Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6601 | 21 Nov 2024
Klinis : rasional risiko ikterik neonatus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah format yang Anda minta untuk kondisi "rasional risiko ikterik neonatus":
1. Kode ICD-10:
- Kode: P59.9
- Deskripsi: Ikterus neonatus, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 P59.9 digunakan untuk menggambarkan kondisi ikterus neonatus, tanpa diagnosis spesifik penyebabnya. Rasional risiko ikterik neonatus mengacu pada kondisi dimana terdapat kemungkinan bayi akan mengalami ikterus (pewarnaan kuning pada kulit dan sklera mata) namun belum terjadi ikterus yang nyata. Dalam kasus ini, tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang spesifik, karena ini merupakan diagnosis tanpa tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 6602 | 21 Nov 2024
Klinis : rasional risiko ikterik neonatus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Ikterik Neonatus
Definisi:
Risiko Ikterik Neonatus adalah kondisi dimana bayi baru lahir berisiko mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan kondisi patologis seperti kerusakan otak, ketidakseimbangan, atau kematian.
Penyebab:
Risiko Ikterik Neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inkompatibilitas darah antara ibu dan bayi, prematuritas, infeksi, dan kelainan metabolisme. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan peningkatan produksi atau penurunan kemampuan tubuh dalam memetabolisme bilirubin.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kondisi bayi baru lahir yang berisiko mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan kondisi patologis.
Karakteristik Definisi: Riwayat peningkatan bilirubin, tanda-tanda ikterik, faktor risiko peningkatan bilirubin (inkompatibilitas darah, prematuritas, infeksi, kelainan metabolisme).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Kadar bilirubin dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat peningkatan bilirubin (kerusakan otak, ketidakseimbangan, atau kematian)
3. Orang tua/keluarga memahami perawatan bayi dengan risiko ikterik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan kadar bilirubin secara berkala
2. Pemberian terapi fototerapi atau transfusi darah jika diindikasikan
3. Edukasi dan dukungan kepada orang tua/keluarga mengenai perawatan bayi dengan risiko ikterik
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain (Dokter, Ahli Gizi, dll.) dalam mengelola kondisi bayi
Dengan demikian, diagnosa keperawatan Risiko Ikterik Neonatus merupakan kondisi yang membutuhkan pemantauan yang ketat, terapi yang sesuai, serta kolaborasi tim kesehatan untuk memastikan bayi dapat terhindar dari komplikasi yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 6603 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak umur 6 tahun dirawat di ruang pediatric dengan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik : ibu mengeluhkan demam tinggi terus menerus selama 5 hari, disertai adanya tanda perdarahan yaitu ruam atau petekie. Petekie atau ruam mula2 terlihat di dada, abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka. Anak mengeluhkan rasa mual, sakit kepala berat, sakit pada sendi , badan lemas. Tekanan darah : 80/50 mmHg, Suhu : 38 0 c, Nadi : 90 x/ menit teraba lemah, akral dingin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi anak tersebut adalah:
1. Resiko Perdarahan Spontan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah ditandai dengan adanya tanda perdarahan seperti petekie atau ruam.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Resiko Perdarahan Spontan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan tanpa penyebab yang jelas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah Integritas Jaringan: Tidak terjadi perdarahan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Pemantauan Tanda-tanda Vital, Manajemen Perdarahan, dan Manajemen Nyeri.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan demam tinggi terus-menerus selama 5 hari.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah Regulasi Suhu Tubuh: Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Demam, Pemantauan Tanda-tanda Vital, dan Pemberian Cairan.
3. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan terasa lemas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Kelelahan adalah pengalaman subjektif yang menimbulkan perasaan keletihan dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah Pemulihan Energi: Mempertahankan atau meningkatkan energi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Pemberian Nutrisi.
