Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5200 | 10 Nov 2024
Klinis : diagnosa kedua untuk pasien ulkus diabetiku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, disebabkan keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Pada pasien dengan ulkus diabetik, intoleransi aktivitas dapat terjadi akibat adanya luka, nyeri, dan pembatasan mobilitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan untuk mempertahankan atau mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
- Karakteristik Utama: Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari, keterbatasan dalam mobilitas, kelelahan saat beraktivitas.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kronis, adanya komplikasi, nyeri, malnutrisi, dan faktor psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, tidak ada tanda kelelahan berlebih, dan pasien mampu beradaptasi dengan pembatasan aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen aktivitas, peningkatan mobilitas, manajemen nyeri, dan konseling.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien dengan ulkus diabetik. -
Article No. 5201 | 10 Nov 2024
Klinis : diagnosa ketiga untuk pasien ulkus diabetikum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan ulkus diabetikum.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah keadaan rentan individu terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah diberikan intervensi keperawatan, pasien dengan ulkus diabetikum diharapkan dapat menunjukkan:
a. Tanda-tanda infeksi minimal
b. Proses penyembuhan ulkus yang membaik
c. Tidak terjadi komplikasi infeksi yang dapat membahayakan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi risiko infeksi pada pasien dengan ulkus diabetikum meliputi:
a. Perawatan luka yang tepat, seperti debridement, irigasi, dan aplikasi balutan yang sesuai.
b. Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas.
c. Pemantauan tanda-tanda infeksi secara berkala.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan luka yang benar.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan ahli kaki diabetik, untuk penanganan komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat berperan sebagai pakar dalam mengelola risiko infeksi pada pasien dengan ulkus diabetikum, sehingga dapat mencegah komplikasi yang dapat membahayakan kondisi pasien. -
Article No. 5202 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus.
Tn. Tan Peng Liang (66 tahun), Diagnosa Medis: Gastritis Kronis
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kebiasaan membaca sebelum tidur dan menyalakan lampu di malam hari.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tn. Klaus (46 tahun), Diagnosa Medis: Vertigo
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan lingkungan kamar yang tidak kondusif (cahaya terang dan suara bising).
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan vertigo.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin secara mandiri.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Dalam kasus ini, diperlukan kolaborasi antara perawat dan pasien untuk mencari solusi yang dapat mengakomodasi kebutuhan tidur kedua pasien, seperti pengaturan pencahayaan, pengaturan suara, dan pengaturan jadwal. Selain itu, intervensi keperawatan juga diperlukan untuk mengatasi masalah nutrisi dan intoleransi aktivitas yang dialami oleh pasien. -
Article No. 5203 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kasus yang Anda berikan, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K29.5
- Deskripsi: Gastritis kronis, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-10:
- Kode: H81.1
- Deskripsi: Vertigo posisional paroksismal
Tidak ditemukan adanya tindakan atau prosedur medis yang dilakukan pada kedua pasien tersebut dalam keterangan yang Anda berikan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dicantumkan.
Penjelasan:
Tn. Tan Peng Liang (66 tahun) didiagnosis dengan gastritis kronis, yang diidentifikasi dengan kode ICD-10 K29.5. Gastritis kronis adalah peradangan kronis pada lapisan lambung yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, konsumsi alkohol, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Tn. Klaus (46 tahun) didiagnosis dengan vertigo, yang diidentifikasi dengan kode ICD-10 H81.1. Vertigo posisional paroksismal adalah jenis vertigo yang disebabkan oleh perubahan posisi kepala, yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan dan rasa pusing.
Kedua pasien ini mengalami konflik karena perbedaan kebiasaan tidur dan preferensi pencahayaan di ruang rawat yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan tidak mematikan lampu, sementara Tn. Klaus membutuhkan kondisi ruangan yang gelap gulita untuk bisa tidur nyenyak karena vertigonya. Situasi ini mengakibatkan gangguan tidur bagi Tn. Klaus dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi kedua pasien. -
Article No. 5204 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk masing-masing pasien:
Tn. Tan Peng Liang (66 tahun), diagnosis medis: Gastritis Kronis
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Pemulihan Pola Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan: Tn. Tan Peng Liang mengalami kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun di malam hari, terutama saat harus mematikan lampu untuk pergi ke kamar mandi. Hal ini dapat mengganggu kualitas tidurnya.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan: Tn. Tan Peng Liang mengeluh mual yang dapat mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari.
