Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20555 | 09 Aug 2025
Klinis : bayi BBLC CB SMK spontan usia kehamilan 39 minggu lahir pukul 21.37 dengan berat badan 3448 gram LK 33cm, LD 34 cm, LP 34 cm suhu 36,6 nadi 138x/menit reflek aktif menangis kuat APGAR 8sudah IMD 3 jam mau menyusu sudah BAB belum BAK dalam 10 jam pertama saat pagi bayi tidak minum asi sampai siang pukul 09.00 gds bayi 122
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, beserta kode dan definisinya, yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Minum Cairan Bayi
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00104
Definisi: Keadaan di mana bayi/anak menunjukkan ketidakmampuan untuk minum cairan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1701
Definisi: Bayi/anak dapat minum cairan sesuai kebutuhan metaboliknya.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6240
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi/anak minum cairan sesuai kebutuhan metaboliknya.
Penjelasan singkat:
Pada kasus ini, bayi BBLC CB SMK dengan usia kehamilan 39 minggu tidak minum ASI sampai siang hari (pukul 09.00), yang mengindikasikan adanya ketidakefektifan pola minum cairan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan, masalah menyusu, atau kondisi medis lainnya. Perawat perlu melakukan intervensi untuk membantu bayi minum cairan sesuai kebutuhan metaboliknya, seperti membantu bayi menyusu, memberikan informasi dan dukungan kepada orang tua, serta memantau asupan dan output cairan bayi. -
Article No. 20556 | 09 Aug 2025
Klinis : bayi BBLC CB SMK spontan usia kehamilan 39 minggu lahir pukul 21.37 dengan berat badan 3448 gram LK 33cm, LD 34 cm, LP 34 cm suhu 36,6 nadi 138x/menit reflek aktif menangis kuat APGAR 8sudah IMD 3 jam mau menyusu sudah BAB belum BAK dalam 10 jam pertama saat pagi bayi tidak minum asi sampai siang pukul 09.00 gds bayi 122
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: P07.1
- Deskripsi: Bayi berat lahir rendah, dengan berat badan 3448 gram yang termasuk dalam kategori bayi berat lahir cukup (BBLC).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yang telah dilakukan selama 3 jam setelah kelahiran.
Pada kasus ini, bayi lahir spontan pada usia kehamilan 39 minggu dengan berat badan 3448 gram, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, dan lingkar perut 34 cm. Bayi memiliki tanda-tanda vital yang stabil, yaitu suhu 36,6°C, nadi 138 kali per menit, serta refleks aktif, menangis kuat, dan APGAR skor 8. Bayi telah melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 3 jam setelah lahir dan sudah BAB, namun belum BAK dalam 10 jam pertama. Pada pagi hari, bayi tidak minum ASI sampai siang hari pukul 09.00, dan pemeriksaan gula darah sewaktu menunjukkan hasil 122 mg/dL.
Dari informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa bayi ini memiliki diagnosis Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC) dengan kode ICD-10 P07.1. Selain itu, juga telah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan kode ICD-9-CM 99.15. -
Article No. 20557 | 09 Aug 2025
Klinis : bayi BBLC CB SMK spontan usia kehamilan 39 minggu lahir pukul 21.37 dengan berat badan 3448 gram LK 33cm, LD 34 cm, LP 34 cm suhu 36,6 nadi 138x/menit reflek aktif menangis kuat APGAR 8sudah IMD 3 jam mau menyusu sudah BAB belum BAK dalam 10 jam pertama saat pagi bayi tidak minum asi sampai siang pukul 09.00 gds bayi 122
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah beberapa Diagnosa Keperawatan yang mungkin sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Menyusu
- Kode SDKI: 00104
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan siklus menyusu yang efektif.
- SLKI: Pemeliharaan Menyusu Efektif (0007)
- SIKI: Manajemen Laktasi (6680)
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipoglikemia
- Kode SDKI: 00154
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan kadar gula darah di bawah normal.
- SLKI: Kadar Glukosa Darah Terkendali (0012)
- SIKI: Pemantauan Kadar Glukosa Darah (5610)
3. Diagnosa Keperawatan: Hipotermi
- Kode SDKI: 00006
- Definisi: Penurunan suhu tubuh di bawah normal.
