Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18652 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat menetapkan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan data yang diberikan dan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: 00004
Definisi: Peningkatan risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Penjelasan: Berdasarkan data, banyak siswa yang menderita cacingan, makanan yang dijual di pinggir jalan memiliki kebersihan yang tidak terjamin, dan perilaku siswa yang jarang mencuci tangan sebelum makan dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kebersihan Diri
Kode SDKI: 00108
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penjelasan: Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor dan panjang, yang mengindikasikan gangguan kebersihan diri pada siswa.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan
Kode SDKI: 00188
Definisi: Pola perilaku individu atau kelompok yang tidak konsisten dengan meningkatkan status kesehatan.
Penjelasan: Perilaku siswa yang jarang sarapan pagi, lebih sering membeli jajanan di pedagang kaki lima daripada di kantin, dan kurang mencuci tangan sebelum makan menunjukkan ketidakefektifan perilaku kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
Kode SDKI: 00035
Definisi: Peningkatan risiko cedera fisik akibat interaksi individu dengan lingkungan atau situasi.
Penjelasan: Siswa mengeluh sulit menyeberang jalan karena banyaknya kendaraan yang lewat dan tidak adanya petugas yang menyeberangkan, sehingga meningkatkan risiko cedera.
Kode dan definisi SLKI dan SIKI terkait dengan diagnosa keperawatan di atas:
SLKI:
- Kode SLKI 00090: Kebersihan Diri Adekuat
Definisi: Terpenuhinya kebersihan diri sesuai dengan kebutuhan individu.
SIKI:
- Kode SIKI 6101: Manajemen Higiene
Definisi: Tindakan memfasilitasi kebersihan individu untuk memelihara kesehatan.
- Kode SIKI 3303: Edukasi Kesehatan
Definisi: Pemberian informasi terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Kode SIKI 6107: Manajemen Lingkungan
Definisi: Tindakan untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk memelihara kesehatan. -
Article No. 18653 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai
- Ditandai dengan: Kebersihan gigi dan mulut yang kurang, kuku jari tangan kotor dan panjang, serta 33 orang siswa menderita cacingan.
2. Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan
- Ditandai dengan: Siswa mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak dan tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat
- Ditandai dengan: Siswa jarang sarapan pagi dan lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin, serta makanan yang dijual di sekitar sekolah kebersihannya tidak terjamin.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Untuk Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai:
- Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri
- Penurunan Risiko Infeksi
2. Untuk Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan:
- Peningkatan Keselamatan Individu
- Penurunan Risiko Cidera
3. Untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat:
- Peningkatan Perilaku Makan yang Sehat
- Perbaikan Status Nutrisi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai:
- Pendidikan Kesehatan tentang Kebersihan Diri dan Pentingnya Mencuci Tangan
- Peningkatan Kebersihan Lingkungan Sekolah
- Koordinasi dengan Puskesmas untuk Skrining dan Pengobatan Cacingan
2. Untuk Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan:
- Koordinasi dengan Pihak Terkait (Sekolah, Dinas Perhubungan) untuk Pengaturan Lalu Lintas dan Penyediaan Petugas Penyeberangan
- Pendidikan Kesehatan tentang Keselamatan Menyeberang Jalan
3. Untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Perilaku Makan yang Sehat
- Kerjasama dengan Kantin Sekolah untuk Menyediakan Makanan Sehat dan Higienis
- Pengawasan Terhadap Makanan yang Dijual di Sekitar Sekolah
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Diagnosa 1 (Risiko Infeksi) menggambarkan adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada siswa terkait dengan higiene personal dan sanitasi lingkungan yang buruk.
- Diagnosa 2 (Risiko Cidera) menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya cidera pada siswa saat menyeberang jalan akibat kurangnya pengawasan dan fasilitas keselamatan.
- Diagnosa 3 (Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi) mengindikasikan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi pada siswa karena kebiasaan makan yang tidak sehat.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Luaran yang diharapkan untuk setiap diagnosa mencakup perbaikan perilaku, penurunan risiko, dan perbaikan status kesehatan siswa.
- Luaran tersebut akan menjadi indikator keberhasilan intervensi keperawatan yang dilakukan.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dirumuskan bertujuan untuk mengatasi akar masalah pada setiap diagnosa keperawatan.