Diagnosis keperawatan ini dapat menjadi dasar untuk menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif bagi anak tersebut. -
Article No. 6604 | 21 Nov 2024
Klinis : keluarga pasien mengatakan anaknya badannya lebam-lebam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Tubuh Berhubungan dengan Ketidakstabilan Hemostatik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera Tubuh adalah kondisi rentan di mana individu/keluarga/komunitas mengalami potensi luka fisik akibat faktor internal dan/atau eksternal.
Ketidakstabilan Hemostatik adalah kondisi di mana terjadi gangguan pada sistem pembekuan darah, yang dapat menyebabkan perdarahan atau pembentukan gumpalan darah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko cedera tubuh
- Pasien/keluarga mampu melakukan tindakan pencegahan cedera tubuh
- Tidak terjadi cedera tubuh pada pasien
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Identifikasi faktor risiko cedera tubuh
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan ketidakstabilan hemostatik
- Edukasi kepada pasien/keluarga tentang pencegahan cedera tubuh
- Pengawasan tanda-tanda vital dan pembekuan darah
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi faktor risiko, melakukan intervensi yang tepat, dan memastikan keselamatan pasien. Saya akan memberikan edukasi yang komprehensif agar pasien dan keluarga dapat memahami kondisi dan melakukan tindakan pencegahan secara mandiri. -
Article No. 6605 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk mendiagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan pasien yang menunjukkan adanya lesi di paru, serta gejala-gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan.
Untuk tindakan medis, kode ICD-9-CM 87.44 digunakan untuk pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dan menentukan jenis pengobatan yang tepat.
Perlu dicatat bahwa kode ICD-10 digunakan untuk diagnosis, sedangkan kode ICD-9-CM digunakan untuk prosedur atau tindakan medis. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk dokumentasi dan penagihan yang akurat dalam sistem perawatan kesehatan. -
Article No. 6606 | 21 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan hamil anak pertama ingin kontrol usg,dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,gerak janin aktif, ku cukup bb 70 tensi 120/80 nadi 82 spo2 98 rr 20 suhu 36,8
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O24.910
- Deskripsi: Diabetes mellitus tidak diperinci, tidak berkomorbiditas, dalam kehamilan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 76.11
- Deskripsi: Ultrasonografi obstetrik, rutin, trimester pertama
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O24.910 mengacu pada kondisi diabetes mellitus tidak diperinci, tidak berkomorbiditas, dalam kehamilan, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, namun gerak janin aktif dan kondisi umum cukup, sehingga diagnosis utama adalah kehamilan.
2. Kode ICD-9-CM 76.11 mengacu pada prosedur ultrasonografi obstetrik, rutin, yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Prosedur ini dilakukan untuk memantau perkembangan janin dan memastikan kehamilan berjalan dengan baik.
Secara keseluruhan, pasien ini memerlukan pemantauan kehamilan trimester pertama melalui pemeriksaan ultrasonografi obstetrik rutin, dengan memperhatikan riwayat diabetes mellitus yang dimiliki. -
Article No. 6607 | 21 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan hamil anak pertama ingin kontrol usg,dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,gerak janin aktif, ku cukup bb 70 tensi 120/80 nadi 82 spo2 98 rr 20 suhu 36,8
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan aktivitas uterus
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dirasakan seperti kerusakan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien/klien akan mampu mengontrol nyeri, mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri, dan melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi untuk menangani nyeri akut meliputi pengkajian nyeri, manajemen nyeri, dan evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
2. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kebutuhan meningkat berhubungan dengan kehamilan
Penjelasan:
- SDKI: Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kebutuhan meningkat adalah keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami ketidakadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien/klien akan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan, menunjukkan peningkatan berat badan yang sesuai, dan melaporkan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- SIKI: Intervensi untuk menangani risiko ketidakseimbangan nutrisi: kebutuhan meningkat meliputi pengkajian status nutrisi, perencanaan diet, dan evaluasi status nutrisi.
