Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5143 | 09 Nov 2024
Klinis : Tekanan darah meningkat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi peningkatan tekanan darah, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertensi
Penjelasan:
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang melebihi batas normal, yaitu sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, dan kerusakan organ vital lainnya.
SDKI:
- Definisi: Peningkatan tekanan darah di atas batas normal, yang ditandai dengan peningkatan sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg.
- Penyebab: Faktor gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, dll.), faktor medis (penyakit ginjal, diabetes, dll.), dan faktor genetik.
- Gejala: Sakit kepala, pusing, rasa berat di dada, dan lain-lain.
SLKI:
- Tekanan Darah Terkendali: Tekanan darah sistolik dan diastolik berada dalam batas normal.
- Komplikasi Hipertensi Terkendali: Tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi.
- Pengetahuan Manajemen Hipertensi Memadai: Pasien memahami dan dapat mengelola hipertensi dengan baik.
SIKI:
- Pemantauan Tekanan Darah: Mengukur dan memantau tekanan darah secara berkala.
- Manajemen Gaya Hidup: Mengubah gaya hidup untuk mengendalikan tekanan darah.
- Edukasi Manajemen Hipertensi: Memberikan edukasi tentang pengelolaan hipertensi.
Dalam menangani kondisi hipertensi, perawat memiliki peran penting dalam melakukan pemantauan, memberikan intervensi, dan mendidik pasien untuk mencapai tekanan darah yang terkendali dan mencegah komplikasi. -
Article No. 5144 | 09 Nov 2024
Klinis : Penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Definisi:
Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
SDKI:
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan pompa jantung yang ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital, kelelahan, dan intoleransi aktivitas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik
2. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan perawatan diri
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen
3. Manajemen aktivitas
4. Manajemen cairan
5. Edukasi tentang penyakit dan manajemen perawatan diri
Penjelasan Singkat:
Penurunan curah jantung merupakan kondisi dimana volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pompa jantung, penyakit jantung, atau kondisi lainnya. Tanda-tanda yang muncul antara lain perubahan tanda-tanda vital, kelelahan, dan intoleransi aktivitas.
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk membantu pasien mencapai stabilitas hemodinamik, meningkatkan toleransi aktivitas, dan meningkatkan kemampuan perawatan diri. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen aktivitas, manajemen cairan, dan edukasi tentang penyakit serta manajemen perawatan diri.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai perbaikan kondisi dan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 5145 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus tuberkulosis paru yang diderita oleh Tn. T, 54 tahun, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan, yaitu:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
4. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kesehatan.
5. Konstipasi berhubungan dengan kurang asupan cairan dan aktivitas.
Penjelasan singkat dari masing-masing diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit.
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang dibutuhkan di lingkungan tempat tinggal atau komunitas.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, Peningkatan mobilitas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan nutrisi.
- SIKI: Manajemen nutrisi, Terapi gizi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Bersihan jalan napas.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen pernapasan.
4. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kesehatan.
- SDKI: Respon emosional dan fisiologis terhadap sumber stres atau ancaman yang dirasakan tidak mampu dikelola.
- SLKI: Ketenangan emosi.
- SIKI: Manajemen ansietas, Dukungan emosional.
5. Konstipasi berhubungan dengan kurang asupan cairan dan aktivitas.
- SDKI: Penurunan frekuensi defekasi, pengurangan volume, atau kesulitan mengeluarkan feses.
- SLKI: Eliminasi usus yang teratur.
- SIKI: Manajemen konstipasi, Manajemen nutrisi. -
Article No. 5146 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tuberkulosis Paru:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Kekurangan Volume Cairan
d. Konstipasi
e. Ansietas
2. Penjelasan Singkat:
a. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan klien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan toleransi klien terhadap aktivitas.
c. Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang memadai.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
d. Konstipasi
- SDKI: Pengurangan frekuensi defekasi, disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak teratur.
- SLKI: Pemulihan pola defekasi yang teratur.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pengeluaran feses yang teratur.
e. Ansietas
- SDKI: Respon tidak menyenangkan terhadap ancaman yang diidentifikasi, tidak ditentukan, atau berasal dari dalam diri individu.
- SLKI: Penurunan kecemasan yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan.
Dalam kasus tuberkulosis paru ini, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah pola napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, kekurangan volume cairan, konstipasi, dan ansietas. Intervensi keperawatan yang sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia akan membantu memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 5147 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yang menunjukkan hasil positif (+3) dan hasil tes cepat Xpert MTB yang positif.
