Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20580 | 09 Aug 2025
Klinis : lemas diare sejak 4 hari smrs, muntah terus menerus tiap makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit Volume Cairan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): D.0063
- Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. Diagnosa Keperawatan: Mual
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): D.0150
- Definisi: Sensasi tidak nyaman dan tidak nyaman yang berasal dari perut, sering diikuti oleh keinginan untuk muntah.
3. Diagnosa Keperawatan: Diare
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): D.0042
- Definisi: Pengeluaran feses cair atau semi-cair lebih dari tiga kali per hari.
4. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Makan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): D.0118
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau mencerna makanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
Penjelasan singkat SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk masing-masing diagnosa:
1. Defisit Volume Cairan
- SLKI: L.0056 - Keseimbangan Cairan
- SIKI: I.0089 - Manajemen Cairan
2. Mual
- SLKI: L.0161 - Kontrol Mual
- SIKI: I.0172 - Manajemen Mual
3. Diare
- SLKI: L.0040 - Kontrol Diare
- SIKI: I.0059 - Manajemen Diare
4. Intoleransi Makan
- SLKI: L.0117 - Toleransi Makan
- SIKI: I.0129 - Manajemen Intoleransi Makan
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, perawat dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif terkait masing-masing diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi pasien. -
Article No. 20581 | 09 Aug 2025
Klinis : lemas diare sejak 4 hari smrs, muntah terus menerus tiap makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko dehidrasi (00028)
Definisi SDKI:
Risiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi jumlah yang masuk ke dalam tubuh.
Definisi SLKI:
Tindakan keperawatan untuk mencegah atau mengatasi masalah kekurangan cairan dan elektrolit.
Definisi SIKI:
Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi jumlah yang masuk ke dalam tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi SDKI:
Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Definisi SLKI:
Tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi yang seimbang.
Definisi SIKI:
Intervensi keperawatan untuk mempertahankan atau meningkatkan asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu lemas, diare sejak 4 hari, muntah terus menerus setiap makan, maka dapat ditetapkan dua diagnosa keperawatan utama, yaitu risiko dehidrasi dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Kedua diagnosa ini sesuai dengan definisi yang ditetapkan oleh PPNI dalam SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 20582 | 09 Aug 2025
Klinis : lemas diare sejak 4 hari smrs, muntah terus menerus tiap makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar atau perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi lemas, diare sejak 4 hari, dan muntah terus-menerus setiap makan adalah:
a. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
Rasional: Kondisi diare dan muntah yang terus-menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga timbul risiko hipovolemia atau penurunan volume cairan di dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keseimbangan Cairan: Meningkat
Rasional: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan terjadi peningkatan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien, sehingga dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
b. Hidrasi: Membaik
Rasional: Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan hidrasi pasien, sehingga dapat mengatasi kondisi lemas dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat.
- Berikan cairan pengganti sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti pemberian cairan intravena atau minuman elektrolit.
- Pantau tanda-tanda vital dan berat badan pasien untuk menilai status hidrasi.
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien, sehingga dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
b. Manajemen Mual dan Muntah
- Berikan antiemetik (obat anti-mual) sesuai dengan resep dokter.
- Anjurkan pasien untuk makan makanan yang ringan dan mudah dicerna.
- Hindari makanan yang dapat memicu mual dan muntah.
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang dialami pasien, sehingga dapat meningkatkan asupan nutrisi dan cairan.
c. Edukasi Nutrisi dan Cairan
- Edukasikan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
- Ajarkan teknik pemberian makanan dan minuman yang tepat untuk mengatasi gejala mual dan muntah.
Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, sehingga dapat membantu dalam proses pemulihan.
Penjelasan di atas memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi lemas, diare, dan muntah terus-menerus pada pasien. Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 20583 | 09 Aug 2025
Klinis : pasien yang mengalami asma pada praktik keperawatan Pasien berusia 35 tahun pekerjaan pegawai gudang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai bunyi ngik dan batuk, memberat terutama saat malam dan menjelang pagi, saat cuaca dingin, dan setelah bersih-bersih rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi pasien dengan asma:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas (0410)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas (6540)
Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas, termasuk pengisapan lendir, pengaturan posisi, dan pemberian bronkodilator.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan asma mengalami penyempitan dan peradangan pada saluran pernapasan, yang menyebabkan sesak napas, mengi, dan batuk. Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga jalan napas tidak dapat dipertahankan dalam keadaan bebas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang bertujuan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas, termasuk pengisapan lendir, pengaturan posisi, dan pemberian bronkodilator. -
Article No. 20584 | 09 Aug 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anak dengan Gejala Campak**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit** *(Kode SDKI: 0601)* terkait ruam merah dan bintik Koplik akibat infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Gangguan Integritas Kulit**
*Definisi:* Perubahan kondisi kulit yang mengganggu struktur dan fungsi normal, ditandai dengan ruam, eritema, atau lesi.
