Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6652 | 21 Nov 2024
Klinis : Stemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan disfungsi miokard akut
Penjelasan:
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) adalah "Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan disfungsi miokard akut".
Kondisi STEMI dapat menyebabkan kerusakan atau disfungsi pada otot jantung (miokard), yang selanjutnya dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Hal ini berisiko menyebabkan penurunan curah jantung, yang dapat mengancam perfusi jaringan vital.
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama yang diharapkan adalah Curah Jantung dan Perfusi Jaringan yang adekuat. Sedangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama yang diperlukan adalah Manajemen Kardiovaskular, yang meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigenasi, tindakan reperfusi, dan tatalaksana farmakologis.
Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, memantau status hemodinamik pasien secara ketat, dan berkoordinasi dengan tim medis untuk memastikan penatalaksanaan STEMI yang optimal, guna mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien sebaik mungkin. -
Article No. 6653 | 21 Nov 2024
Klinis : Ecg st depresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi ECG ST depresi.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Aktifitas Jantung Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola Aktifitas Jantung Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Tanda dan gejala utamanya adalah adanya depresi segmen ST pada pemeriksaan EKG.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Pemulihan Pola Aktifitas Jantung, yang ditandai dengan:
1. Tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ada depresi segmen ST pada pemeriksaan EKG
3. Perfusi jaringan adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemantauan hasil pemeriksaan EKG
3. Pemberian oksigen sesuai indikasi
4. Manajemen nyeri dada, jika ada
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit jantung dan faktor risikonya
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat pulih dan mencapai pola aktifitas jantung yang efektif. -
Article No. 6654 | 21 Nov 2024
Klinis : Tiga orang mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan skripsi saling menceritakan kebiasaan tidur dalam waktu satu bulan ini. Mahasiswa A: "dalam sebulan ini, aku belum konsul lagi loh, setiap hari badan terasa ngantuk terus; bagun tidur, makan terus tidur lagi, jadinya malas untuk membuka laptop mengerjakan skripsi." Mahasiswa B: "kalau aku, dalam sebulan ini setiap kali bangun tidur badan terasa capek, tidur mudah terbangun bahkan kadang merasa tidak mengantuk padahal sudah malam." Mahasiswa C:"kualitas tidur buruk tu...!"
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan penjelasan dari ketiga mahasiswa, dapat diketahui bahwa mereka mengalami masalah terkait tidur atau gangguan pola tidur. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut, beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Gangguan kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur yang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Pola tidur membaik
- Kualitas tidur membaik
- Tingkat energi meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan:
- Asesmen tidur
- Pengaturan lingkungan tidur
- Teknik relaksasi
- Edukasi mengenai higiene tidur
- Konseling terkait masalah tidur
Penjelasan singkat:
Mahasiswa A, B, dan C mengalami gangguan pola tidur yang ditandai dengan pola tidur yang tidak teratur, kualitas tidur yang buruk, dan tidak merasa segar saat bangun tidur. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres dalam mengerjakan skripsi, lingkungan tidur yang kurang mendukung, atau gaya hidup yang tidak sehat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melalui asesmen tidur, pengaturan lingkungan tidur, teknik relaksasi, edukasi mengenai higiene tidur, dan konseling terkait masalah tidur, sehingga diharapkan pola tidur dan kualitas tidur mahasiswa dapat membaik dan tingkat energi mereka meningkat. -
Article No. 6447 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh demam dan muntah, ada kejang kurang lebih 15 detik, ada batuk berdahak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kejang
Penjelasan:
- Risiko Kejang adalah kemungkinan terjadi peningkatan aktivitas elektrik abnormal dan sinkronisasi di dalam otak yang menyebabkan perubahan perilaku, kesadaran, dan/atau fungsi motorik.
- Faktor risiko yang mungkin terjadi pada kondisi pasien ini antara lain demam, infeksi, dan gangguan metabolik.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam, pemberian obat antikonvulsan, dan edukasi kepada pasien/keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor yang mungkin terkait pada kondisi pasien ini adalah batuk produktif dan perubahan konsistensi sekresi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain suction, pemberian bronkodilator, dan latihan batuk efektif.
3. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
Penjelasan:
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
- Faktor yang mungkin terkait pada kondisi pasien ini adalah infeksi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam, pemberian cairan, dan penggunaan kompres hangat/dingin.
Harap dicatat bahwa diagnosa keperawatan dan intervensi yang diuraikan di atas merupakan rekomendasi berdasarkan gejala yang diberikan. Evaluasi dan penegakan diagnosa yang lebih tepat memerlukan pengkajian dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap oleh perawat atau tenaga kesehatan profesional. -
Article No. 6448 | 20 Nov 2024
Klinis : Mobilisasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi mobilitas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi mobilitas adalah "Hambatan Mobilitas Fisik" (D.0082). Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia lanjut, penyakit, cedera, atau kondisi tertentu yang membatasi pergerakan pasien.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Peningkatan Mobilitas (L.0115): Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien untuk bergerak dengan lebih baik, meningkatkan rentang gerak sendi, dan mengurangi keterbatasan fungsi.
2. Integritas Jaringan (L.0145): Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien untuk mempertahankan dan memperbaiki struktur dan fungsi jaringan tubuh yang dipengaruhi oleh mobilitas terbatas.
3. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari (L.0122): Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti perawatan diri, berpakaian, makan, dan berpindah.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Terapi Latihan Mobilitas (I.0153): Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas otot serta meningkatkan rentang gerak sendi melalui latihan fisik yang terstruktur.
2. Manajemen Aktivitas (I.0098): Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi aktivitas sehari-hari agar sesuai dengan kemampuan dan kapasitas pasien.
3. Perawatan Kulit (I.0133): Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah kerusakan kulit akibat mobilitas terbatas, seperti bekas luka, lecet, atau dekubitus.
4. Peningkatan Kemampuan Fisik (I.0128): Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari melalui latihan, bantuan, dan penggunaan alat bantu yang sesuai.
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan spesifik pasien, serta dilakukan secara kolaboratif dengan profesi kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 6449 | 20 Nov 2024
Klinis : hipertermi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Kondisi ini dapat terjadi akibat infeksi, dehidrasi, lingkungan yang panas, atau gangguan pada sistem pengaturan suhu tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertermia, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Suhu Tubuh: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,5°C).
2. Keseimbangan Cairan: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Demam: Kemampuan untuk mengelola demam dan gejala yang terkait.
4. Kontrol Lingkungan: Kemampuan untuk mengontrol lingkungan untuk menjaga suhu tubuh dalam rentang normal.
5. Pengetahuan: Peningkatan pemahaman pasien dan/atau keluarga tentang hipertermia dan tindakan yang diperlukan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan hipertermia:
1. Pemantauan Suhu Tubuh: Melakukan pengukuran suhu tubuh secara berkala dan pencatatan hasil pengukuran.
2. Manajemen Demam: Memberikan kompres dingin, menurunkan pakaian, dan memberikan obat penurun demam jika diperlukan.
3. Manajemen Cairan: Memantau asupan dan pengeluaran cairan, serta memastikan hidrasi yang adekuat.
4. Kontrol Lingkungan: Mengatur suhu, kelembapan, dan ventilasi di lingkungan pasien untuk menciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi tentang hipertermia, penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang perlu dilakukan.
6. Kolaborasi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab hipertermia dan rencana pengobatan yang tepat.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa keperawatan "Hipertermia" merupakan diagnosa yang tepat untuk kondisi kenaikan suhu tubuh di atas 37,5°C. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Diagnosa ini harus diidentifikasi dengan cermat untuk menentukan intervensi yang tepat.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup kemampuan pasien untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, menjaga keseimbangan cairan yang adekuat, mengelola gejala demam, mengontrol lingkungan, serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermia. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan suhu tubuh secara berkala, manajemen demam, pengelolaan cairan, kontrol lingkungan, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mengatasi penyebab, gejala, dan komplikasi yang mungkin timbul akibat hipertermia, serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola kondisinya.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dengan hipertermia mencapai luaran yang optimal dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. -
Article No. 6450 | 20 Nov 2024
Klinis : resiko konstipasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Risiko Konstipasi:
Risiko Konstipasi merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan risiko terjadinya penurunan frekuensi defekasi, pengeluaran feses yang sulit, atau pengeluaran feses yang tidak teratur. Definisi dari diagnosa ini adalah "Rentan mengalami penurunan frekuensi defekasi, pengeluaran feses yang sulit, atau pengeluaran feses yang tidak teratur, yang dapat membahayakan kesehatan."