- Intervensi tersebut meliputi edukasi, koordinasi dengan pihak terkait, dan upaya peningkatan kebersihan lingkungan serta penyediaan makanan sehat.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pihak sekolah, puskesmas, dan pemangku kepentingan lainnya untuk melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif guna mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesehatan siswa secara keseluruhan. -
Article No. 18654 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Berhubungan dengan kurangnya informasi dan edukasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, dan 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat
Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 19% perilaku kesehatan reproduksi remaja kurang baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan tentang alat reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi.
- Remaja dapat menyebutkan sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi.
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat
- Remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi.
- Remaja dapat menggunakan layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di Puskesmas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
- Menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja.
- Menyediakan informasi mengenai sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi.
2. Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat
- Mendorong remaja untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas.
- Mengajarkan remaja tentang perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi.
- Melibatkan orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dalam mendukung perilaku kesehatan reproduksi yang sehat pada remaja.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan adalah Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat. Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi berhubungan dengan kurangnya informasi dan edukasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria, sedangkan Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi bertujuan agar remaja dapat memahami tentang alat reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, dan sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat bertujuan agar remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi dan menggunakan layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di Puskesmas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat. Edukasi Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, masalah-masalah kesehatan reproduksi, dan sumber informasi yang tepat. Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat bertujuan untuk mendorong remaja mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas, mengajarkan remaja tentang perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi, dan melibatkan orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dalam mendukung perilaku kesehatan reproduksi yang sehat pada remaja. -
Article No. 18655 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat
- Ditandai dengan perilaku siswa yang tidak mencuci tangan sebelum makan, kebersihan gigi dan mulut yang kurang, serta kuku jari tangan yang kotor dan panjang.
- Faktor risiko: Lingkungan yang tidak bersih, akses ke air bersih yang terbatas, dan pengetahuan tentang kebersihan diri yang kurang.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat
- Ditandai dengan adanya 33 siswa yang menderita cacingan, khususnya siswa kelas II dan III.
- Faktor risiko: Perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan, kebersihan diri yang kurang, dan konsumsi makanan dari pedagang kaki lima yang kebersihan tidak terjamin.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman
- Ditandai dengan banyaknya pedagang kaki lima di pinggir jalan dan siswa yang mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak, serta tidak adanya petugas yang menyeberangkan siswa.
- Faktor risiko: Lingkungan fisik yang tidak aman, kurangnya pengawasan dan perlindungan dari bahaya lalu lintas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat:
- Perilaku Mencuci Tangan: Siswa mampu melakukan cuci tangan yang benar sebelum makan.
- Kebersihan Gigi dan Mulut: Siswa memiliki kebersihan gigi dan mulut yang baik.
- Kebersihan Kuku: Siswa memiliki kuku jari tangan yang bersih dan terpotong rapi.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat:
- Pengetahuan tentang Penyakit Parasit: Siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit parasit dan cara pencegahannya.
- Perilaku Kebersihan Diri: Siswa menunjukkan perilaku kebersihan diri yang baik, seperti mencuci tangan sebelum makan.
- Status Kesehatan: Tidak ada lagi siswa yang menderita cacingan.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman:
- Pengetahuan tentang Keselamatan di Jalan Raya: Siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang keselamatan di jalan raya.
- Perilaku Menyeberang Jalan: Siswa menunjukkan perilaku menyeberang jalan yang aman.
- Ketersediaan Fasilitas Penyeberangan: Terdapat petugas atau fasilitas penyeberangan yang memadai untuk membantu siswa menyeberang jalan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Kebersihan Diri: Memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya cuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta memotong kuku secara teratur.
- Pengawasan dan Pemantauan Kebersihan Diri: Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap perilaku kebersihan diri siswa, serta memberikan umpan balik dan penguatan positif.
- Kemitraan dengan Puskesmas: Menjalin kemitraan dengan puskesmas untuk mendapatkan dukungan dalam pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut siswa, serta pemberian intervensi yang diperlukan.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Parasit: Memberikan edukasi kepada siswa tentang penyakit parasit, cara penularannya, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
- Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Melakukan promosi dan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan diri, dan konsumsi makanan yang aman.
