Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5253 | 11 Nov 2024
Klinis : kepala pusing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medik, saya akan memberikan informasi mengenai kode ICD-10 untuk kondisi "kepala pusing" beserta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Sakit kepala
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Konsultasi neurologi, termasuk pemeriksaan neurologis dan diagnostik.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R51 (Sakit kepala) adalah kode yang digunakan untuk menggambarkan kondisi umum "sakit kepala" atau "pusing", yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti stres, dehidrasi, migrain, atau kondisi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 89.14 (Konsultasi neurologi, termasuk pemeriksaan neurologis dan diagnostik) adalah kode yang dapat digunakan jika pasien dengan keluhan "kepala pusing" memerlukan konsultasi dengan dokter spesialis neurologi untuk melakukan pemeriksaan dan diagnostik lebih lanjut. Ini dapat termasuk pemeriksaan fisik, tes neurologis, atau pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau MRI jika diperlukan.
Catatan: Penegakan diagnosis dan penentuan tindakan medis yang tepat harus dilakukan oleh dokter yang merawat berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi pasien. -
Article No. 5254 | 11 Nov 2024
Klinis : kurang pengetahuan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan Tentang Hipertensi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kurang Pengetahuan Tentang Hipertensi didefinisikan sebagai "Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan penyakit hipertensi".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi, yang mencakup:
1. Klien dapat menjelaskan pengertian hipertensi.
2. Klien dapat menyebutkan faktor risiko hipertensi.
3. Klien dapat menjelaskan komplikasi hipertensi.
4. Klien dapat menyebutkan cara penanganan hipertensi.
5. Klien dapat menjelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
1. Manajemen Kesehatan: Edukasi Kesehatan
2. Manajemen Kepatuhan: Promosi Kepatuhan
3. Manajemen Lingkungan: Modifikasi Lingkungan
4. Terapi Aktivitas: Konseling
Sebagai seorang pakar dan perawat, saya dapat menyimpulkan bahwa diagnosa keperawatan "Kurang Pengetahuan Tentang Hipertensi" merupakan kondisi di mana pasien memiliki informasi yang tidak memadai terkait dengan penyakit hipertensi. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan pasien untuk mengelola kondisi kesehatannya dengan baik. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang fokus pada peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan menjadi sangat penting untuk diterapkan. -
Article No. 5255 | 11 Nov 2024
Klinis : pandangan kuran jelas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pandangan kurang jelas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Struktural dan Fungsi Mata
Penjelasan:
1. Definisi:
- Gangguan Penglihatan adalah keterbatasan atau penurunan kemampuan penglihatan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
- Perubahan Struktural dan Fungsi Mata adalah perubahan pada struktur dan fungsi anatomi mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.
2. Karakteristik Definisi:
- Pandangan kurang jelas
- Penurunan visus
- Perubahan lapang pandang
- Fotofobia (kepekaan terhadap cahaya)
- Metamorfopsia (perubahan bentuk objek yang dilihat)
3. Faktor Berhubungan:
- Perubahan struktural dan fungsional pada mata (penyakit mata, cedera, atau kelainan bawaan)
- Faktor usia (presbiopia, katarak, degenerasi makula)
- Faktor gaya hidup (penggunaan layar tampilan jarak dekat yang berlebihan)
4. Luaran Keperawatan (SLKI):
- Pemulihan Penglihatan
- Adaptasi Penglihatan
- Keamanan Penglihatan
5. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Gangguan Penglihatan
- Terapi Komplementer Gangguan Penglihatan
- Edukasi Gangguan Penglihatan
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pandangan kurang jelas. Saya harap informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 5256 | 11 Nov 2024
Klinis : pasien mengeluh pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Pusing Berhubungan dengan Penurunan Perfusi Jaringan Otak
Penjelasan singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), pasien yang mengeluh pusing memiliki risiko pusing berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan otak. Pusing dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan aliran darah ke otak, tekanan darah rendah, atau masalah terkait dengan sistem saraf.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Perfusi jaringan otak membaik
- Tidak ada tanda-tanda penurunan perfusi jaringan otak
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, dan suhu)
- Atur posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah ke otak
- Berikan terapi oksigen, jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab pusing
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus menerapkan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, serta bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 5257 | 11 Nov 2024
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan panduan standar dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan bukti ilmiah. Diagnosis keperawatan tersebut menjadi dasar untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi keperawatan dalam mencapai luaran yang diharapkan. Luaran keperawatan merupakan perubahan status kesehatan pasien sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah panduan standar dalam melakukan intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah. Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan sangat penting untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan outcomes pasien secara optimal. -
Article No. 5258 | 11 Nov 2024
Klinis : eliminasi urine
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi eliminasi urine.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin
Definisi:
Gangguan pola eliminasi urin yang ditandai dengan adanya perubahan frekuensi, volume, konsistensi, atau kemampuan untuk mengontrol pembuangan urin.
