiak), intervensi yang dilakukan meliputi monitoring tanda-tanda vital, auskultasi suara jantung dan paru-paru, observasi adanya edema, kolaborasi pemberian terapi farmakologis, pengaturan aktivitas dan istirahat, edukasi tentang diet rendah garam dan cairan, serta kolaborasi dengan ahli gizi. Tujuannya adalah untuk memastikan fungsi jantung menjadi lebih optimal dan aliran darah ke jaringan terpenuhi dengan baik.
- Untuk mengatasi nyeri, intervensi yang dilakukan meliputi identifikasi karakteristik nyeri, manajemen nyeri dengan pemberian analgesik, terapi kompres hangat pada daerah abses, dan edukasi tentang teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Tujuannya adalah untuk menurunkan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
- Untuk mencegah infeksi, intervensi yang dilakukan meliputi perawatan luka abses secara aseptik, pemberian antibiotik sesuai indikasi, monitoring tanda-tanda infeksi, dan edukasi tentang perawatan luka serta tanda-tanda infeksi. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah abses. -
Article No. 6458 | 20 Nov 2024
Klinis : Mohon buatkan DS dan DO gangguan integritas kulit/jaringan pada pasien abses mamae
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Definisi:
Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit dan/atau jaringan yang menyebabkan penyakit atau cedera.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Luka/perubahan pada kulit atau jaringan (misalnya luka, abses, ulkus)
2. Nyeri/rasa tidak nyaman pada area luka/perubahan
3. Pembengkakan pada area luka/perubahan
4. Perubahan suhu pada area luka/perubahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit/jaringan membaik
2. Nyeri/rasa tidak nyaman berkurang
3. Pembengkakan berkurang
4. Suhu normal kembali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan komplikasi pada luka/perubahan
2. Perawatan luka/perubahan sesuai prosedur
3. Penatalaksanaan nyeri/rasa tidak nyaman
4. Intervensi untuk mengurangi pembengkakan
DS (Data Subyektif):
Pasien mengeluhkan adanya pembengkakan dan nyeri pada area payudara kanan. Rasa tidak nyaman dan sakit dirasakan semakin memburuk selama beberapa hari terakhir.
DO (Data Objektif):
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan, kemerahan, dan peningkatan suhu pada area payudara kanan pasien. Terdapat lesi yang terasa fluktuatif, mengindikasikan adanya abses pada payudara. -
Article No. 6459 | 20 Nov 2024
Klinis : Mohon buatkan DS dan DO Hipertermi pada pasien abses mamae
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermi pada pasien abses mamae.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada abses mamae.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
- Penyebab: Proses infeksi, inflamasi, atau respon imun.
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, kulit terasa panas, menggigil.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Suhu tubuh dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Kulit terasa nyaman dan tidak panas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu.
- Pemberian obat antipiretik sesuai dengan resep dokter.
- Peningkatan asupan cairan.
- Identifikasi dan penanganan penyebab hipertermi.
Data Subjektif (DS):
- Pasien mengeluhkan tubuh terasa panas dan menggigil.
- Pasien mengatakan nyeri pada area payudara kanan.
- Pasien merasa lemah dan tidak bertenaga.
Data Objektif (DO):
- Suhu tubuh pasien 38,8°C.
- Warna kulit kemerahan, teraba hangat.
- Terdapat bengkak dan nyeri tekan pada payudara kanan.
- Kondisi umum pasien lemah.
Kesimpulan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, pasien mengalami hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi pada abses mamae. Perawat akan memberikan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI untuk mengatasi kondisi hipertermi dan menangani penyebabnya. -
Article No. 6460 | 20 Nov 2024
Klinis : Eliminasi feses: frekuensi BAB: 1x/hari warna: kuning kecoklatan konsitensi: lunak Eliminasi urin: Volume: sedikit dibandingkan biasanya Warna urin: keruh kecoklatan Nyeri saat BAK (+), terpasang kateter, Kreatinin: 2,3 Urinalisa urine Warna urine: urine keruh kecoklatan Eritrosit: +2 Protein; +2 Leukosit: +1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urin
2. Gangguan Eliminasi Feses
Penjelasan:
1. Gangguan Eliminasi Urin
SDKI: Pola Eliminasi Urin Terganggu
SLKI: Pemantauan Fungsi Vesika Urinaria
SIKI: Perawatan Kateter Urin
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan eliminasi urin yang ditandai dengan volume urin yang sedikit dibandingkan biasanya, warna urin yang keruh kecoklatan, serta adanya nyeri saat berkemih. Selain itu, hasil urinalisis menunjukkan adanya eritrosit (+2), protein (+2), dan leukosit (+1), yang mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Kreatinin yang tinggi (2,3) juga menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal.