Luaran/Output Keperawatan (SLKI) untuk Risiko Konstipasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Peningkatan pengetahuan tentang konstipasi dan manajemennya.
2. Peningkatan pola eliminasi yang efektif.
3. Penurunan risiko komplikasi terkait konstipasi.
4. Peningkatan kenyamanan dan kesejahteraan pasien.
Intervensi Keperawatan (SIKI) untuk Risiko Konstipasi:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran keperawatan pada pasien dengan risiko konstipasi adalah:
1. Edukasi tentang konstipasi dan manajemennya
a. Jelaskan penyebab, gejala, dan dampak konstipasi.
b. Ajarkan teknik defekasi yang efektif.
c. Berikan edukasi tentang diet tinggi serat dan hidrasi yang cukup.
d. Edukasi tentang penggunaan laksatif atau suplemen bila diperlukan.
2. Manajemen eliminasi
a. Pantau pola eliminasi, frekuensi, dan karakteristik feses.
b. Bantu pasien untuk mempertahankan pola eliminasi yang sehat.
c. Berikan kompres hangat atau masase perut untuk merangsang defekasi.
d. Berikan obat-obatan pencahar sesuai resep atau instruksi.
3. Pencegahan komplikasi
a. Pantau tanda-tanda dehidrasi atau malnutrisi.
b. Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang memengaruhi risiko konstipasi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan yang komprehensif.
4. Peningkatan kenyamanan
a. Berikan privacy dan kenyamanan saat pasien melakukan defekasi.
b. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
c. Berikan dukungan emosional dan bantu pasien mengatasi kecemasan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien dengan risiko konstipasi, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan mengimplementasikan intervensi yang sesuai. Pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain dapat membantu pasien mencapai manajemen konstipasi yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 6451 | 20 Nov 2024
Klinis : Nyonya SN, wanita berumur 42 tahun, dengan diagnosis medis ca serviks stadium 3B. Pada bulan April 2022 pasien telah berobat ke rumah sakit dengan keluhan perdarahan pervaginam dan menjalani beberapa pemeriksaan penunjang. Pada tanggal 8 Mei 2022 pasien kembali datang ke IGD RS dengan keadaan umum sakit berat, alert, GCS 15 TD 112/70 mmHg, HR 115 kali/menit, RR 26 kali/ menit, terpasang NRM 15 l/pm, dengan keluhan sesak, nyeri pada pinggang dan punggung, urine keluar sedikit pada diapers, edema pitting dorsum pedis dan kruris kiri, riwayat menggunakan terapi heparin ec deep vein thrombosis (DVT). Selama menjalani perawatan pasien, dikonsulkan ke spesialis radioterapi onkologi untuk mendapatkan terapi radiasi eksternal yang dapat membantu menghentikan perdarahan. Pasien juga direncanakan dilakukan pemeriksaan USG abdomen atas dan bawah. Saat peneliti melakukan pengkajian, pasien telah mendapatkan terapi radiasi hari ke-2 dari yang direncanakan sebanyak 25 kali. Hasil pemeriksaan USG ginjal pada tanggal 17 Mei 2022 tampak massa tepi ireguler serviks uteri yang meluas ke corpus uteri dan infiltrasi parametrium kanan ukuran 8,7 × 7,7 cm. Ginjal kanan ukuran 9,5 × 4,2 cm. Tampak dilatasi sistem pelviokalises ginjal kanan. Ginjal kiri ukuran 11,8 × 6 cm. Tampak dilatasi sistem pelviokalises ginjal kiri, kesan: massa serviks uteri yang meluas ke corpus uteri dan menginfiltrasi parametrium kanan, hidronefrosis bilateral. Oleh karena itu, dilakukan tindakan terapi hemodialisis terhadap pasien. Hasil patologi anatomi pada tanggal 22 April 2022, lokasi: cervix, didapat dengan: reevaluasi, kesimpulan sebelumnya: ditemukan sel atipik mencurigakan, keganasan Dd/: small cell neuroendocrine carcinoma karsinoma berdiferensiasi buruk pola imunoreaksi mendukung small cell neuroendocrine carcinoma imuno histokimia: NSE, positif, fokal dan hasil laboratorium HB 5,6 g/dL, leukosit 37, trombosit 623, kalium 7,1 pada tanggal 21 April 2022.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nyonya SN:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi pernapasan dan edema pitting seperti yang ditunjukkan oleh sesak napas.