*Faktor yang Berhubungan:* Infeksi virus (campak), inflamasi, dan respons imun.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Penyembuhan Luka/Integritas Kulit Meningkat**
*Indikator:*
- Ruam berkurang (Skala 1–5: dari "tidak ada perbaikan" hingga "sembuh total").
- Tidak ada lesi baru.
- Kulit kembali elastis dan tidak eritema.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Perawatan Kulit**
*Tindakan:*
- Observasi karakteristik ruam dan area yang terinfeksi.
- Jaga kebersihan kulit dengan mandi air hangat dan sabun hipoalergenik.
- Hindari penggarukan untuk mencegah infeksi sekunder.
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi gatal.
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Hipertermia** *(Kode SDKI: 0007)* terkait proses infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI**
- **Kode 0007: Hipertermia**
*Definisi:* Suhu tubuh di atas rentang normal akibat ketidakseimbangan produksi dan eliminasi panas.
2. **SLKI**
- **Kode 0007: Termoregulasi**
*Indikator:*
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5–37,5°C).
- Tidak ada menggigil atau diaforesis berlebihan.
3. **SIKI**
- **Kode 3800: Manajemen Hipertermia**
*Tindakan:*
- Pantau suhu tubuh tiap 4 jam.
- Berikan antipiretik sesuai resep (misal: parasetamol).
- Gunakan kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Anjurkan asupan cairan adekuat.
---
**Catatan Akademis:**
- **Bintik Koplik** dan **ruam makulopapular** adalah tanda patognomonik campak. Intervensi keperawatan harus fokus pada manajemen gejala dan pencegahan komplikasi (misal: pneumonia atau ensefalitis).
- Kode SDKI-SLKI-SIKI mengacu pada **PPNI (2017–2019)** dan memerlukan adaptasi berdasarkan perkembangan klinis pasien.
Sumber:
- *PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 20585 | 09 Aug 2025
Klinis : 1.Pengkajian ?Data Subjektif: a.Pasien mengatakan sering melewatkan sarapan. b.Pasien mengatakan tidak terlalu menyukai sayuran hijau. c.Pasien mengatakan tidak mengonsumsi suplemen asam folat sebelum dan awal kehamilan karena merasa “cukup sehat”. d.Pasien mengeluh mudah lelah. e.Pasien mengungkapkan rasa menyesal karena kurangnya pengetahuan berpotensi membahayakan janin. ?Data Objektif: a.Tekanan darah: 110/70 mmHg (normal). b.Berat badan: 52 kg (turun 10%). c.Kulit tampak agak pucat. d.Kadar asam folat: 2,3 ng/mL (nilai normal: >4 ng/mL). e.USG: janin tunggal, usia kehamilan sesuai. 2.Diagnosa Keperawatan (contoh) ?Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan dibuktikan dengan kadar asam folat rendah (2,3 ng/mL) serta berat badan menurun 10% dari berat badan ideal. ?Defisit pengetahuan tentang gaya hidup sehat berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan sebelum dan awal kehamilan pasien tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena merasa "cukup sehat".
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kondisi pasien:
---
### **1. Defisit Nutrisi**
**Kode SDKI:** **B.1.1** (*Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh*)
**Penjelasan:**
Pasien mengalami penurunan berat badan (10%), kadar asam folat rendah (2,3 ng/mL), dan keluhan mudah lelah, menunjukkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, khususnya asam folat. Kondisi ini berisiko memengaruhi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
**SLKI:** **B.1.1.1** (*Status Nutrisi Meningkat*)
**Kriteria Luaran:**
- Peningkatan kadar asam folat (>4 ng/mL).
- Kenaikan berat badan sesuai kebutuhan kehamilan.
- Pasien mampu mengidentifikasi makanan kaya nutrisi.
**SIKI:** **B.1.1.1.1** (*Manajemen Nutrisi*)
**Intervensi:**
- Edukasi tentang makanan tinggi asam folat (sayuran hijau, kacang-kacangan, buah).
- Kolaborasi pemberian suplemen asam folat sesuai resep.
- Pemantauan berat badan dan kadar laboratorium.