- Kemitraan dengan Puskesmas: Menjalin kemitraan dengan puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan cacingan pada siswa, serta pemantauan status kesehatan mereka.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman:
- Pendidikan Kesehatan tentang Keselamatan di Jalan Raya: Memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya keselamatan di jalan raya, cara menyeberang jalan yang aman, dan tindakan preventif yang dapat dilakukan.
- Koordinasi dengan Pihak Terkait: Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, puskesmas, dan pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas penyeberangan yang memadai, serta mengatur lalu lintas di sekitar sekolah.
- Pengawasan dan Pendampingan Menyeberang Jalan: Menyediakan petugas atau sistem pendampingan bagi siswa saat menyeberang jalan, terutama pada jam-jam sibuk lalu lintas.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan siswa di SD X. -
Article No. 18656 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Kondisi:**
Berdasarkan hasil survei di SD X, ditemukan beberapa masalah kesehatan yang meliputi:
1. Kebersihan makanan tidak terjamin (pedagang kaki lima).
2. Perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan.
3. Kebersihan gigi dan mulut serta kuku yang buruk.
4. Tingginya prevalensi cacingan (33 siswa, terutama kelas II dan III).
5. Kurangnya sarapan pagi.
6. Risiko kecelakaan lalu lintas akibat tidak adanya petugas penyeberangan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama:**
**"Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004) berhubungan dengan kebersihan perorangan yang buruk dan paparan terhadap makanan tidak higienis."**
**Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
- **Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat perilaku higiene yang tidak memadai.
- **Faktor terkait:**
- Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan diri.
- Paparan makanan tidak higienis dari pedagang kaki lima.
- Tidak mencuci tangan sebelum makan.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Code: 1902 (Kebersihan Diri):**
- **Kriteria Luaran:**
- Siswa mampu mendemonstrasikan cuci tangan yang benar (SIKI Code: 4210).
- Penurunan jumlah siswa dengan infeksi cacingan.
- Peningkatan kesadaran tentang kebersihan gigi dan mulut.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Edukasi Kesehatan (Code: 5602):**
- Penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan, menjaga kebersihan kuku, dan memilih makanan sehat.
- **Manajemen Lingkungan (Code: 6480):**
- Kolaborasi dengan pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan dan pengawasan kantin.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**"Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002) berhubungan dengan kebiasaan tidak sarapan dan konsumsi jajanan tidak sehat."**
**Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
- **Faktor terkait:**
- Kebiasaan melewatkan sarapan.
- Konsumsi makanan rendah gizi dari pedagang kaki lima.
**SLKI – Code: 0402 (Status Nutrisi):**
- **Kriteria Luaran:**
- Peningkatan frekuensi sarapan pagi.
- Pemilihan makanan bergizi oleh siswa.
**SIKI:**
- **Edukasi Gizi (Code: 5246):**
- Sosialisasi pentingnya sarapan dan gizi seimbang.
- **Dukungan Diet (Code: 1100):**
- Kolaborasi dengan orang tua dan sekolah untuk menyediakan makanan sehat.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**"Risiko Cedera (SDKI Code: 00035) berhubungan dengan tidak adanya pengawasan saat menyeberang jalan."**
**Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Kerentanan terhadap cedera fisik akibat lingkungan tidak aman.
- **Faktor terkait:**
- Tidak ada petugas penyeberangan.
- Lalulintas padat di sekitar sekolah.
**SLKI – Code: 1909 (Keamanan Lingkungan):**
- **Kriteria Luaran:**
- Tidak ada insiden kecelakaan lalu lintas.
- Adanya prosedur penyeberangan yang aman.
**SIKI:**
- **Pencegahan Cedera (Code: 6650):**
- Advokasi ke sekolah dan dinas terkait untuk penempatan petugas penyeberangan.
- Edukasi siswa tentang keselamatan lalu lintas.
---
**Kesimpulan:**
Intervensi keperawatan harus mencakup pendekatan holistik, meliputi edukasi kesehatan, kolaborasi dengan sekolah, dan upaya peningkatan lingkungan yang mendukung kesehatan siswa.