2. Gangguan Eliminasi Feses
SDKI: Pola Eliminasi Feses Terganggu
SLKI: Pemantauan Fungsi Gastrointestinal
SIKI: Perawatan Konstipasi
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan eliminasi feses yang ditandai dengan frekuensi BAB hanya 1 kali per hari dan konsistensi feses yang lunak. Warna feses yang kuning kecoklatan dapat menunjukkan adanya masalah dalam proses pencernaan atau penyerapan nutrisi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan pelayanan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 6461 | 20 Nov 2024
Klinis : Andi (25 tahun) datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam, batuk, dan penurunan berat badan yang cukup drastis selama 2 bulan terakhir. Andi mengatakan bahwa ia mulai merasa lelah dan mudah berkeringat, terutama pada malam hari. Selain itu, ia juga mengalami diare yang berlangsung selama beberapa minggu. Andi diketahui bekerja sebagai seorang pekerja lepas dan mengaku memiliki banyak pasangan seksual tanpa pelindung. Pasien belum pernah melakukan tes HIV sebelumnya dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Dokter yang menangani pasien mencurigai adanya infeksi HIV dan memutuskan untuk melakukan tes HIV. Hasil tes HIV Andi positif. Dokter kemudian memberikan diagnosis "Infeksi HIV Lanjutan" dan merekomendasikan pengobatan antiretroviral (ARV). Pasien diminta untuk melakukan konseling terkait penyakit ini dan perubahan gaya hidup.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Andi dengan kondisi yang Anda paparkan dapat ditetapkan diagnosis keperawatan berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosis Keperawatan: Risiko Infeksi Oportunistik Berhubungan dengan Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi Oportunistik adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami infeksi oleh patogen yang memanfaatkan penurunan sistem kekebalan tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi Oportunistik, dengan indikator seperti vital sign dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Infeksi, Manajemen Sistem Kekebalan Tubuh, Edukasi tentang Infeksi Oportunistik, dan Pemantauan Tanda-Tanda Vital.
2. Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Tidur Berhubungan dengan Kecemasan dan Gejala Infeksi
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Tidur adalah kondisi di mana individu mengalami kesulitan untuk mempertahankan atau mencapai pola tidur yang adekuat dan restoratif.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah Pola Tidur Efektif, dengan indikator seperti durasi tidur yang cukup, tidak ada gangguan tidur, dan merasa segar setelah bangun.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Kecemasan, Manajemen Nyeri, Terapi Aktivitas, dan Edukasi Pola Tidur.
Dengan diagnosa keperawatan tersebut, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pencegahan infeksi oportunistik serta peningkatan kualitas tidur Andi. Hal ini penting untuk mendukung proses pengobatan dan peningkatan kualitas hidup pasien dengan infeksi HIV lanjut. -
Article No. 6462 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor Terkait: Produksi sekret yang berlebihan, penyakit paru-paru.
Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
Faktor Terkait: Penurunan nafsu makan, penyakit kronis.
Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Karakteristik utama, faktor risiko, dan kriteria hasil.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Karakteristik utama, faktor risiko, dan kriteria hasil.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Luaran yang diharapkan seperti bebas dari sputum, pola napas yang normal.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Luaran yang diharapkan seperti berat badan kembali normal, status gizi membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Intervensi seperti fisioterapi dada, penggunaan bronkodilator, suction.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Intervensi seperti konseling gizi, pemberian suplemen, modifikasi diet.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 6463 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Baik, saya akan membantu memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
Penyebab: Sekresi jalan napas yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
Tanda dan gejala: Batuk tidak efektif, produksi sputum yang berlebihan, suara nafas bronkial, distres pernapasan, dan adanya lesi di paru.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Anoreksia, mual, dan kehilangan nafsu makan.
Tanda dan gejala: Penurunan berat badan, penurunan intake makanan, dan kehilangan nafsu makan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sputum secara efektif.
- Suara napas normal dan tidak ada lagi suara bronkial.
- Distres pernapasan menurun.
- Saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Status Gizi
- Berat badan pasien stabil atau meningkat.
- Intake makanan adekuat.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Monitor status pernapasan pasien secara berkala.
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam dada.
- Lakukan suction atau pemberian oksigen jika diperlukan.
- Ubah posisi pasien untuk memfasilitasi drainase sekret.
2. Manajemen Nutrisi
- Evaluasi status nutrisi pasien secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan tinggi kalori/protein.
- Pantau intake makanan dan cairan pasien.
- Berikan tambahan suplemen nutrisi jika diperlukan.
- Beri edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya nutrisi yang adekuat.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu klarifikasi, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.