- SLKI: Suhu Tubuh dalam Rentang Normal (0800)
- SIKI: Manajemen Hipotermi (3900)
Penjelasan singkat:
1. Ketidakefektifan Menyusu: Bayi tidak minum ASI sampai siang hari, menunjukkan adanya masalah dalam memulai atau mempertahankan siklus menyusu yang efektif.
2. Risiko Hipoglikemia: Dengan berat badan lahir yang cukup besar (3448 gram), bayi berisiko mengalami penurunan kadar gula darah di bawah normal.
3. Hipotermi: Suhu tubuh bayi normal (36,6°C), namun perlu dipantau karena risiko hipotermi pada bayi baru lahir.
Tone = akademis, persona = pakar, nurse: Penjelasan ini diberikan dengan nada akademis, dari sudut pandang seorang pakar atau perawat yang berpengalaman dalam bidang keperawatan bayi baru lahir. -
Article No. 20558 | 09 Aug 2025
Klinis : SESAK, HIPERSALIVA, RETRAKSI, BBLR
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Penyebab: Sesak nafas, retraksi.
2. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau rongga tubuh.
- Penyebab: Hipersaliva.
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh (00005)
- Definisi: Rentan mengalami perubahan suhu tubuh yang tidak dapat diatur.
- Penyebab: BBLR.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00032
- Nama: Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 0302
- Nama: Ventilasi Efektif
- Definisi: Kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida secara adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 6750
- Nama: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Harapnya penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan terkait dengan kondisi yang Anda sampaikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 20559 | 09 Aug 2025
Klinis : BAYI BARU LAHIR, BB 3400 GRAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "BAYI BARU LAHIR, BB 3400 GRAM" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z38.00
- Deskripsi: Bayi tunggal, lahir di rumah sakit
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.59
- Deskripsi: Prosedur kelahiran lainnya, termasuk penanganan bayi baru lahir
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi ini menggambarkan seorang bayi baru lahir dengan berat badan 3400 gram. Kode ICD-10 yang sesuai adalah Z38.00, yang menunjukkan bayi tunggal yang lahir di rumah sakit. Tidak ada tindakan medis spesifik yang disebutkan, tetapi secara umum, prosedur kelahiran lainnya, termasuk penanganan bayi baru lahir, dapat dikodekan dengan kode ICD-9-CM 73.59. -
Article No. 20560 | 09 Aug 2025
Klinis : BAYI BARU LAHIR, BB 3400 GRAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi baru lahir dengan berat badan 3400 gram.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (00246)
Definisi: Rentan mengalami perubahan dalam tanda-tanda vital yang dapat mengancam kesehatan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
3. Risiko Hipotermia (00253)
Definisi: Rentan mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal, yang dapat mengancam kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (00246)
Kode: 10014
Definisi: Rentan mengalami perubahan dalam tanda-tanda vital yang dapat mengancam kesehatan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Kode: 10005
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
3. Risiko Hipotermia (00253)
Kode: 10018
Definisi: Rentan mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal, yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Kode: 10014
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Bersihan Jalan Napas
Kode: 10005
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
3. Termoregulasi
Kode: 10018
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Kode: 10014
Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait tanda-tanda vital untuk memantau dan mempertahankan stabilitas kondisi kesehatan pasien.
2. Manajemen Jalan Napas
Kode: 10005
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi pernapasan yang efektif dengan membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang bebas.
3. Termoregulasi
Kode: 10018
Definisi: Intervensi untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 20561 | 09 Aug 2025
Klinis : BAYI BARU LAHIR, BB 3400 GRAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk **Bayi Baru Lahir dengan BB 3400 gram** dalam format formal:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh (SDKI Code: 00007)**
**Definisi:** Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
**Faktor Risiko pada Bayi Baru Lahir:**
- Permukaan tubuh relatif luas dibandingkan berat badan.
- Lemak subkutan yang belum berkembang sempurna.
- Kemampuan termoregulasi belum matang.
