Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18599 | 15 Jun 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi bersihan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bersihan jalan napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mencerminkan adanya hambatan dalam membersihkan sekret atau mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan, sehingga terjadi akumulasi material di saluran napas yang dapat menghambat ventilasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret atau benda asing.
2. Pola Napas: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan normal.
3. Status Pernapasan: Pasien menunjukkan status pernapasan yang stabil dan tidak mengalami kesulitan bernapas.
4. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bersihan jalan napas dan strategi penanganannya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas:
- Lakukan penilaian komprehensif terhadap bersihan jalan napas, termasuk kemampuan batuk, produksi sekret, dan kemampuan membersihkan sekret.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
2. Manajemen Pernapasan:
- Pantau pola, kedalaman, dan irama napas pasien.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik atau pernapasan dalam untuk meningkatkan ventilasi.
- Berikan terapi inhalasi, seperti bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga bersihan jalan napas.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan teknik pembersihan jalan napas.
- Identifikasi dan bantu mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat bersihan jalan napas, seperti merokok atau infeksi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, pola napas yang normal, dan status pernapasan yang stabil, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang pengelolaan bersihan jalan napas. -
Article No. 18600 | 15 Jun 2025
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi adalah "Risiko Infeksi". Diagnosa ini menggambarkan kerentanan individu terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko infeksi dapat mencakup usia, status imunologis, prosedur invasif, riwayat infeksi sebelumnya, dan faktor lingkungan.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan infeksi.
3. Klien menunjukkan perilaku yang mencegah terjadinya infeksi.
4. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Klien menunjukkan penyembuhan luka yang baik (jika ada).
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Identifikasi Risiko
- Kaji faktor risiko infeksi pada klien
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi
- Kaji riwayat infeksi sebelumnya
2. Pencegahan Infeksi
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Dorong klien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Lakukan tindakan aseptik saat melakukan prosedur invasif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau dan mencegah infeksi
3. Pemantauan dan Evaluasi
- Pantau tanda-tanda vital klien secara rutin
- Pantau perkembangan luka (jika ada) dan tanda-tanda infeksi
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" mengidentifikasi kerentanan klien terhadap infeksi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya kondisi klien yang bebas dari infeksi, memiliki pengetahuan dan perilaku yang tepat untuk mencegah infeksi, serta menunjukkan tanda-tanda vital dan penyembuhan luka yang baik. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi identifikasi risiko, pencegahan infeksi, serta pemantauan dan evaluasi secara komprehensif untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan dalam mengatasi risiko infeksi pada klien. -
Article No. 18601 | 15 Jun 2025
Klinis : risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan terkait dengan risiko jatuh, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Jatuh". Risiko Jatuh didefinisikan sebagai kerentanan terhadap terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
Karakteristik definisi dari Risiko Jatuh menurut SDKI mencakup:
a. Riwayat jatuh sebelumnya
b. Penggunaan alat bantu jalan
c. Gangguan keseimbangan dan mobilitas
d. Perubahan status kesehatan
e. Lingkungan yang tidak aman
f. Penurunan fungsi kognitif
g. Efek samping pengobatan
Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko pasien untuk mengalami jatuh, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola risiko tersebut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko jatuh adalah:
a. Keseimbangan: Pasien menunjukkan peningkatan keseimbangan tubuh saat berdiri, berjalan, dan beraktivitas.
b. Mobilitas: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan perpindahan secara mandiri.
c. Integritas Kulit: Pasien tidak mengalami cedera kulit akibat jatuh.
d. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang strategi pencegahan jatuh.
e. Perilaku Pencegahan Jatuh: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan perilaku yang tepat untuk mencegah jatuh.
Luaran-luaran ini diharapkan dapat tercapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pencegahan dan pengelolaan risiko jatuh.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko jatuh adalah:
a. Identifikasi Risiko Jatuh: Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko jatuh pada pasien.
b. Pencegahan Jatuh: Menerapkan strategi pencegahan jatuh, seperti penggunaan alat bantu jalan, modifikasi lingkungan, dan peningkatan kekuatan serta keseimbangan.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko jatuh, strategi pencegahan, dan peran mereka dalam mencegah jatuh.
d. Manajemen Lingkungan: Melakukan modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, seperti menyediakan pegangan di kamar mandi, memperbaiki pencahayaan, dan menghilangkan permukaan yang licin.
e. Koordinasi Asuhan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis, dll.) untuk menyusun rencana asuhan yang komprehensif dalam mencegah dan mengelola risiko jatuh.
f. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap status keseimbangan, mobilitas, dan perilaku pencegahan jatuh, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti peningkatan keseimbangan, mobilitas, integritas kulit, pengetahuan, dan perilaku pencegahan jatuh, sehingga dapat meminimalkan risiko jatuh dan mencegah terjadinya cedera. -
Article No. 18602 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya menemukan beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut, beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kurang Pengetahuan (00126)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan Pengetahuan (1846)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Edukasi Kesehatan (6520)
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi remaja, seperti pemahaman tentang alat reproduksi, perilaku kesehatan reproduksi, dan masalah kesehatan reproduksi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Seksual Berisiko
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Risiko Perilaku Seksual Berisiko (00065)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kontrol Perilaku Seksual (1405)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Konseling Seksualitas (6530)
Definisi: Berada dalam situasi yang dapat menyebabkan keterlibatan dalam aktivitas seksual yang tidak aman atau tidak sesuai dengan norma sosial yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental remaja.
3. Diagnosa Keperawatan: Kurang Partisipasi Dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan Reproduksi
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kurang Partisipasi Dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan (00052)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemanfaatan Layanan Kesehatan (1402)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan (6510)
Definisi: Kegagalan untuk terlibat dalam pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi yang disediakan di Puskesmas, seperti klinik konsultasi kesehatan reproduksi remaja.
Dalam menangani kondisi ini, perawat komunitas dapat melakukan intervensi keperawatan seperti edukasi kesehatan reproduksi, konseling seksualitas, dan manajemen sistem pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan partisipasi remaja dalam pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi di desa Sukaria. -
Article No. 18603 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang diidentifikasi di Desa Sukaria:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Pengetahuan: Kesehatan Reproduksi Remaja** *(Kode SDKI: 00181)*
#### **Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Defisit Pengetahuan (00181):** Ketidakmampuan individu/kelompok untuk mengingat atau memahami informasi terkait kesehatan reproduksi, yang ditandai dengan kurangnya pemahaman tentang anatomi reproduksi, perilaku berisiko, dan sumber informasi yang tidak memadai.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Kurangnya paparan informasi dari sumber terpercaya (petugas kesehatan, orang tua, guru).
- Ketergantungan pada informasi dari teman sebaya dan media yang tidak terverifikasi.
- Minimnya pemanfaatan layanan konsultasi kesehatan reproduksi di Puskesmas.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Pengetahuan: Kesehatan Reproduksi (1803):**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Peningkatan pemahaman remaja tentang anatomi dan fungsi sistem reproduksi.
- Peningkatan kesadaran remaja tentang perilaku kesehatan reproduksi yang aman.
- Pemanfaatan sumber informasi yang valid (petugas kesehatan, orang tua, sekolah).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Pendidikan Kesehatan (5600):**
- **Intervensi:**
- Penyuluhan kesehatan reproduksi berbasis sekolah dan komunitas.
- Pelatihan peer educator untuk remaja.
- Kolaborasi dengan Puskesmas dalam menyediakan klinik konseling ramah remaja.
- Peningkatan keterlibatan orang tua dan guru dalam edukasi kesehatan reproduksi.
### **Rekomendasi:**
Perlu intervensi multidisiplin untuk meningkatkan literasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendekatan berbasis sekolah, keluarga, dan layanan kesehatan yang mudah diakses.
*(Sumber: PPNI, 2017-2019 – Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia)*
---
*Catatan: Format ini mengikuti kaidah akademis dengan referensi standar keperawatan nasional.* -
Article No. 18604 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya akses informasi dari petugas kesehatan dan guru.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat
Definisi: Tindakan yang tidak sesuai dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Luaran/Output SLKI:
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Peningkatan informasi kognitif yang berkaitan dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Indikator:
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
b. Menjelaskan proses menstruasi dan perubahan pada masa pubertas
c. Menjelaskan cara pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi
Definisi: Peningkatan tindakan yang sesuai dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Indikator:
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala
b. Menerapkan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
c. Menggunakan metode kontrasepsi yang sesuai
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Aktivitas:
a. Memberikan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
b. Memberikan edukasi tentang proses menstruasi dan perubahan pada masa pubertas
c. Memberikan edukasi tentang pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual
2. Konseling Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memberikan bimbingan dan dukungan terkait masalah kesehatan reproduksi.