*(Sumber: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi Terkini – PPNI)* -
Article No. 18657 | 16 Jun 2025
Klinis : hyporthermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan menyediakan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipotermi sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Hipotermi (00006)
Definisi:
Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C (95°F) yang dapat mengancam jiwa.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Termoregulasi terganggu (10027)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Suhu tubuh dalam rentang normal (10001)
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Hipotermi (70048)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengembalikan suhu tubuh normal pada individu dengan penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi hipotermi dan kaitannya dengan Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI. Jika ada pertanyaan lain, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 18658 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan. Berdasarkan data laporan hasil survei yang dilakukan di SD X, saya menetapkan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan
Kode SDKI: 00126
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Penjelasan: Siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang kebersihan diri, pola makan yang sehat, dan keamanan saat menyeberang jalan.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: 00004
Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
Penjelasan: Siswa berisiko tinggi terkena infeksi, seperti cacingan, akibat konsumsi makanan yang kurang terjamin kebersihannya dan perilaku hidup bersih yang kurang.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja, sukarela, dan mandiri.
Penjelasan: Siswa mengalami kesulitan dalam menyeberang jalan karena kurangnya petugas yang membantu menyeberangkan dan banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang.
Selanjutnya, berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "00" diikuti oleh 3 digit angka.
Definisi: Klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "0" diikuti oleh 4 digit angka.
Definisi: Klasifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "0" diikuti oleh 4 digit angka.
Definisi: Klasifikasi intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 18659 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang buruk, kebersihan diri yang kurang, dan perilaku tidak mencuci tangan.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang kebersihan diri dan kesehatan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan aktivitas menyeberang jalan yang tidak aman.
4. Infeksi cacing berhubungan dengan perilaku tidak mencuci tangan dan konsumsi makanan yang tidak bersih.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
- Klien/keluarga menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Klien/keluarga dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan melakukan tindakan pencegahan.
- Tidak terjadi komplikasi infeksi pada klien.
2. Defisit Pengetahuan:
- Klien/keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kebersihan diri dan kesehatan.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi kesehatan yang dapat diakses.
3. Risiko Cedera:
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi dan menghindari aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku yang aman saat menyeberang jalan.
- Tidak terjadi cedera pada klien selama berada di lingkungan sekolah.
4. Infeksi Cacing:
- Klien/keluarga dapat mengenali gejala infeksi cacing dan melakukan tindakan pengobatan yang tepat.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah infeksi cacing.
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi cacing pada klien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
- Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (mencuci tangan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan).
- Monitoring dan evaluasi kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi dengan pihak sekolah dan puskesmas untuk meningkatkan sanitasi lingkungan.
2. Defisit Pengetahuan:
- Assess pengetahuan klien/keluarga tentang kebersihan diri dan kesehatan.
- Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, serta sumber informasi kesehatan yang dapat diakses.
- Bimbingan dan pelatihan praktik perilaku hidup bersih dan sehat.
- Evaluasi pemahaman dan perilaku klien/keluarga setelah intervensi.
3. Risiko Cedera:
- Identifikasi aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera saat menyeberang jalan.
- Edukasi tentang perilaku yang aman saat menyeberang jalan.
- Koordinasi dengan pihak sekolah untuk meningkatkan keamanan di area sekolah.
- Evaluasi perilaku klien/keluarga dalam menyeberang jalan.
4. Infeksi Cacing:
- Skrining dan identifikasi klien yang terinfeksi cacing.
- Edukasi tentang gejala, penularan, dan pencegahan infeksi cacing.
- Kolaborasi dengan puskesmas untuk pengobatan dan pemantauan infeksi cacing.
- Evaluasi efektivitas pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat klien/keluarga.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan kesehatan siswa di SD X, sehingga dapat mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang ada. -
Article No. 18660 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Infeksi Saluran Pencernaan Berhubungan dengan Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri
- Indikator:
- Siswa mampu mencuci tangan dengan benar sebelum makan
- Siswa memelihara kebersihan gigi dan kuku
- Siswa memilih makanan sehat dan higienis
2. Penurunan Prevalensi Kecacingan
- Indikator:
- Jumlah siswa yang menderita cacingan menurun
- Siswa rutin memeriksakan diri dan mengonsumsi obat cacing
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan Sekolah
- Indikator:
- Tersedia petugas penyeberang jalan di area sekolah
- Terdapat kantin sekolah yang menyediakan makanan sehat dan higienis
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Promosi Kesehatan
- Edukasi tentang pentingnya kebersihan diri (mencuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan kuku)
- Edukasi tentang pemilihan makanan sehat dan higienis
- Edukasi tentang pencegahan dan penanganan kecacingan
2. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan
- Kerja sama dengan puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan kecacingan
- Penyediaan obat cacing dan suplemen gizi di UKS
3. Advokasi Lingkungan
- Koordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk menyediakan petugas penyeberang jalan
- Negosiasi dengan pihak sekolah untuk menyediakan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Infeksi Saluran Pencernaan Berhubungan dengan Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada siswa, yaitu:
1. Kebersihan makanan yang tidak terjamin dari pedagang kaki lima
2. Perilaku siswa yang kurang mencuci tangan sebelum makan
3. Kebersihan gigi, mulut, dan kuku yang kurang baik
4. Prevalensi kecacingan yang cukup tinggi
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri: Untuk mencegah infeksi saluran pencernaan, perlu dilakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri siswa, seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan kuku, serta memilih makanan sehat dan higienis.