Tn. Klaus (46 tahun), diagnosis medis: Vertigo
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Pemulihan Pola Tidur
- SIKI: Manajemen Tidur
Penjelasan: Tn. Klaus mengalami kesulitan tidur di malam hari karena terganggu oleh lampu yang tetap menyala dan suara dari Tn. Tan Peng Liang. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidurnya.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan: Tn. Klaus mengalami pusing dan kepala berputar yang dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Dalam penanganan kedua pasien ini, perawat perlu mempertimbangkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, seperti manajemen tidur, manajemen aktivitas, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 5205 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. Pertanyaan. 1. Sebutkan pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji dari Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 3. Diagnosa keperawatan (minimal 3) yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk 2 diagnosa keperawatan prioritas untuk Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus, yang tdd 1. Tujuan 2. Rencana intervensi dan rasional tindakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Pengkajian Data Lebih Lanjut:
Tn. Tan Peng Liang:
- Kebiasaan tidur dan pola tidur sebelum sakit
- Riwayat penyakit gastritis kronis (durasi, gejala, penanganan sebelumnya)
- Pengaruh kondisi gastritis terhadap pola istirahat/tidur
- Persepsi dan sikap Tn. Tan Peng Liang terhadap masalah tidur dan penerangan lampu
Tn. Klaus:
- Riwayat penyakit vertigo (durasi, gejala, penanganan sebelumnya)
- Pengaruh kondisi vertigo terhadap pola istirahat/tidur
- Persepsi dan sikap Tn. Klaus terhadap masalah tidur dan penerangan lampu
- Kemampuan Tn. Klaus dalam mengatur lingkungan untuk mendukung tidur
2. Masalah Keperawatan:
Tn. Tan Peng Liang:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan gastritis kronis dan kebiasaan menyalakan lampu
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gastritis kronis
Tn. Klaus:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan vertigo dan lingkungan kamar yang tidak mendukung
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan vertigo
3. Diagnosa Keperawatan:
Tn. Tan Peng Liang:
1. Gangguan pola tidur
2. Intoleransi aktivitas
3. Risiko jatuh
Tn. Klaus:
1. Gangguan pola tidur
2. Intoleransi aktivitas
3. Ketidaknyamanan lingkungan
4. Rencana Asuhan Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Gangguan Pola Tidur
Tn. Tan Peng Liang:
Tujuan:
- Pasien dapat tidur dengan baik tanpa menyalakan lampu sepanjang malam
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat
Rencana Intervensi:
1. Kaji kebiasaan tidur dan pola tidur pasien sebelum sakit
2. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengatasi gangguan tidur
3. Buat jadwal tidur dan bangun yang teratur
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatur pengobatan gastritis agar tidak mengganggu tidur
5. Edukasi pasien dan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, ketenangan)
6. Monitor dan evaluasi pola tidur pasien secara berkala
Rasional:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur
- Menjaga konsistensi pola tidur untuk mempertahankan kualitas tidur yang baik
- Mengelola kondisi medis yang mempengaruhi tidur
- Memodifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyenyak
- Memantau efektivitas intervensi dalam meningkatkan pola tidur pasien
Tn. Klaus:
Tujuan:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak di lingkungan yang gelap dan tenang
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat
Rencana Intervensi:
1. Kaji pola tidur pasien sebelum sakit dan faktor-faktor yang mengganggu tidur
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk menangani kondisi vertigo agar tidak mengganggu tidur
3. Fasilitasi pasien untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tidur (suhu, pencahayaan, ketenangan)
4. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengatasi gangguan tidur
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya tidur yang nyenyak
6. Monitor dan evaluasi pola tidur pasien secara berkala
Rasional:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien
- Mengelola kondisi medis yang mempengaruhi tidur
- Memodifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyenyak
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur
- Memberikan edukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga
- Memantau efektivitas intervensi dalam meningkatkan pola tidur pasien -
Article No. 5206 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. Pertanyaan. 1. Sebutkan pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji dari Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 3. Diagnosa keperawatan (minimal 3) yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus dan luaran 4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk 2 diagnosa keperawatan prioritas untuk Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus, yang tdd 1. Tujuan 2. Rencana intervensi dan rasional tindakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji:
Tn. Tan Peng Liang:
- Riwayat penyakit gastritis kronis (durasi, gejala, pengobatan sebelumnya)
- Pola tidur (lama tidur, kualitas tidur, kebiasaan sebelum tidur, faktor yang mempengaruhi tidur)
- Pemeriksaan fisik lebih lanjut terkait sistem gastrointestinal
Tn. Klaus:
- Riwayat penyakit vertigo (durasi, faktor pencetus, pengobatan sebelumnya)
- Pola tidur (lama tidur, kualitas tidur, faktor yang mempengaruhi tidur)
- Pemeriksaan fisik lebih lanjut terkait sistem neurologis
2. Masalah keperawatan yang muncul:
Tn. Tan Peng Liang:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kebiasaan membaca sebelum tidur dan kesulitan untuk mematikan lampu
- Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mual dan risiko jatuh saat ke toilet di malam hari
Tn. Klaus:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai dan kebiasaan tidur Tn. Tan Peng Liang
- Distres spiritual berhubungan dengan keterbatasan finansial untuk pindah ruangan
3. Diagnosa Keperawatan dan Luaran:
Tn. Tan Peng Liang:
1. Gangguan pola tidur (SDKI) berhubungan dengan kebiasaan membaca sebelum tidur dan kesulitan mematikan lampu
- Luaran: Pemulihan pola tidur (SLKI)
2. Risiko gangguan integritas kulit (SDKI) berhubungan dengan mual dan risiko jatuh saat ke toilet di malam hari
- Luaran: Pemeliharaan integritas kulit (SLKI)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI) berhubungan dengan mual
- Luaran: Keseimbangan nutrisi (SLKI)
Tn. Klaus:
1. Gangguan pola tidur (SDKI) berhubungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai dan kebiasaan tidur Tn. Tan Peng Liang
- Luaran: Pemulihan pola tidur (SLKI)
2. Distres spiritual (SDKI) berhubungan dengan keterbatasan finansial untuk pindah ruangan
- Luaran: Kesejahteraan spiritual (SLKI)
3. Risiko jatuh (SDKI) berhubungan dengan vertigo
- Luaran: Bebas jatuh (SLKI)
4. Rencana Asuhan Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Gangguan pola tidur
Tujuan: Pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat dalam waktu 3 hari.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji pola tidur pasien, durasi tidur, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur (SIKI)
- Rasional: Untuk mendapatkan data dasar dan mengidentifikasi masalah terkait pola tidur.