Penyebab:
1. Faktor fisiologis: Disfungsi saluran urinaria, infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih, neurologi, dll.
2. Faktor psikologis: Stres, kecemasan, depresi.
3. Faktor lingkungan: Keterbatasan akses ke toilet, kurangnya privasi.
Faktor Risiko:
- Usia (anak-anak, lansia)
- Penyakit kronis (diabetes, stroke, parkinson)
- Kondisi pembedahan (prostat, ginekologi)
- Penggunaan obat-obatan tertentu
Pemeriksaan:
- Pengkajian pola eliminasi urin (frekuensi, volume, konsistensi, warna, bau)
- Pemeriksaan fisik (abdomen, genitalia, refleks, kontraksi otot panggul)
- Pemeriksaan laboratorium (urinalisis, tes fungsi ginjal)
Intervensi Keperawatan:
- Manajemen eliminasi urin
- Mencegah komplikasi (infeksi, inkontinensia)
- Edukasi pasien dan keluarga
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.)
Standar Dokumentasi Keperawatan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan standar dokumentasi keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan gangguan eliminasi urin. -
Article No. 5259 | 11 Nov 2024
Klinis : etiologi infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih. Saya akan menyajikannya dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi:
Risiko Infeksi Saluran Kemih adalah kerentanan terhadap masuknya organisme patogen ke dalam saluran kemih, yang dapat menyebabkan kolonisasi dan multiplikasi, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko:
1. Obstruksi saluran kemih
2. Kateterisasi urin
3. Penurunan sistem imun
4. Usia lanjut
5. Diabetes melitus
6. Inkontinensia urin
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi saluran kemih
2. Pantau tanda dan gejala infeksi saluran kemih
3. Dorong peningkatan asupan cairan
4. Ajarkan perawatan daerah genital yang benar
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi
6. Pertahankan kebersihan dan kekeringan area sekitar kateter urin
Outcome yang Diharapkan:
1. Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih
2. Pasien memahami faktor risiko infeksi saluran kemih
3. Pasien mampu melakukan perawatan daerah genital yang benar
4. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran kemih
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih. Sebagai seorang pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu dalam memahami dan mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 5260 | 11 Nov 2024
Klinis : etiologi infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
Etiologi Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi saluran kemih (ISK) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor intrinsik:
- Anomali anatomi saluran kemih
- Disfungsi kandung kemih
- Obstruksi saluran kemih
- Mobilitas menurun
- Usia tua
2. Faktor ekstrinsik:
- Kateterisasi urin
- Prosedur diagnostik atau terapeutik pada saluran kemih
- Akses parenteral yang tidak tepat
- Higiene perineal yang buruk
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Saluran Kemih didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen, yang dapat mengancam kesehatan. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah:
- Suhu tubuh meningkat
- Disuria
- Nyeri suprapubik
- Hematuria
- Leukosituria
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi saluran kemih
- Proses penyembuhan infeksi saluran kemih yang optimal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi saluran kemih, antara lain:
- Mempertahankan higiene perineal yang baik
- Melakukan perawatan kateter urin secara aseptik
- Memantau tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi saluran kemih
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah saya paparkan merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi etiologi infeksi saluran kemih. -
Article No. 5261 | 11 Nov 2024
