Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20509 | 07 Aug 2025
Klinis : Pasien riwayat G4P2A1 dengan keluhan datang dengan anemia hb dari 10 ke 9.8 lalu terkahir periksa 9.6 punya riwayat isk dan kuretase pasien hamil 28 hari riwayat awal kehamilan sering muntah dan pernah di opname 3 kali karena mual muntah berkepanjangan untuk BB sebelum hamil 53 dan sesudah hamil 55.5 dengan tb 160 dan ibu mengeluh sering pusing kepalaRiwayat Kesehatan lalu : Pernah ranap dengan keluhan mual muntah tidak nafsu makan awal periode hamil pasien pernah mengalami keguguran di kehamilan ke 2 untuk Hasil hb 10 di bulan mei Hasil hb 9.8 di bulan juni Hasil hb 9.6 di bulan agustus ini Dx medisnya anemia normostik normokromik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: B.1.1)**
**Penjelasan:**
Pasien mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb) secara progresif (10 ? 9,8 ? 9,6 g/dL) dengan riwayat mual muntah berkepanjangan (hiperemesis gravidarum) dan penurunan asupan nutrisi. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, berdampak pada anemia.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **SLKI Code: L.0401** – Status nutrisi membaik dengan peningkatan Hb.
- **Indikator:**
- Asupan nutrisi adekuat (kalori, protein, zat besi).
- Kadar Hb stabil/meningkat.
- Berat badan dalam batas normal sesuai usia kehamilan.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **SIKI Code: I.11001** – Manajemen Nutrisi.
- **Intervensi:**
- Monitor asupan makanan dan cairan.
- Berikan edukasi diet tinggi zat besi (daging, sayuran hijau, suplemen Fe).
- Kolaborasi pemberian terapi antiemetik (jika diperlukan).
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: B.5.1)**
**Penjelasan:**
Pasien mengeluh pusing kepala dan kelemahan akibat anemia, menghambat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
**SLKI:**
- **SLKI Code: L.0301** – Toleransi aktivitas meningkat.
- **Indikator:**
- Pasien mampu beraktivitas tanpa pusing/lemas.
- Tanda vital stabil saat aktivitas (nadi, tekanan darah).
**SIKI:**
- **SIKI Code: I.09001** – Manajemen Energi.
- **Intervensi:**
- Anjurkan istirahat cukup dan aktivitas bertahap.
- Monitor tanda vital sebelum/sesudah aktivitas.
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: B.3.2)**
**Penjelasan:**
Riwayat ISK dan kuretase meningkatkan kerentanan infeksi, diperburuk oleh anemia yang menurunkan imunitas.
**SLKI:**
- **SLKI Code: L.1501** – Risiko infeksi terkontrol.
- **Indikator:**
- Tidak ada tanda infeksi (demam, nyeri, leukositosis).
- Kebersihan perineum terjaga.
**SIKI:**
- **SIKI Code: I.18001** – Pencegahan Infeksi.
- **Intervensi:**
- Edukasi higiene personal (termasuk perawatan area genital).
- Monitor tanda-tanda infeksi.
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (SDKI Code: B.6.1)**
**Penjelasan:**
Riwayat keguguran dan komplikasi kehamilan saat ini dapat memicu kecemasan.
**SLKI:**
- **SLKI Code: L.1401** – Ansietas teratasi.
- **Indikator:**
- Pasien menyatakan perasaan lebih tenang.
- Ekspresi wajah rileks.
**SIKI:**
- **SIKI Code: I.17001** – Manajemen Ansietas.
- **Intervensi:**
- Berikan dukungan emosional dan informasi tentang kondisi kehamilan.
- Ajarkan teknik relaksasi.
---
**Catatan:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** digunakan untuk menetapkan diagnosa.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)** menentukan tujuan asuhan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** menjadi panduan tindakan.
**Sumber:**
PPNI (2017). *Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI)*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 20511 | 07 Aug 2025
Klinis : mana
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP). Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi terbatas, dan intensitas bervariasi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Klien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan skala nyeri yang digunakan.
2. Klien akan mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Klien akan melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas tanpa peningkatan nyeri.
4. Klien akan melaporkan peningkatan kualitas tidur.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan teknik pernafasan.
4. Bantu klien untuk beristirahat dan tidur dengan mengatur lingkungan yang nyaman.
5. Motivasi klien untuk menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, fisioterapis, dll.) untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif.