Dengan kondisi pasien yang hamil anak pertama, mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, dan gerak janin aktif, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah nyeri akut berhubungan dengan peningkatan aktivitas uterus dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kebutuhan meningkat berhubungan dengan kehamilan. Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk masing-masing diagnosa telah diberikan. -
Article No. 6608 | 21 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan hamil anak pertama ingin kontrol usg,dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,gerak janin aktif, ku cukup bb 70 tensi 120/80 nadi 82 spo2 98 rr 20 suhu 36,8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisa dan rencana asuhan keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Janin Berhubungan dengan Nyeri Perut Bagian Bawah". Hal ini didasarkan pada keluhan pasien yaitu nyeri perut bagian bawah yang dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada janin. Meskipun saat ini gerak janin aktif, nyeri perut dapat mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan janin.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi Janin Terpelihara
- Berat badan janin sesuai usia kehamilan
- Tidak ada tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan janin
- Ibu melaporkan asupan nutrisi yang adekuat
2. Manajemen Nyeri Efektif
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri perut bagian bawah
- Pasien mampu mengidentifikasi dan menerapkan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat nyeri, seperti perdarahan atau kontraksi uterus berlebihan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Evaluasi status nutrisi ibu hamil (asupan, berat badan, dll)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ibu dan janin
- Edukasi ibu tentang pentingnya nutrisi seimbang selama kehamilan
- Monitoring berat badan dan pertumbuhan janin secara berkala
2. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri perut bagian bawah
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, dll.
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan dalam kolaborasi dengan tenaga kesehatan
- Monitoring tanda-tanda vital dan kondisi umum ibu
- Edukasi ibu tentang manajemen nyeri yang efektif
3. Pemantauan Kehamilan
- Lakukan pemeriksaan USG sesuai indikasi untuk memantau perkembangan janin
- Evaluasi tanda-tanda vital dan kondisi umum ibu secara rutin
- Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk memantau kemajuan kehamilan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Janin Berhubungan dengan Nyeri Perut Bagian Bawah" dipilih karena nyeri perut yang dialami pasien dapat mengganggu asupan nutrisi ibu dan mempengaruhi perkembangan janin. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan nutrisi janin dan manajemen nyeri yang efektif. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, manajemen nyeri, dan pemantauan kehamilan secara komprehensif untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 6609 | 21 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan hamil anak pertama ingin kontrol usg,dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,gerak janin aktif, ku cukup bb 70 tensi 120/80 nadi 82 spo2 98 rr 20 suhu 36,8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Komplikasi Kehamilan
Definisi: Keadaan yang menunjukkan peningkatan kemungkinan terjadinya komplikasi selama kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan janin.
Penyebab: Adanya keluhan nyeri perut bagian bawah yang dapat mengindikasikan adanya masalah selama kehamilan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komplikasi Kehamilan Teratasi
Definisi: Kondisi di mana ibu hamil tidak mengalami komplikasi selama kehamilannya.
Kriteria Hasil:
a. Ibu melaporkan tidak ada keluhan nyeri perut bagian bawah.
b. Ibu melaporkan gerakan janin aktif.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Kehamilan
Definisi: Tindakan mengobservasi kondisi ibu hamil dan janin secara berkala untuk mendeteksi adanya komplikasi.
Aktivitas:
a. Kaji keluhan ibu hamil, seperti nyeri perut bagian bawah.
b. Lakukan pemeriksaan fisik, seperti mengukur tanda-tanda vital.
c. Observasi pergerakan janin.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan USG.
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan.
2. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan untuk mengurangi atau mengontrol rasa sakit yang dirasakan ibu hamil.