- Kode ICD-9-CM 99.02 merupakan kode untuk pemberian cairan intravena, yang sesuai dengan terapi cairan infus yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 5148 | 09 Nov 2024
Klinis : Kasus resiko disorganisasi perilaku bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi
Definisi:
Risiko terjadinya pola perilaku bayi yang tidak kohesif dan tidak terkoordinasi, yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penyebab Potensial:
1. Kemampuan bayi yang belum matang
2. Interaksi ibu-bayi yang tidak optimal
3. Lingkungan yang tidak mendukung
Gejala dan Tanda:
1. Pola tidur yang tidak teratur
2. Kesulitan dalam mengatur fungsi fisiologis (contoh: makan, eliminasi)
3. Respons emosional yang tidak stabil
4. Ketidakmampuan bayi untuk menenangkan diri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi tanda-tanda vital dan pola tidur bayi secara berkala
2. Fasilitasi interaksi ibu-bayi yang positif
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi bayi
4. Ajarkan teknik-teknik menenangkan bayi (contoh: bouncing, swaddling)
5. Berikan dukungan dan edukasi bagi orang tua
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bayi menunjukkan pola tidur yang teratur
2. Bayi dapat mengatur fungsi fisiologis dengan baik
3. Bayi menunjukkan respons emosional yang stabil
4. Bayi dapat menenangkan diri dengan bantuan
Dokumentasi (SDKI):
1. Pola tidur bayi
2. Kemampuan bayi dalam mengatur fungsi fisiologis
3. Respons emosional bayi
4. Kemampuan bayi dalam menenangkan diri
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengelola risiko disorganisasi perilaku bayi. -
Article No. 5149 | 09 Nov 2024
Klinis : Hiperemisis gravidarum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperemisis gravidarum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berlebihan (Hiperemisis Gravidarum)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hiperemisis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, yang dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan. Kondisi ini dapat terjadi pada 0,5-2% kehamilan dan biasanya terjadi pada trimester pertama.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan hiperemisis gravidarum adalah:
1. Tidak terjadi dehidrasi
2. Asupan cairan dan nutrisi adekuat
3. Berat badan stabil atau meningkat
4. Tidak terjadi komplikasi, seperti gangguan elektrolit atau masalah ginjal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Mual dan Muntah
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
3. Edukasi Gizi Ibu Hamil
4. Kolaborasi Pemberian Antiemetik dan Obat-obatan lain
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pendekatan holistik dalam mengelola kondisi hiperemisis gravidarum ini. Tujuan utamanya adalah mencegah komplikasi, mempertahankan status hidrasi dan nutrisi ibu, serta memberikan dukungan emosional selama masa kehamilannya. -
Article No. 5150 | 09 Nov 2024
Klinis : Ny. R datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto rujukan dari Puskesmas Jatilawang pada hari Rabu, 19 April 2017 dengan keluhan sesak napas terjadi saat melakukan aktivitas ringan maupun sedang, sesak napas bertambah apabila posisi tidur terlentang, jantung berdebar-debar, dada kadang terasa nyeri namun tidak menjalar, mudah lelah dan bengkak pada kedua kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi pasien Ny. R yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau menyesuaikan ventilasi yang memadai, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbondioksida.
- Karakteristik Utama: Sesak napas saat melakukan aktivitas, bertambah saat posisi terlentang, dan adanya perubahan ritme napas.
2. Penurunan Curah Jantung (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Karakteristik Utama: Palpitasi, nyeri dada, dan edema perifer.
3. Kelelahan (SDKI)
- Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif akan kurangnya energi dan kemampuan untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik Utama: Mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SLKI dan SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Pemulihan Pola Napas
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan pola napas
- Manajemen jalan napas
- Oksigenasi
2. Penurunan Curah Jantung (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Pemulihan Fungsi Kardiovaskular
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen cairan
- Terapi titrasi obat
3. Kelelahan (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Peningkatan Energi
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen aktivitas
- Terapi istirahat
- Edukasi manajemen energi
Harap diingat bahwa diagnosis keperawatan dan intervensi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan hasil pengkajian yang lebih lengkap. -
Article No. 5151 | 09 Nov 2024
Klinis : Terapi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Terapi Aktivitas:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam gerak fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan kemampuan dalam melakukan gerakan yang terkoordinasi
- Nyeri saat bergerak
- Penurunan rentang gerak sendi
- Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan kemampuan mobilisasi
- Peningkatan rentang gerak
- Peningkatan kekuatan otot
- Peningkatan toleransi aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Aktivitas
- Latihan Rentang Gerak
- Latihan Kekuatan Otot
- Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik menggambarkan kondisi keterbatasan gerak fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan termasuk Terapi Aktivitas, Latihan Rentang Gerak, Latihan Kekuatan Otot, dan Manajemen Nyeri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi, rentang gerak, kekuatan otot, dan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 5152 | 09 Nov 2024
Klinis : luks herpes kemerahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan:
Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan yang lebih dalam. Kondisi luka herpes kemerahan menunjukkan adanya kerusakan pada lapisan kulit, sehingga diagnosa ini sesuai.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan yang lebih dalam.
- Faktor Risiko: Infeksi, gangguan sirkulasi, malnutrisi, imobilitas.
- Gejala dan Tanda: Kulit merah, luka, bengkak, nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, luka sembuh.
- Indikator: Luka membaik, tidak ada tanda infeksi, nyeri berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Perawatan luka, penatalaksanaan infeksi, manajemen nyeri.
- Aktivitas: Membersihkan luka, mengaplikasikan obat topikal, memantau tanda infeksi.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menyarankan agar Anda segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai untuk menangani kondisi luka herpes Anda. Penanganan yang cepat dan tepat akan membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.