Klinis : Ny W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: RR 35x/mnt, TD = 80/64 mmHg, HR = 150x/mnt, irama jantung tidak teratur, terlihat distensi vena jugularis, terdengar suara ronchi di area dasar paru-paru dan ada pitting edema di kedua ekstremitas. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan gagal jantung dengan penurunan ejection fraction. Rontgen dada menunjukkan kongesti paru bilateral sedang dengan pembesaran baru pada siluet jantung yang menunjukkan kardiomegali sekunder atau efusi pericardial. Hasil Lab: WBC 8,9 x 109/L, Hb 9,5 g/dL, AST = 382U/L, ALT = 395U/L, dan troponin I 180 ng/ml.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan hemodinamik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif dengan temuan klinis yang mengarah pada kondisi gagal jantung kongestif. Tanda-tanda klinis yang mendukung diagnosis ini adalah:
- Takipnea (RR 35x/mnt)
- Hipotensi (TD 80/64 mmHg)
- Takikardia dengan irama tidak teratur (HR 150x/mnt)
- Distensi vena jugularis
- Suara ronki di area dasar paru-paru
- Edema perifer
Pasien juga memiliki riwayat penyakit penyerta yang dapat berkontribusi pada kondisi gagal jantung, yaitu diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan penurunan ejection fraction. Hasil pemeriksaan penunjang, seperti rontgen dada yang menunjukkan kongesti paru bilateral dan pembesaran jantung, serta peningkatan enzim jantung (troponin I), mendukung diagnosis gagal jantung kongestif.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah I50.0 (Gagal jantung kongestif). Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik tercantum, tetapi dapat digunakan kode 93.90 (Pemantauan hemodinamik, tidak diklasifikasikan di tempat lain) untuk mencerminkan tindakan pemantauan dan pengobatan yang dilakukan pada pasien di ruang perawatan intensif. -
Article No. 5262 | 11 Nov 2024
Klinis : Ny W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: RR 35x/mnt, TD = 80/64 mmHg, HR = 150x/mnt, irama jantung tidak teratur, terlihat distensi vena jugularis, terdengar suara ronchi di area dasar paru-paru dan ada pitting edema di kedua ekstremitas. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan gagal jantung dengan penurunan ejection fraction. Rontgen dada menunjukkan kongesti paru bilateral sedang dengan pembesaran baru pada siluet jantung yang menunjukkan kardiomegali sekunder atau efusi pericardial. Hasil Lab: WBC 8,9 x 109/L, Hb 9,5 g/dL, AST = 382U/L, ALT = 395U/L, dan troponin I 180 ng/ml.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SDKI:
- Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau energi.
SLKI:
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gejala kelelahan atau kekurangan oksigen.
SIKI:
- Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk memfasilitasi, mempromosikan, dan menjaga kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas jantung.
SDKI:
- Penurunan Curah Jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa volume darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI:
- Curah Jantung Membaik: Kemampuan jantung untuk memompa volume darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SIKI:
- Manajemen Hemodinamik: Intervensi untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
SDKI:
- Kelebihan Volume Cairan: Kondisi di mana cairan tubuh melebihi batas normal, yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
SLKI:
- Volume Cairan Terkendali: Keseimbangan cairan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SIKI:
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Penjelasan singkat:
Ny. W mengalami kondisi yang kompleks dengan adanya riwayat penyakit kronis, tanda-tanda gagal jantung, dan gangguan hemodinamik. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berkaitan dengan penurunan toleransi aktivitas, penurunan curah jantung, dan kelebihan volume cairan. Perawatan yang komprehensif dan kolaboratif diperlukan untuk mengatasi kondisi Ny. W, dengan mengacu pada standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.