7. Pantau tanda-tanda vital dan respons klien terhadap intervensi nyeri.
8. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan tambahan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena kondisi yang Anda gambarkan menunjukkan adanya pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup pengurangan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, dan peningkatan kualitas tidur. Intervensi keperawatan yang diperlukan fokus pada pengkajian nyeri, pemberian analgesik, pembelajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk menentukan rencana perawatan yang komprehensif. -
Article No. 20512 | 07 Aug 2025
Klinis : Bayi lahir prematur gemelli dengan usia kandungan 30 mgg. Saat ini di ruang perina dimana pada usia 28 hari anak dibawa ke igd karena membiru dan sesak napas. Di icu 4 hari terpasang ogt. Saat ini di perina masih terpasang ogt namun sedang di coba untuk menyusui secara langsung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi bayi lahir prematur gemelli dengan usia kandungan 30 minggu, saat ini di ruang perina, yang pada usia 28 hari dibawa ke IGD karena membiru dan sesak napas, kemudian dirawat di ICU selama 4 hari dengan pemasangan OGT, dan saat ini di perina masih terpasang OGT namun sedang dicoba untuk menyusui secara langsung:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Berat Badan Tidak Seimbang Kode: 00205 (NANDA-I)
Definisi: Keadaan di mana berat badan bayi berada di bawah rentang normal untuk usia dan jenis kelamin.
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Pertumbuhan Bayi Prematur Kode: 01022
Definisi: Keadaan di mana bayi prematur mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, kognitif, dan/atau perkembangan akibat usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pertumbuhan Bayi Optimal Kode: 01020
Definisi: Suatu keadaan di mana bayi mencapai tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usia dan jenis kelamin.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Perawatan Bayi Prematur Kode: 02401
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi tumbuh kembang bayi prematur secara optimal.
Penjelasan singkat:
Bayi lahir prematur dengan usia kandungan 30 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, yang ditandai dengan berat badan di bawah rentang normal. Tujuan perawatan adalah untuk mencapai pertumbuhan bayi yang optimal, yang dapat dicapai melalui perawatan bayi prematur, termasuk pemberian dukungan nutrisi, pencegahan komplikasi, dan stimulasi tumbuh kembang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengaturan suhu ruangan, pemberian oksigen, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, serta stimulasi perkembangan. -
Article No. 20513 | 07 Aug 2025
Klinis : Bayi lahir prematur gemelli dengan usia kandungan 30 mgg. Saat ini di ruang perina dimana pada usia 28 hari anak dibawa ke igd karena membiru dan sesak napas. Di icu 4 hari terpasang ogt. Saat ini di perina masih terpasang ogt namun sedang di coba untuk menyusui secara langsung. Carikan sdki, slki, siki untuk menyusui nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk mendukung kondisi menyusui pada bayi prematur gemelli:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menyusu (00103)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00103
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyusu dengan efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1902
Judul: Perilaku Menyusu
Definisi: Kemampuan bayi untuk menghisap, menelan, dan bernapas saat menyusu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Judul: Peningkatan Kemampuan Menyusu
Definisi: Membantu bayi untuk dapat menyusu dengan efektif.
Penjelasan Singkat:
Bayi prematur gemelli dengan usia kandungan 30 minggu yang saat ini masih terpasang OGT (Orogastric Tube) dan sedang dalam proses menyusui langsung di ruang perina, membutuhkan intervensi keperawatan yang fokus pada peningkatan kemampuan menyusu. Hal ini dikarenakan bayi prematur memiliki kesulitan dalam koordinasi menghisap, menelan, dan bernapas saat menyusu. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengajarkan teknik menyusu yang benar, memberikan stimulasi oral, dan memantau kemajuan menyusu bayi. -
Article No. 20514 | 07 Aug 2025
Klinis : OT mengatakan anak batuk mengi hari ini, batuk sudah 2 hari pilek sudah 2 minggu ini, muntah disertai dahak 2x demam naik turun lebih dari 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Gejala dan Tanda Mayor: Batuk tidak efektif, bunyi napas tambahan (mengi), sputum berlebih.
Gejala dan Tanda Minor: Perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, perubahan kedalaman napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan.
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal.
- Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu pernapasan)
- Auskultasi suara napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Bantu batuk efektif dan pembersihan jalan napas
- Kolaborasi pemberian terapi bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi
2. Manajemen Demam
- Monitor tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan demam
- Kolaborasi pemberian obat penurun demam sesuai indikasi
3. Edukasi Perawatan Anak Sakit
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala kondisi anak
- Ajarkan teknik memonitor tanda vital dan gejala anak
- Ajarkan teknik pengelolaan demam dan batuk
- Kolaborasi dengan orang tua dalam perawatan anak di rumah
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena kondisi anak menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas, ditandai dengan batuk mengi, sputum berlebih, dan perubahan pola napas. Luaran yang diharapkan adalah agar pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, dengan kriteria hasil yang mencakup bebas dari sumbatan, pola napas normal, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen demam, dan edukasi perawatan anak sakit. Manajemen jalan napas bertujuan untuk mempertahankan dan membersihkan jalan napas, termasuk pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan pemberian terapi farmakologis. Manajemen demam bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh. Edukasi perawatan anak sakit bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan orang tua dalam merawat anak di rumah.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. -
Article No. 20515 | 07 Aug 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas":
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas" adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
b. Pasien dapat mengeluarkan sekresi pernapasan dengan efektif.
c. Pasien tidak mengalami tanda-tanda obstruksi jalan napas.
d. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas.
e. Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada kondisi "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" adalah:
a. Monitoring tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien secara berkala.
b. Memposisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
d. Melakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari sekresi.
e. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan kepada pasien.
f. Memfasilitasi mobilisasi dan latihan fisik pasien untuk meningkatkan ekspansi dada.
g. Memberikan bronkodilator atau mukolitik sesuai dengan resep dokter.
h. Memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan kondisi dimana individu tidak mampu membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, atau adanya obstruksi mekanis pada jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup pemeliharaan jalan napas yang terbuka, kemampuan mengeluarkan sekresi pernapasan secara efektif, tidak adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas, tidak ada kesulitan bernapas, serta irama dan kedalaman pernapasan yang normal. Tujuan akhir adalah untuk memastikan pasien dapat bernapas dengan lancar dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi pemantauan status pernapasan, pengaturan posisi pasien, pemberian oksigen, suction untuk membersihkan jalan napas, pelatihan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan, serta pemberian bronkodilator atau mukolitik sesuai resep dokter. Evaluasi dan pemantauan efektivitas intervensi yang diberikan juga menjadi bagian penting dari asuhan keperawatan ini.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan efektif untuk mengatasi masalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" pada pasien. -
Article No. 20516 | 07 Aug 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi hipertermia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengendalikan produksi atau hilangnya panas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, lingkungan yang panas, gangguan sistem saraf pusat, atau reaksi obat-obatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali ke rentang normal (36,5-37,5°C atau 97,7-99,5°F).
2. Nyaman dan tidak mengalami gejala terkait hipertermia: Pasien dapat merasakan kenyamanan dan tidak mengalami gejala-gejala terkait hipertermia, seperti sakit kepala, mual, rasa letih, dan lain-lain.
3. Tidak terjadi komplikasi: Dengan penanganan yang efektif, diharapkan tidak terjadi komplikasi yang lebih serius, seperti dehidrasi, kelelahan, atau gangguan fungsi organ.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen hipertermia: Pasien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan cara penanganan hipertermia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
2. Pengaturan lingkungan: Menjaga suhu dan kelembaban lingkungan yang nyaman, serta mengurangi paparan panas berlebih.
3. Pemberian cairan dan elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan akibat hipertermia.
4. Terapi penurun panas: Menggunakan metode penurunan panas, seperti kompres dingin, pemberian obat antipiretik, atau teknik pendinginan lainnya.
5. Manajemen gejala: Mengatasi gejala-gejala terkait hipertermia, seperti memberikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
6. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan penanganan hipertermia agar pasien dan keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dan lain-lain) untuk menentukan penyebab hipertermia dan memberikan penanganan yang komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan terencana, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh normal, kenyamanan, dan tidak terjadi komplikasi. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendidik pasien serta keluarga dalam penanganan hipertermia. -
Article No. 20517 | 07 Aug 2025
Klinis : Pasien batuk, berdahak, sesak frekuensi napas 20 xpermenit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan gejala batuk berdahak, sesak napas, dan frekuensi napas 20 kali per menit.
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI:** **00032** – **Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:** Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan pada proses pertukaran gas di alveolus.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peningkatan produksi sekret (dahak)
- Gangguan ventilasi-perfusi
- Obstruksi jalan napas
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI:** **0401** – **Status Pernapasan: Pertukaran Gas**
**Kriteria Luaran:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit)
- Tidak ada sesak napas (dispnea)
- Bunyi napas bersih (tidak ada ronki atau wheezing)
- Saturasi oksigen (SpO?) ? 95%
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI:** **3320** – **Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
1. **Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler** untuk memaksimalkan ekspansi paru.