**Luaran (SLKI Code: 1301):**
**Keseimbangan Suhu Tubuh**
- Kriteria:
- Suhu tubuh stabil (36,5–37,5°C).
- Tidak terdapat tanda hipotermia (kaki dingin, akrosianosis).
**Intervensi (SIKI Code: 2610):**
**Manajemen Hipetermia**
- Tindakan:
- Keringkan bayi segera setelah lahir.
- Lakukan *skin-to-skin contact* dengan ibu.
- Gunakan penghangat radian atau selimut hangat.
- Pantau suhu tubuh setiap 1–2 jam.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap patogen.
**Faktor Risiko pada Bayi Baru Lahir:**
- Sistem imun belum matang.
- Perlukaan kulit (misal: sisa tali pusat).
**Luaran (SLKI Code: 1402):**
**Perlindungan dari Infeksi**
- Kriteria:
- Tidak ada tanda infeksi (demam, pus di tali pusat).
- Tali pusat kering tanpa eritema.
**Intervensi (SIKI Code: 6540):**
**Perawatan Tali Pusat**
- Tindakan:
- Jaga kebersihan tali pusat dengan teknik steril.
- Hindari penggunaan alkohol/krim tanpa indikasi.
- Ajarkan orang tua perawatan tali pusat di rumah.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Kebutuhan Nutrisi Tidak Terpenuhi (SDKI Code: 00002)**
**Definisi:** Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan metabolik.
**Faktor Risiko pada Bayi Baru Lahir:**
- Refleks hisap-menelan belum terkoordinasi sempurna.
**Luaran (SLKI Code: 1003):**
**Status Nutrisi**
- Kriteria:
- Berat badan tidak turun >10% dari BB lahir.
- Frekuensi menyusu 8–12 kali/hari.
**Intervensi (SIKI Code: 1106):**
**Manajemen Pemberian ASI**
- Tindakan:
- Bantu posisi menyusu yang benar (*latch-on* efektif).
- Pantau output urine (6–8 popok basah/hari).
---
### **Catatan:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada **PPNI Edisi Terkini** (pastikan untuk menyesuaikan dengan revisi terbaru).
- Penyesuaian diagnosa harus mempertimbangkan **data pengkajian lengkap** (misal: ada/tidaknya komplikasi seperti ikterus atau hipoglikemia).
Semoga informasi ini membantu. Jika memerlukan penjelasan lebih mendalam, silakan ajukan pertanyaan tambahan.
**Salam profesional,**
[Asisten Klinis] -
Article No. 20562 | 09 Aug 2025
Klinis : BAYI BARU LAHIR, BB 3400 GRAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk **Bayi Baru Lahir dengan BB 3400 gram**:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Termoregulasi (SDKI Code: 00007)**
**Definisi:** Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal karena ketidakmatangan sistem pengaturan suhu.
#### **SLKI (Luaran Keperawatan):**
- **Suhu Tubuh Stabil (SLKI Code: 1401)**
- Kriteria: Suhu tubuh bayi 36,5–37,5°C, tidak ada tanda hipotermia/hipertermia.
#### **SIKI (Intervensi Keperawatan):**
- **Manajemen Termoregulasi (SIKI Code: 3530)**
- Tindakan:
- Memastikan lingkungan hangat (suhu ruangan 24–26°C).
- Menggunakan metode *kangaroo mother care* (KMC) jika diperlukan.
- Memantau suhu tubuh setiap 2–4 jam.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat sistem imun yang belum matang.
#### **SLKI (Luaran Keperawatan):**
- **Tidak Terjadi Infeksi (SLKI Code: 1701)**
- Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, pus).
#### **SIKI (Intervensi Keperawatan):**
- **Pencegahan Infeksi (SIKI Code: 6540)**
- Tindakan:
- Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
- Perawatan tali pusat steril.
- Memastikan ASI eksklusif untuk meningkatkan imunitas.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Kebutuhan Nutrisi Tidak Terpenuhi (SDKI Code: 00002)**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
#### **SLKI (Luaran Keperawatan):**
- **Asupan Nutrisi Adekuat (SLKI Code: 1003)**
- Kriteria: BB stabil/meningkat sesuai grafik pertumbuhan, frekuensi menyusu 8–12x/hari.