2. Atur lingkungan kamar agar kondusif untuk tidur, seperti pencahayaan, suhu, dan kebisingan (SIKI)
- Rasional: Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur.
3. Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur, seperti deep breathing atau visualisasi (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu pasien lebih rileks dan memfasilitasi tidur yang berkualitas.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi, jika diperlukan (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu memfasilitasi tidur yang adekuat, jika intervensi non-farmakologis tidak cukup.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 2: Distres spiritual
Tujuan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kesejahteraan spiritual dalam waktu 3 hari.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji kebutuhan spiritual pasien, keyakinan, dan sumber koping spiritual (SIKI)
- Rasional: Untuk memahami latar belakang dan kebutuhan spiritual pasien.
2. Fasilitasi pasien dalam menjalankan praktik spiritual/keagamaan yang biasa dilakukan (SIKI)
- Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan membantu mengatasi distres.
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya rohaniawan) untuk memberikan dukungan spiritual (SIKI)
- Rasional: Untuk memberikan dukungan spiritual yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Berikan informasi dan diskusikan opsi-opsi yang dapat membantu pasien mengatasi masalah finansial (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu pasien menemukan solusi atas kendala finansial yang dihadapi. -
Article No. 5207 | 10 Nov 2024
Klinis : kebutuhan nutrisi kurang dari tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kebutuhan nutrisi kurang dari tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Utama: Berat badan di bawah rentang normal, riwayat penurunan berat badan, perubahan fungsi tubuh, dan/atau tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Faktor Terkait: Anoreksia, depresi, mual, dan/atau masalah psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Indikator: Berat badan sesuai standar, asupan makan yang adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan tidak ada perubahan fungsi tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen nutrisi, edukasi gizi, dan pemantauan status nutrisi.
- Tindakan Keperawatan: Mengkaji status nutrisi, menyusun rencana diet yang sesuai, memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat, dan memberikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang tepat.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar perawat, diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuhnya. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk manajemen nutrisi, edukasi gizi, dan pemantauan status nutrisi, sehingga pasien dapat mencapai status nutrisi yang adekuat dan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. -
Article No. 5208 | 10 Nov 2024
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Konstipasi
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan singkat mengenai kondisi konstipasi:
Definisi:
Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih sedikit dari normal dan konsistensi feses yang keras.
Penyebab:
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain pola makan yang tidak sehat, kurang cairan, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, dan kondisi medis lainnya.
Gejala:
Gejala konstipasi meliputi frekuensi buang air besar yang menurun, feses yang keras dan sulit dikeluarkan, rasa penuh di perut, mual, dan kesulitan dalam buang air besar.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan SDKI, diagnosa keperawatan untuk kondisi konstipasi adalah "Konstipasi".
Luaran Keperawatan (SLKI):
Sesuai SLKI, luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan konstipasi adalah:
1. Frekuensi buang air besar normal
2. Konsistensi feses normal
3. Rasa penuh di perut berkurang
4. Kenyamanan meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi meliputi:
1. Manajemen Konstipasi
2. Peningkatan Aktivitas
3. Edukasi Gizi
4. Terapi Relaksasi
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, merencanakan intervensi yang sesuai, dan melakukan pemantauan yang ketat untuk memastikan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 5209 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/Dl Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. L, berusia 54 tahun, mengalami kondisi yang berkaitan dengan tuberculosis paru (TB paru). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif (SLKI: Pola Napas)
Ditandai dengan pasien mengalami sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk dengan sedikit lendir keluar.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SLKI: Status Nutrisi)
Ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan (dari 68 kg menjadi 52,2 kg), asupan makanan yang kurang, dan keluhan malas makan.
c. Konstipasi (SLKI: Eliminasi Gastrointestinal)
Ditandai dengan pasien mengeluhkan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit.
d. Kecemasan (SLKI: Regulasi Emosi)
Ditandai dengan pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat dan tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TB paru.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi terkait dengan SDKI, luaran yang diharapkan sesuai SLKI, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai SIKI. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan luaran yang diharapkan, serta intervensi spesifik yang dapat dilakukan oleh perawat.