---
### **2. Defisit Pengetahuan tentang Gaya Hidup Sehat**
**Kode SDKI:** **A.11.1** (*Defisit Pengetahuan: Kurang Pemahaman tentang Kesehatan*)
**Penjelasan:**
Pasien tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena merasa "cukup sehat", menunjukkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan.
**SLKI:** **A.11.1.1** (*Pengetahuan tentang Kesehatan Meningkat*)
**Kriteria Luaran:**
- Pasien menyatakan pentingnya asam folat untuk kehamilan.
- Pasien mampu menyebutkan sumber makanan dan suplemen yang diperlukan.
**SIKI:** **A.11.1.1.1** (*Edukasi Kesehatan*)
**Intervensi:**
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil.
- Diskusi risiko defisiensi asam folat (misalnya, neural tube defect pada janin).
- Melibatkan pasien dalam perencanaan diet.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Tone Akademis:** Diagnosa dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif dengan pendekatan **evidence-based nursing**.
- **Peran Perawat:** Fokus pada **edukasi, monitoring, dan kolaborasi** untuk memastikan luaran keperawatan tercapai.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan dokumentasi keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan diskusikan dengan tim kesehatan terkait.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 20586 | 09 Aug 2025
Klinis : Klien datang ke Puskesmas Cijagra Lama pada tanggal 4 Agustus 2025 pukul 9.00 pagi, klien berobat ke poli gigi dengan keluhan sakit gigi. Saat dilakukan pengkajian dan skrinning kesehatan jiwa menunjukkan bahwa klien tampak tegang, murung, lesu, dan sering merasa tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam lebih dari 1 minggu ini. Klien mengungkapkan merasa tertekan, mudah cemas, dan sering gelisah tanpa sebab yang jelas kurang dari 1 minggu ini. Terkadang klien merasa sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan tidur, seperti sulit tidur di malam hari atau terbangun berulang kali. Kondisi ini membuat pasien merasa lemah dan tidak bertenaga di siang hari. Ekspresi wajah pasien datar, kontak mata terbatas, dan respons terhadap percakapan singkat. Klien merasa keluhannya disebabkan oleh masalah keluarga yang rumit dan pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu. Konflik keluarga yang belum selesai membuat klien merasa tidak punya dukungan dari orang-orang terdekat. Selain itu, pengalaman traumatis di masa lalu masih membekas, sehingga klien terkadang merasa dirinya tidak berguna dan ragu dengan kemampuan yang dimilikinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Kemampuan kognitif yang terganggu yang ditandai dengan kesulitan dalam berpikir jernih, mengambil keputusan, atau menyelesaikan masalah.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi.
b. Gangguan Konsep Diri
Definisi: Pandangan negatif terhadap diri sendiri yang ditandai dengan rendah diri, ketidakpastian, dan perasaan tidak berharga.
Faktor yang Berhubungan: Pengalaman traumatis di masa lalu, konflik keluarga.
c. Risiko Gangguan Tidur
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Gangguan Proses Pikir
- Klien dapat berpikir jernih dan mampu mengambil keputusan dengan baik.
- Klien dapat menyelesaikan masalah secara efektif.
b. Gangguan Konsep Diri
- Klien memiliki konsep diri yang positif.
- Klien merasa dirinya berharga dan mampu.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan baik.
c. Risiko Gangguan Tidur
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Klien merasa segar dan bersemangat di siang hari.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Gangguan Proses Pikir
- Terapi kognitif: Membantu klien mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir negatif.
- Terapi relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres dan kecemasan.
- Edukasi: Memberikan informasi terkait gangguan proses pikir dan strategi pengelolaan.
b. Gangguan Konsep Diri
- Terapi kelompok: Memfasilitasi klien untuk berbagi pengalaman dan memberikan dukungan satu sama lain.
- Terapi reminiscence: Membantu klien mengingat dan memaknai pengalaman positif di masa lalu.
- Terapi penguatan harga diri: Membantu klien mengidentifikasi kelebihan dan potensi diri.
c. Risiko Gangguan Tidur
- Manajemen lingkungan tidur: Mengoptimalkan lingkungan untuk mendukung kualitas tidur.
- Terapi relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
- Edukasi: Memberikan informasi terkait pentingnya pola tidur yang sehat.