#### **SIKI (Intervensi Keperawatan):**
- **Manajemen Pemberian ASI (SIKI Code: 1054)**
- Tindakan:
- Edukasi teknik menyusui yang benar.
- Memantau berat badan secara berkala.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Gangguan Ikatan Orang Tua-Bayi (SDKI Code: 00045)**
**Definisi:** Potensi terganggunya proses bonding antara orang tua dan bayi.
#### **SLKI (Luaran Keperawatan):**
- **Ikatan Orang Tua-Bayi Terjalin (SLKI Code: 2202)**
- Kriteria: Orang tua menunjukkan respons positif (kontak kulit, berbicara dengan bayi).
#### **SIKI (Intervensi Keperawatan):**
- **Dukungan Pembentukan Ikatan (SIKI Code: 5270)**
- Tindakan:
- Mendorong *skin-to-skin contact*.
- Melibatkan orang tua dalam perawatan bayi.
---
### **Catatan:**
- **SDKI, SLKI, dan SIKI** merupakan standar PPNI yang wajib digunakan dalam dokumentasi asuhan keperawatan di Indonesia.
- Penyesuaian intervensi harus berdasarkan kondisi spesifik bayi dan evaluasi berkala.
Semoga informasi ini membantu. Jika memerlukan penjelasan lebih lanjut, silakan bertanya.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 20563 | 09 Aug 2025
Klinis : resiko nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Risiko Nyeri:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko nyeri adalah "Risiko Nyeri" (00035). Risiko Nyeri didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Classification for Nursing Practice, 2017)".
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dengan risiko nyeri dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri (1605):
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
2. Kualitas Hidup (2004):
- Pasien dapat melaporkan peningkatan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan dalam kesejahteraan psikologis.
- Pasien dapat melaporkan penurunan dalam dampak nyeri terhadap fungsi sosial.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran di atas, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri (1400):
- Mengkaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Memberikan analgesik sesuai dengan kebutuhan dan instruksi medis.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti teknik relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Promosi Koping (5240):
- Mengidentifikasi mekanisme koping yang efektif yang dapat digunakan pasien.
- Mendorong pasien untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif dalam menghadapi nyeri.
- Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri.
- Mendukung pasien dalam menerapkan strategi koping yang telah dipilih.
3. Dukungan Emosional (5270):
- Memberikan empati, perhatian, dan validasi terhadap pengalaman nyeri pasien.
- Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran terkait nyeri.
- Membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber dukungan emosional yang tersedia.
- Memberikan informasi yang dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan risiko nyeri dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal, meningkatkan kualitas hidup, dan mampu beradaptasi secara efektif terhadap pengalaman nyeri yang dialami. -
Article No. 20564 | 09 Aug 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif".
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah melakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
a. Bersihan jalan napas membaik, yang ditandai dengan:
i. Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
ii. Suara napas bersih, tidak terdengar ronki atau wheezing.
iii. Saturasi oksigen dalam batas normal.
b. Pasien mampu mempertahankan jalan napas yang terbuka.
c. Pasien tidak mengalami komplikasi pernapasan, seperti atelektasis atau pneumonia.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif" adalah:
a. Monitor status pernapasan: Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Fasilitasi batuk efektif: Mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan terapi inhalasi, dan melakukan suction jika diperlukan.
c. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi: Mengatur posisi pasien yang dapat memfasilitasi drainase sekret, seperti semi-fowler atau posisi miring.
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan: Memantau saturasi oksigen dan memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
e. Lakukan fisioterapi dada: Melakukan teknik fisioterapi dada, seperti percussing dan vibrasi, untuk membantu mengeluarkan sekret.
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter, terapis pernapasan, atau ahli gizi untuk memaksimalkan intervensi.
g. Edukasi dan dukungan pasien/keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya bersihan jalan napas dan melibatkan keluarga dalam perawatan.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan bersihan jalan napas, pemeliharaan jalan napas yang terbuka, dan pencegahan komplikasi pernapasan pada pasien.