Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5153 | 09 Nov 2024
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi yang adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan mekanis pada sistem pernapasan, gangguan neurologis, atau ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan kemampuan pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi Pola Napas Tidak Efektif adalah Perbaikan Pola Napas, yang ditandai dengan adanya frekuensi pernapasan yang normal, penggunaan otot pernapasan yang efektif, serta oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan oksigenasi.
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
3. Pengaturan posisi yang dapat memfasilitasi ekspansi dada, seperti posisi semifowler atau side-lying.
4. Latihan pernapasan yang dapat meningkatkan efektivitas pernapasan.
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen gejala dan proses penyakit.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Pola Napas Tidak Efektif pada pasien. -
Article No. 5154 | 09 Nov 2024
Klinis : sputum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sputum.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret/kotoran dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Faktor Terkait:
- Produksi sekret yang berlebihan
- Kelemahan otot-otot pernapasan
- Penyakit paru-paru kronis
Gejala dan Tanda Mayor:
- Sputum yang berlebihan
- Suara napas tambahan (crackles, wheezing)
- Batuk tidak efektif
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret/kotoran dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor Terkait: Produksi sekret yang berlebihan, Kelemahan otot-otot pernapasan, Penyakit paru-paru kronis.
- Gejala dan Tanda Mayor: Sputum yang berlebihan, Suara napas tambahan (crackles, wheezing), Batuk tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 0410
- Judul Luaran: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekresi atau obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 3140
- Judul Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
- Aktivitas Utama: Auskultasi suara napas, Lakukan suction jika perlu, Berikan oksigen, Lakukan latihan batuk dan ekspektorasi.
Dalam konteks ini, perawat akan melakukan penilaian terhadap kondisi jalan napas pasien, memantau produksi sputum, dan melakukan intervensi keperawatan seperti suction, pemberian oksigen, serta latihan batuk dan ekspektorasi untuk mempertahankan jalan napas yang bebas. -
Article No. 5086 | 09 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Tidak mampu untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, sesak napas.
- Faktor Terkait: Penyakit paru (tuberkulosis paru).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
- Faktor Terkait: Penyakit kronis (tuberkulosis paru).
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Tidak dapat bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas saat beraktivitas.
- Faktor Terkait: Penyakit paru (tuberkulosis paru), ketidakseimbangan nutrisi.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh, dan Intoleransi Aktivitas. Diagnosa-diagnosa ini mencakup masalah utama yang dialami pasien dan menjadi fokus intervensi keperawatan. -
Article No. 5087 | 09 Nov 2024
Klinis : Pola Nafas Tidak Efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang [perekam medis/dokter], saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak napas)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Ventilasi mekanis, tidak spesifik lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R06.0 (Dispnea) digunakan untuk menggambarkan kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", yang merupakan gangguan pernapasan yang ditandai dengan kesulitan bernapas atau sesak napas. Kode ini mencakup berbagai jenis dispnea, termasuk dispnea paroksismal nokturnal, dispnea orthopnea, dispnea saat istirahat, dan dispnea saat beraktivitas.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Ventilasi mekanis, tidak spesifik lainnya) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif". Ini dapat mencakup penggunaan ventilasi mekanis, seperti penggunaan alat bantu pernapasan, untuk membantu pasien bernapas secara efektif.