Aktivitas:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah kesehatan reproduksi remaja
b. Memberikan konseling tentang perilaku kesehatan reproduksi yang sehat
c. Memfasilitasi remaja untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas
3. Pengembangan Kemitraan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya promosi kesehatan reproduksi remaja.
Aktivitas:
a. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan sekolah untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja
b. Melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam edukasi kesehatan reproduksi remaja
c. Menjalin kerjasama dengan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja di desa Sukaria. -
Article No. 18605 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang teridentifikasi adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z00.3
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan remaja
Tidak terdapat prosedur/tindakan medis yang spesifik berdasarkan informasi yang diberikan. Namun, beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan adalah:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Konseling kesehatan remaja
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z00.3 (Pemeriksaan kesehatan remaja) sesuai dengan situasi yang dipaparkan, di mana perawat komunitas melakukan pengkajian terhadap populasi remaja di desa Sukaria.
2. Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini, tetapi konseling kesehatan remaja (Kode ICD-9-CM 93.94) dapat menjadi salah satu intervensi yang sesuai dengan kebutuhan informasi kesehatan reproduksi yang diidentifikasi pada remaja di desa tersebut. -
Article No. 18606 | 15 Jun 2025
Klinis : Pasien mengatakan panas sudah 3 hari disertai dengan batuk, kepala pusing cekot cekot, mual, sesak, susah tidur . Kemudian pasien datang di IGD untuk berobat pada tanggal 23 Mei 2025 pukul 22.30 WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan di IGD, Pasien dilakukan pemantauan dan pemeriksaan lanjutan sehingga diminta untuk opname. Kemudian pasien datang di Ruang A2 pada 24 Mei 2025 pukul 04.00 WIB dengan keluhan panas dan batuk berdahak.1) Tekanan darah : 110/74 mmHg 2) Nadi : 112 x/menit 3) Suhu : 38, 4 oC 4) Pernapasan : 24 x/menit 5) SpO2 : 98 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, rekan sejawat. Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai. Berikut rinciannya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Suhu Tubuh Tidak Efektif
- SIKI: Manajemen Hipertermia
2. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Ventilasi Tidak Efektif
- SIKI: Manajemen Ventilasi
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan singkat:
1. Hipertermia (00007)
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
- SLKI: Ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh secara efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang meningkat.
2. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- SDKI: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
3. Gangguan Pola Tidur (00198)
- SDKI: Gangguan durasi dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- SLKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat dan restoratif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan restoratif.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Wassalamualaikum. -
Article No. 18607 | 15 Jun 2025
Klinis : Pertanyaan 1: Anda P3. Undang bawahan tingkat A untuk menjadi P3. Berapa bonus undangannya?405.000 Pertanyaan 2: Misalkan Anda adalah P3. Tingkat bawahan B menjadi P3. Berapa bonus undangan yang bisa Anda dapatkan?108.00p Pertanyaan 3: Komisi tugas harian untuk bawahan level A adalah 5% dari pendapatan harian. Pendapatan harian P3 adalah 90.000RP, berapa bonus rabat yang bisa Anda dapatkan?4500
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Mohon maaf, pertanyaan yang Anda berikan tidak berkaitan dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI. Pertanyaan yang Anda ajukan tampaknya terkait dengan imbalan atau bonus yang diterima oleh seorang P3 (Petugas Pemasaran Penjualan) dalam menjalankan tugas.
Saya sebagai seorang perawat tidak memiliki kompetensi untuk menjawab pertanyaan terkait imbalan atau bonus dalam konteks pemasaran dan penjualan. Saya hanya dapat memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jika Anda memerlukan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, saya bersedia untuk membantu. Namun, jika pertanyaan Anda terkait dengan imbalan atau bonus dalam konteks pemasaran dan penjualan, saya mohon maaf tidak dapat memberikan informasi yang akurat. -
Article No. 18608 | 15 Jun 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 2 tahun di bawah ibunya ke poli anak dengan keluhan BAB cair dengan frekuensi 5 ×/hari disertai munta nafsu makan berkurang dan sulit tidur hasil pengkajian di dapatkan suhu 38,7C° cubitan kulit perum lambat kembali dan mukosa bibir kering
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak ditentukan
Penjelasan:
- Kode A09 pada ICD-10 mencakup diare dan gastroenteritis infeksius yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak teridentifikasi.
- Gejala yang dialami pasien, seperti diare cair dengan frekuensi tinggi, muntah, dan penurunan nafsu makan, serta tanda-tanda dehidrasi (suhu tinggi, cubitan kulit lambat kembali, dan mukosa kering) mengarah pada diagnosis diare infeksius.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak tersedia
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang tercantum dalam informasi yang diberikan.
Dalam kasus ini, penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi, pemberian antiemetik untuk mengurangi gejala muntah, dan pemberian antibiotik jika diperlukan. Namun, kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis spesifik tidak dapat ditentukan berdasarkan informasi yang diberikan.