2. **Lakukan fisioterapi dada** (jika diperlukan) untuk membantu pengeluaran sekret.
3. **Ajarkan teknik batuk efektif** untuk membersihkan jalan napas.
4. **Berikan oksigen tambahan** jika diperlukan (sesuai indikasi).
5. **Pantau tanda-tanda vital** (frekuensi napas, saturasi oksigen, dan bunyi napas).
---
### **Catatan Tambahan**
- Jika terdapat tanda **infeksi saluran pernapasan**, dapat ditambahkan diagnosa **"Risiko Infeksi" (SDKI: 00004)** dengan intervensi **"Pencegahan Infeksi" (SIKI: 6540)**.
- Jika pasien mengalami **kecemasan akibat sesak napas**, dapat ditambahkan diagnosa **"Ansietas" (SDKI: 00146)** dengan intervensi **"Manajemen Ansietas" (SIKI: 5820)**.
Semoga penjelasan ini membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Jika diperlukan evaluasi lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*(Tenaga Kesehatan Profesional)* -
Article No. 20518 | 07 Aug 2025
Klinis : a) Saat MRS : Bayi dilahirkan secara SC dengan indikasi inpartu prematur + bekas SC 2x + febris di RSUD Kanjuruhan pada 10 Juli 2025 pukul 17.14 dengan BB 1500 gram PB 39 cm. Lalu bayi mengalami sesak napas, tampak lemah dan kulit berwarna kuning. b) Saat Pengkajian : Warna kulit gelap kehijauan dan pucat, bayi terlihat lemah, belum kuat untuk menghisap, bayi tampak kadang seperti lupa bernapas diam lama, lalu tiba – tiba bernapas kembali, dan bayi di dalam inkubator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
a) Saat MRS:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (00032)
SDKI: Pola napas tidak efektif, yaitu inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Mempertahankan status respirasi.
SIKI: Manajemen ventilasi.
2. Hipotermi (00006)
SDKI: Hipotermi, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
SIKI: Manajemen suhu.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yaitu asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Mempertahankan status nutrisi.
SIKI: Manajemen nutrisi.
4. Ikterus (00112)
SDKI: Ikterus, yaitu pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin.
SLKI: Mempertahankan status sirkulasi.
SIKI: Manajemen bilirubin.
b) Saat Pengkajian:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (00032)
SDKI: Pola napas tidak efektif, yaitu inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Mempertahankan status respirasi.
SIKI: Manajemen ventilasi.
2. Hipotermia (00006)
SDKI: Hipotermia, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
SIKI: Manajemen suhu.
3. Intoleransi aktivitas (00092)
SDKI: Intoleransi aktivitas, yaitu ketidakcukupan energi fisiologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: Mempertahankan status fungsional.
SIKI: Manajemen aktivitas.
4. Ikterus (00112)
SDKI: Ikterus, yaitu pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin.
SLKI: Mempertahankan status sirkulasi.
SIKI: Manajemen bilirubin. -
Article No. 20519 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R26.2
- Deskripsi: Gangguan Berjalan dan Mobilitas, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Latihan fisik dan mobilisasi, termasuk terapi latihan pasif dan aktif untuk memulihkan fungsi mobilitas dan kekuatan otot.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R26.2 digunakan untuk menggambarkan gangguan atau hambatan dalam kemampuan berjalan dan mobilitas seseorang, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat mencakup berbagai penyebab, seperti kondisi neurologis, muskuloskeletal, atau trauma yang mempengaruhi fungsi mobilitas.
2. Kode ICD-9-CM 93.01 merujuk pada prosedur latihan fisik dan mobilisasi yang dilakukan untuk memulihkan fungsi mobilitas dan kekuatan otot. Ini dapat mencakup terapi latihan pasif dan aktif, seperti latihan rentang gerak, latihan penguatan otot, dan aktivitas fungsional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dan mobilitas pasien.
Tindakan medis yang tercakup dalam kode 93.01 dapat dilakukan oleh berbagai tenaga kesehatan, seperti fisioterapis, okupasi terapis, atau petugas rehabilitasi lainnya, sebagai bagian dari rencana perawatan komprehensif untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pasien.