Dalam penanganan kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", tindakan medis yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemberian oksigen tambahan
- Penggunaan ventilasi mekanis, seperti ventilator atau CPAP
- Penanganan penyebab dasar, seperti penyakit paru, kegagalan jantung, atau gangguan neurologis
- Tindakan fisioterapi untuk meningkatkan fungsi pernapasan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen penyakit dan teknik pernapasan -
Article No. 5088 | 09 Nov 2024
Klinis : Pola Nafas Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Pola Nafas Tidak Efektif. Saya akan menggunakan nada yang akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Nafas Tidak Efektif adalah suatu diagnosa keperawatan yang mengindikasikan adanya ketidakmampuan pasien untuk menginspirasi dan/atau mendespirasikan udara secara adekuat, sehingga dapat mengganggu pertukaran gas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya gangguan pada sistem pernapasan, masalah neurologis, atau kelemahan otot-otot pernapasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Pola Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi". SDKI menyediakan definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor risiko yang terkait dengan diagnosa ini.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Terkait dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Pola Nafas Tidak Efektif antara lain adalah peningkatan pola napas, pertukaran gas yang adekuat, serta peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola pernapasannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Dalam SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Nafas Tidak Efektif meliputi pemberian oksigen, latihan pernapasan, pengaturan posisi, serta pemantauan tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien secara berkala.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, serta merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien dengan kondisi Pola Nafas Tidak Efektif. -
Article No. 5089 | 09 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30;tahun. Sering berdiam diri dirumah. Pasien sering mengamuk dan marah-marah. Saat diajak bicara pasien selalu diam. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. sekaligus SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diberikan diagnosis dan kode ICD-10 serta kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F43.1
- Deskripsi: Gangguan stres pasca-trauma (PTSD)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi perilaku, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F43.1 (Gangguan stres pasca-trauma/PTSD)
- Pasien memiliki gejala-gejala yang sesuai dengan kriteria diagnostik PTSD, seperti sering berdiam diri di rumah, sering mengamuk dan marah-marah, serta bersikap diam saat diajak bicara. Hal ini menunjukkan adanya gangguan psikologis akibat trauma atau stres yang dialami oleh pasien.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 94.39 (Terapi perilaku, tidak diklasifikasikan di tempat lain)
- Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah terapi perilaku, yang bertujuan untuk membantu pasien mengelola gejala-gejala PTSD dan memperbaiki pola perilakunya.
Selain itu, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
- Diagnosis: Risiko trauma psikologis
- Kode: 00145
- Definisi: Rentan mengalami gangguan psikologis yang dapat menimbulkan penderitaan atau gangguan fungsi akibat paparan atau peristiwa yang tidak menyenangkan.
Terkait dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa yang mungkin sesuai adalah:
- SLKI: Pemulihan Trauma Psikologis
- Kode: 1804
- SIKI: Terapi Modalitas Kognitif
- Kode: 6720
Dengan mempertimbangkan diagnosis ICD-10, prosedur ICD-9-CM, serta standar keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI), maka pendekatan komprehensif dapat dilakukan untuk mengelola kondisi pasien secara holistik. -
Article No. 5090 | 09 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30;tahun. Sering berdiam diri dirumah. Pasien sering mengamuk dan marah-marah. Saat diajak bicara pasien selalu diam. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. sekaligus SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Isolasi Sosial (SDKI Kode: 00053)
Definisi: Pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik.
Gejala: Sering berdiam diri di rumah, pasien sering mengamuk dan marah-marah, serta diam saat diajak bicara.
Diagnosa ICD:
F60.0 Paranoia
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Interaksi Sosial (SLKI Kode: 00126)
Tujuan: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
Kriteria Hasil: Pasien mampu mengungkapkan perasaan dan kebutuhan, terlibat dalam aktivitas sosial, dan menunjukkan perilaku yang sesuai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Terapi Sosialisasi (SIKI Kode: 6330)
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi interaksi sosial pasien dengan orang lain.
Aktivitas: Mengidentifikasi kebutuhan sosial pasien, melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok, dan memberikan dukungan emosional.
2. Terapi Perilaku (SIKI Kode: 4920)
Definisi: Tindakan untuk membantu pasien mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
Aktivitas: Mengidentifikasi perilaku maladaptif pasien, mengajarkan teknik pengelolaan kemarahan, dan memberikan reinforcement positif.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial menggambarkan pengalaman pasien yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik. Gejala yang muncul adalah sering berdiam diri di rumah, mengamuk dan marah-marah, serta diam saat diajak bicara. Diagnosa ICD F60.0 Paranoia juga sesuai dengan kondisi pasien.
Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Interaksi Sosial, dengan tujuan agar pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Terapi Sosialisasi untuk memfasilitasi interaksi sosial pasien, dan Terapi Perilaku untuk membantu pasien mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. -
Article No. 5091 | 09 Nov 2024
Klinis : lemas, anemia, varises esofagus, hepatitis B, melena pada sirosis hepatis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53
- Deskripsi: Lemas (asthenia)
- Kode: D64.9
- Deskripsi: Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
- Kode: I85.0
- Deskripsi: Varises esofagus dengan perdarahan
- Kode: B18.1
- Deskripsi: Hepatitis viral kronis tipe B tanpa delta agen dan tanpa komanya
- Kode: K92.1
- Deskripsi: Melena
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 42.91
- Deskripsi: Skleroterapy varises esofagus
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Endoskopi bagian atas saluran cerna (esofagus, lambung, duodenum)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- Kode R53 (Lemas/asthenia) menggambarkan kondisi subjektif yang ditandai dengan perasaan lemah atau kekurangan energi.
- Kode D64.9 (Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain) adalah kode umum untuk anemia dengan etiologi yang tidak jelas.
- Kode I85.0 (Varises esofagus dengan perdarahan) menunjukkan adanya varises esofagus yang dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal.
- Kode B18.1 (Hepatitis viral kronis tipe B tanpa delta agen dan tanpa komanya) mengidentifikasi infeksi hepatitis B kronis.
- Kode K92.1 (Melena) menggambarkan adanya perdarahan gastrointestinal yang mengakibatkan keluarnya tinja berwarna hitam.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode 42.91 (Skleroterapy varises esofagus) mengindikasikan tindakan injeksi bahan sklerotik untuk menyembuhkan varises esofagus.
- Kode 45.23 (Endoskopi bagian atas saluran cerna) menunjukkan prosedur pemeriksaan endoskopik pada esofagus, lambung, dan duodenum. -
Article No. 5092 | 09 Nov 2024
Klinis : lemas, anemia, varises esofagus, hepatitis B, melena pada sirosis hepatis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan (Fatigue) berhubungan dengan anemia, hepatitis B, dan sirosis hepatis.
2. Risiko Perdarahan (Risk for Bleeding) berhubungan dengan varises esofagus dan sirosis hepatis.
Penjelasan Singkat:
1. Kelelahan (Fatigue)
- SDKI: Suatu sensasi fisik dan emosi yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan keterbatasan sumber daya fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Kemampuan untuk mempertahankan tingkat aktivitas yang diinginkan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan pemberian nutrisi yang adekuat.
2. Risiko Perdarahan (Risk for Bleeding)
- SDKI: Rentan terhadap hilangnya darah yang tidak terkontrol dari tempat-tempat di dalam atau di luar tubuh.
- SLKI: Tidak terjadi perdarahan yang tidak terkendali.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, dan pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami kelelahan yang disebabkan oleh anemia, hepatitis B, dan sirosis hepatis. Selain itu, pasien juga berisiko mengalami perdarahan yang disebabkan oleh varises esofagus dan sirosis hepatis. Manajemen yang tepat dalam bentuk intervensi keperawatan yang sesuai sangat penting untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 5093 | 09 Nov 2024
Klinis : lemas, anemia, varises esofagus, hepatitis B, melena pada sirosis hepatis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sebutkan, yaitu lemas, anemia, varises esofagus, hepatitis B, dan melena pada sirosis hepatis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan kelelahan.
2. Anemia berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin.
3. Perdarahan berhubungan dengan varises esofagus dan sirosis hepatis.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit hepatitis B.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Penurunan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa kelelahan berlebih.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, pemberian oksigen, dan pemberian nutrisi yang adekuat.
2. Anemia
- SDKI: Penurunan kadar hemoglobin dalam darah yang menyebabkan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
- SLKI: Klien menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit sesuai dengan target.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian suplemen besi, edukasi tentang diet kaya zat besi, dan pemantauan parameter laboratorium.
3. Perdarahan
- SDKI: Keluarnya darah secara tidak terkendali dari pembuluh darah yang dapat mengancam kehidupan.
- SLKI: Klien tidak mengalami perdarahan aktif dan parameter vital stabil.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pengendalian perdarahan, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
4. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Klien tidak mengalami infeksi selama perawatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pencegahan infeksi, pemberian obat-obatan anti-infeksi, dan edukasi mengenai pencegahan penularan.
Saya berharap penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang relevan untuk kondisi yang Anda sebutkan. Jika Anda membutuhkan informasi tambahan, jangan ragu untuk menanyakannya.