Aktivitas:
a. Kaji nyeri yang dirasakan ibu, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor yang memperberat dan memperingan.
b. Lakukan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik jika diperlukan.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan Risiko Komplikasi Kehamilan dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah, yang dapat mengindikasikan adanya masalah selama kehamilan. Luaran/Output yang diharapkan adalah Komplikasi Kehamilan Teratasi, di mana ibu tidak mengalami komplikasi selama kehamilannya. Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Pemantauan Kehamilan untuk memantau kondisi ibu dan janin, serta Manajemen Nyeri untuk mengurangi atau mengontrol rasa sakit yang dirasakan ibu hamil. -
Article No. 6610 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien anak laki-laki, usia 14 bulan, dibawa ke UGD Selasa, 13 Oktober 2023 jam 02.00 dengan sesak napas berat, sudah sejak satu minggu yang lalu. Keluhan disertai batuk, sianosis, suara mengi dan muntah. Allo-anamnesis dari ibu pasien diketahui bahwa 5 hari sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien batuk dan pilek, tanpa demam. Pasien kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis Anak dan mendapat pengobatan, namun tidak ada perbaikan. Batuk dan sesak terjadi terutama bila udara dingin atau bila pasien kelelahan. Dijumpai riwayat asthma dari nenek (dari ibu), sedangkan ibu pasien menderita alergi terhadap makanan laut dan tidak ada yang merokok di dalam rumah. Pasien sering batuk, pilek, dan sesak napas sejak usia 4 bulan. Keluhan ini timbul terutama jika di dalam rumah ada yang menderita batuk dan pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan laju nadi 136 kali per menit, teratur, isi cukup, laju napas 60 kali per menit, suhu (aksila) 37,8°C. Berat badan 11,5 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 46 cm. Ditemukan sekret jernih pada hidung. Pada pemeriksaan dada tampak expiratory effort, retraksi suprasternal dan epigastrik. Pada auskultasi terdengar ronki basah kasar dengan wheezing. Bunyi jantung normal. Perut teraba lemas, turgor kulit cukup, bising usus terdengar normal, hati dan limpa tidak teraba. Akral hangat, perfusi perifer cukup, refleks fisiologis normal, tidak dijumpai refleks patologis Hasil analisis gas darah saat ini pH 7,281, pCO2 49,9 mmHg, p02 71,9 mmHg, HCO323,1 meq/L, base excess -3,8 meq/L, saturasi 02 92%. Foto toraks kesan hiperaerasi sesuai dengan asma bronkial, tidak tampak atelectasis. Diagnosa ditegakkan Therapi yang direncanakan oleh dokter adalah oksigen 4 liter/menit melalui sungkup dan cairan intravena (dekstrosa 5%: Nacl 0,9% 3:1) KaEn 1B + KCI 10 meq/500 mL, 1200 ml perhari. Terapi inhalasi salbutamol dan ipatropium bromida setiap 2 jam. Aminofilin inisial 72 mg dalam larutan dekstrosa 5% 20 ml dalam waktu 20 menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 12 mg/jam. Deksametason diberikan 3x2 mg intravena.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama yang reguler, untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Pasien mempertahankan fungsi pernafasan yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat, mengurangi kerja napas, dan mempertahankan ventilasi yang efektif.
2. Resiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko terserang organisme patogen.
- SLKI: Pasien bebas dari komplikasi infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengelola infeksi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia dan tinggi badan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami kesulitan bernapas dengan irama yang reguler, yang ditandai dengan sesak napas berat, ekspirasi memanjang, dan suara napas abnormal (wheezing).
- Tujuannya adalah memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat, mengurangi kerja napas, dan mempertahankan ventilasi yang efektif.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian oksigen, pengaturan posisi, manajemen jalan napas, dan terapi inhalasi.
2. Resiko Infeksi:
- Pasien memiliki risiko tinggi terserang organisme patogen, yang dapat disebabkan oleh kondisi penyakit pernafasan kronis, penggunaan alat bantu, dan gangguan imunitas.
- Tujuannya adalah mencegah dan mengelola infeksi yang mungkin terjadi.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan tanda-tanda infeksi, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pasien memiliki asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik, yang dapat disebabkan oleh penyakit pernafasan kronis, mual, dan muntah.
- Tujuannya adalah mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia dan tinggi badan.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi pengaturan pola makan, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, serta konsultasi ahli gizi.
Perawat harus menggunakan pendekatan holistik dalam mengelola kondisi pasien ini, dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual untuk mencapai hasil yang optimal.