Penjelasan tersebut disusun secara rinci dan terperinci berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar. -
Article No. 20525 | 08 Aug 2025
Klinis : dia gabisa jalan, gangguan mobilitas fisik gara" dia kena spondilitis tb, rasanya sih pas di kaji agak canggung, banyak diam, kyknya punya tmn deket tapi ga yg sampe deket bgt di situ, akhirnya yaudah gt deh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis dengan menggunakan kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M49.50
- Deskripsi: Spondilitis tuberkulosis, tidak ditentukan lokasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Latihan dan reedukas gerakan, termasuk terapi fisik untuk mobilitas fisik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M49.50 (Spondilitis tuberkulosis, tidak ditentukan lokasi) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami gangguan mobilitas fisik akibat spondilitis tuberkulosis. Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan gangguan mobilitas pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM 93.08 (Latihan dan reedukas gerakan, termasuk terapi fisik untuk mobilitas fisik) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien. Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerakan, sehingga dapat membantu pasien dalam meningkatkan mobilitas dan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien juga menunjukkan gejala kecanggungan, banyak diam, dan memiliki teman dekat tetapi tidak terlalu dekat. Hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan psikologis atau emosional pada pasien, seperti depresi atau kecemasan. Dalam kasus ini, evaluasi dan intervensi psikologis juga mungkin diperlukan untuk membantu pasien dalam mengatasi kondisi tersebut. -
Article No. 20526 | 08 Aug 2025
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C (100°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, paparan panas berlebihan, atau efek samping obat-obatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali normal: Klien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) setelah menerima intervensi keperawatan yang sesuai.
2. Tanda-tanda vital stabil: Klien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti frekuensi nadi, pernapasan, dan tekanan darah, sesuai dengan rentang normal.
3. Tidak ada komplikasi: Klien tidak akan mengalami komplikasi yang terkait dengan hipertermia, seperti dehidrasi, kejang, atau kerusakan organ.
4. Pengetahuan yang meningkat: Klien dan/atau keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan dan pengelolaan hipertermia.
5. Rasa nyaman: Klien akan menunjukkan peningkatan rasa nyaman, dengan berkurangnya gejala-gejala yang terkait dengan hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan suhu tubuh: Lakukan pemantauan suhu tubur klien secara teratur untuk mendeteksi perubahan suhu dan memantau efektivitas intervensi.
2. Manajemen lingkungan: Ciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi klien, seperti mengatur suhu ruangan, penggunaan kipas angin, atau kompres dingin.
3. Manajemen cairan dan elektrolit: Pastikan klien mendapatkan asupan cairan yang cukup dan mempertahankan keseimbangan elektrolit.
4. Manajemen demam: Berikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai indikasi untuk menurunkan suhu tubuh.
5. Edukasi: Edukasikan klien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan hipertermia, termasuk strategi pencegahan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Berkoordinasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan penyebab hipertermia dan memberikan pengobatan yang tepat.
7. Evaluasi dan monitoring: Lakukan evaluasi secara teratur untuk menilai efektivitas intervensi dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan suhu tubuh, stabilitas tanda-tanda vital, pencegahan komplikasi, peningkatan pengetahuan, dan peningkatan rasa nyaman. -
Article No. 20527 | 08 Aug 2025
Klinis : Pasien mengtakan ulu hatinya terasa sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan rasa sesak pada ulu hatinya, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Dalam kasus ini, rasa sesak pada ulu hati yang dirasakan pasien dapat dikategorikan sebagai nyeri akut yang perlu ditangani secara tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri" sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Kontrol nyeri merupakan kemampuan individu untuk mengontrol atau mengurangi pengalaman nyeri yang dirasakan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini antara lain:
1. Pasien dapat mengenali faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
2. Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Pasien dapat menggambarkan nyeri dengan akurat.
4. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
Dengan tercapainya kontrol nyeri yang baik, diharapkan pasien dapat mengelola rasa sesak pada ulu hatinya secara efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Kontrol Nyeri" pada pasien dengan keluhan rasa sesak pada ulu hati, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1. Pengkajian Nyeri: Mengkaji karakteristik, durasi, lokasi, kualitas, intensitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Manajemen Nyeri: Membantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri, termasuk penggunaan obat-obatan dan teknik non-farmakologis.
4. Kolaborasi Intervensi Farmakologis: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk memberikan intervensi farmakologis yang tepat, seperti pemberian analgesik, untuk mengurangi nyeri.
5. Evaluasi Efektivitas Intervensi: Mengevaluasi efektivitas intervensi yang telah dilakukan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk mencapai kontrol nyeri yang optimal.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran "Kontrol Nyeri" sehingga pasien dapat mengelola rasa sesak pada ulu hatinya dengan baik.