2. Penurunan Prevalensi Kecacingan: Upaya pengobatan dan pencegahan kecacingan perlu dilakukan melalui kerja sama dengan puskesmas dan penyediaan obat cacing di UKS.
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan Sekolah: Untuk meningkatkan keamanan lingkungan sekolah, perlu adanya petugas penyeberang jalan dan penyediaan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Promosi Kesehatan: Edukasi tentang kebersihan diri, pemilihan makanan sehat, dan pencegahan kecacingan dapat dilakukan oleh perawat sekolah atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan: Kerja sama dengan puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan kecacingan serta penyediaan obat cacing dan suplemen gizi di UKS dapat membantu menurunkan prevalensi kecacingan.
3. Advokasi Lingkungan: Koordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk menyediakan petugas penyeberang jalan dan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis dapat meningkatkan keamanan lingkungan sekolah. -
Article No. 18661 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bapak/Ibu. Sebagai seorang perawat komunitas, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi komunitas remaja di desa Sukaria berdasarkan data yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas SDKI:
Diagnosis keperawatan prioritas yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Defisit Pengetahuan Komunitas Remaja tentang Kesehatan Reproduksi". Hal ini didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, dan 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Komunitas Remaja tentang Kesehatan Reproduksi
- Kriteria hasil: Komunitas remaja dapat menjelaskan dengan benar konsep dasar kesehatan reproduksi, termasuk organ reproduksi, proses menstruasi, dan masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja.
- Indikator: Skor pengetahuan komunitas remaja tentang kesehatan reproduksi meningkat dari kategori "kurang" menjadi "baik".
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi Komunitas Remaja
- Kriteria hasil: Komunitas remaja menunjukkan perilaku kesehatan reproduksi yang baik, seperti rutin memeriksakan kesehatan reproduksi ke fasilitas kesehatan dan mengikuti program kesehatan reproduksi remaja.
- Indikator: Persentase remaja dengan perilaku kesehatan reproduksi yang baik meningkat dari 19% menjadi 80%.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan komunitas remaja tentang kesehatan reproduksi.
- Aktivitas: Memberikan edukasi secara sistematis dan terstruktur mengenai konsep dasar kesehatan reproduksi, organ reproduksi, proses menstruasi, dan masalah kesehatan reproduksi umum pada remaja.
- Metode: Ceramah, diskusi, dan penggunaan media edukasi yang menarik (poster, video, leaflet).
2. Pembentukan Klinik Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas
- Tujuan: Meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi oleh komunitas remaja.
- Aktivitas: Menjalin kerja sama dengan puskesmas untuk membentuk klinik konsultasi kesehatan reproduksi remaja yang ramah dan menyediakan layanan konsultasi, pemeriksaan, dan rujukan yang dibutuhkan.
- Metode: Advokasi kepada pihak puskesmas, sosialisasi program, dan promosi layanan kepada komunitas remaja.
3. Pelatihan Guru dan Orang Tua sebagai Edukator Kesehatan Reproduksi Remaja
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan guru dan orang tua dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja.
- Aktivitas: Memberikan pelatihan kepada guru dan orang tua mengenai materi, metode, dan teknik penyampaian edukasi kesehatan reproduksi yang efektif.
- Metode: Pelatihan, praktik, dan pendampingan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi komunitas remaja di desa Sukaria. Saya siap untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. Terima kasih.