2. Kelelahan berhubungan dengan penyakit kronis dan anemia seperti yang ditunjukkan oleh keluhan keletihan.
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema pitting dan diuresis tidak adekuat seperti yang ditunjukkan oleh edema pitting pada dorsum pedis dan kruris kiri.
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan penyakit ginjal seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan kalium.
5. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit dan efek samping terapi seperti yang ditunjukkan oleh keluhan nyeri pada pinggang dan punggung.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan, dan factor yang berisiko untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk setiap luaran keperawatan yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
Penggunaan SDKI - SLKI - SIKI dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, menetapkan luaran, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6452 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI menurut Standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan nyeri yang terkontrol, perilaku menunjukkan pengelolaan nyeri yang efektif, dan tidak ada komplikasi terkait nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri, dan edukasi manajemen nyeri.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terinfeksi organisme patogen.
- SLKI: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda dan gejala infeksi minimal, dan tidak ada komplikasi terkait infeksi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka, pemberian antibiotik, pencegahan infeksi, dan edukasi pencegahan infeksi.
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan sesak, nyeri dada menjalar ke pinggang, dan abses di sekitar paha kanan atas, maka Diagnosa Keperawatan yang tepat adalah Nyeri Akut dan Risiko Infeksi. Selanjutnya, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 6453 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan sesak, nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4, memiliki abses di sekitar paha kanan atas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda uraikan, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut (Domain 12: Kenyamanan, Kelas 1: Nyeri) yang berhubungan dengan proses patologis (penyakit jantung koroner) ditandai dengan keluhan nyeri dada di sebelah kiri menjalar ke pinggang seperti tertusuk dengan skala 4.
2. Gangguan Pertukaran Gas (Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran, Kelas 1: Fungsi Respirasi) yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner ditandai dengan keluhan sesak napas.
3. Risiko Infeksi (Domain 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas 1: Infeksi) yang berhubungan dengan adanya abses di sekitar paha kanan atas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut: Pasien melaporkan penurunan skala nyeri dari 4 menjadi 2 atau kurang.
2. Gangguan Pertukaran Gas: Pasien menunjukkan pola napas yang normal, frekuensi napas 12-20 kali per menit, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
3. Risiko Infeksi: Tidak terjadi infeksi pada luka abses, tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, hangat) berkurang, dan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Pantau efektivitas intervensi dalam menurunkan nyeri.
2. Gangguan Pertukaran Gas:
- Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
- Ajarkan pasien teknik pernapasan dalam dan batuk efektif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mempertimbangkan perawatan lebih lanjut (misalnya pembedahan, terapi obat).
3. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka abses secara aseptik, termasuk debridemen dan pemberian antibiotik topikal.
- Pantau tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nyeri, hangat, demam).
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan pencegahan infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan dan pemberian antibiotik sistemik, jika diperlukan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai mencakup tiga masalah utama yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri akut, gangguan pertukaran gas, dan risiko infeksi. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko yang spesifik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) merupakan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Luaran ini mencakup indikator yang dapat diukur dan diamati, seperti penurunan skala nyeri, perbaikan pola napas, dan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi ini meliputi pengkajian, pemberian terapi, edukasi, pemantauan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Setiap intervensi harus sesuai dengan standar praktik keperawatan dan berdasarkan bukti-bukti ilmiah terkini.