Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7303 | 28 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 19 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan demam hari ke 5, klien didiagnosa menderita DHF. Saat pengkajian didapatkan keluhan demam sudah mulai turun sejak tadi malam namun ada gusi berdarah. Hasil tanda-tanda vital : tekanan darah 110/60 mmHg, Nadi 75x/menit, suhu 37, 3'C, pernafasan 20 x/menit, bibir tampak kering dan pucat, klien tampak lemah, ptechie (+) pada area lengan dan kaki, kulit kering, klien hanya menghabiskan ¼ porsi makanannya, klien hanya minum sedikit (500 cc/ 24 jam), pengeluaran urin minimal (300 cc), mual dan muntah (+). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan trombosit rendah (50.000 /uL), klien dilarang untuk turun dari tempat tidur dan pembatasan aktivitas, klien hanya boleh melakukan aktivitas di tempat tidur untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang telah diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia sekunder akibat demam berdarah dengue (DHF).
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.
3. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asupan cairan tidak adekuat dan pengeluaran urin minimal.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Klien tidak mengalami perdarahan selama perawatan.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan aktif.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Klien dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
- Status nutrisi membaik (BB stabil/meningkat).
- Tidak ditemukan tanda-tanda malnutrisi.
3. Keseimbangan Cairan:
- Intake dan output cairan seimbang.
- Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan.
- Berat badan stabil.
4. Toleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas di tempat tidur tanpa mengalami kelelahan berlebih.
- Tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan selama aktivitas.
- Klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas harian secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Lakukan pemeriksaan trombosit secara rutin.
- Batasi aktivitas klien untuk mencegah perdarahan.
- Berikan edukasi tentang risiko perdarahan dan tindakan pencegahannya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian produk darah jika perlu.
2. Keseimbangan Nutrisi:
- Lakukan pengkajian nutrisi dan status gizi secara komprehensif.
- Berikan makanan cair/lunak dan tinggi kalori sesuai toleransi klien.
- Pantau asupan makanan dan cairan klien.
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi selama sakit.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi klien.
3. Keseimbangan Cairan:
- Pantau input dan output cairan secara cermat.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi dan kelebihan cairan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya hidrasi selama sakit.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan pemberian cairan.
4. Toleransi Aktivitas:
- Batasi aktivitas klien dan anjurkan beristirahat di tempat tidur.
- Ajarkan klien teknik aktivitas di tempat tidur yang aman.
- Pantau tanda-tanda kelelahan atau perdarahan selama aktivitas.
- Berikan edukasi tentang pentingnya istirahat selama sakit.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang aman.
Penjelasan ini diberikan dengan nada akademis, persona sebagai seorang pakar keperawatan, dan menggunakan bahasa yang terperinci untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang asuhan keperawatan yang diperlukan pada kondisi klien dengan demam berdarah dengue. -
Article No. 7304 | 28 Nov 2024
Klinis : Ganggun rasa nyaman berhubungan dengan kurngnya privasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurangnya privasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kurangnya privasi.
- Penyebab: Lingkungan yang tidak mendukung privasi, keterbatasan ruang, dan/atau ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan privasinya.
- Gejala dan Tanda: Ekspresi verbal atau nonverbal ketidaknyamanan, kegelisahan, dan/atau penarikan diri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu melaporkan peningkatan rasa nyaman terkait privasi.
- Kriteria Hasil: Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi privasi, individu menggunakan strategi untuk memenuhi kebutuhan privasi, dan individu melaporkan peningkatan rasa nyaman.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen lingkungan, pendidikan kesehatan, dan fasilitasi pemenuhan kebutuhan privasi.
- Aktivitas Keperawatan: Mengevaluasi lingkungan untuk memaksimalkan privasi, memberikan edukasi terkait pentingnya privasi, dan memfasilitasi individu dalam memenuhi kebutuhan privasinya.
Dalam kondisi ini, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi privasi pasien, memberikan edukasi, dan memfasilitasi strategi untuk memenuhi kebutuhan privasi pasien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa nyaman pasien terkait privasi. -
Article No. 7305 | 28 Nov 2024
Klinis : dekubitus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi dekubitus, sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi dekubitus:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi dekubitus berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Integritas Kulit Terganggu". Diagnosa ini digunakan ketika terdapat kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan yang lebih dalam. Kondisi dekubitus, yang juga dikenal sebagai luka tekan atau luka tidur, merupakan salah satu manifestasi dari diagnosa keperawatan ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan untuk pasien dengan kondisi dekubitus berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Integritas Kulit Membaik: Indikator yang menunjukkan bahwa luka dekubitus mengalami penyembuhan, seperti berkurangnya ukuran luka, peningkatan jaringan granulasi, dan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
2. Nyeri Terkendali: Indikator yang menunjukkan bahwa pasien dapat mengelola nyeri yang mungkin muncul akibat kondisi dekubitus.
3. Mobilitas Fisik Membaik: Indikator yang menunjukkan bahwa pasien dapat meningkatkan pergerakan dan aktivitas fisik, sehingga mengurangi risiko terjadinya dekubitus.
4. Risiko Infeksi Menurun: Indikator yang menunjukkan bahwa risiko terjadinya komplikasi infeksi akibat kondisi dekubitus dapat diturunkan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan kondisi dekubitus, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Perawatan Luka Dekubitus:
- Melakukan penilaian dan pengkajian luka dekubitus secara berkala
- Membersihkan luka dengan cairan salin atau antiseptik yang sesuai
- Menerapkan prinsip perawatan luka lembab (moist wound healing)
- Memilih dan menerapkan balutan yang tepat untuk mendukung penyembuhan luka
- Memantau tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan yang sesuai
2. Manajemen Nyeri:
- Mengkaji intensitas dan karakteristik nyeri yang dialami pasien
- Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Memantau efektivitas intervensi nyeri yang diberikan
3. Mobilisasi dan Perubahan Posisi:
- Memfasilitasi pergerakan dan aktivitas fisik pasien sesuai dengan kemampuannya
- Melakukan perubahan posisi secara berkala untuk mencegah terjadinya dekubitus
- Menggunakan alat bantu mobilisasi yang sesuai, seperti tempat tidur khusus atau kursi roda
4. Pencegahan Infeksi:
- Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi dalam perawatan luka dekubitus
- Memantau tanda-tanda infeksi dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu pasien dengan kondisi dekubitus mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penyembuhan luka, pengurangan nyeri, peningkatan mobilitas, dan penurunan risiko infeksi. -
Article No. 7168 | 27 Nov 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan pasien gea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien Gea, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien Gea, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik" (SDKI 2017). Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi pada satu atau lebih ekstremitas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, cedera, atau efek samping pengobatan.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan untuk pasien Gea adalah:
1. Mobilitas Fisik Membaik (SLKI 2019)
- Indikator: Pasien dapat melakukan pergerakan bebas dan terkoordinasi pada satu atau lebih ekstremitas.
- Target: Pasien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
2. Nyeri Terkontrol (SLKI 2019)
- Indikator: Pasien dapat mengendalikan atau mengurangi rasa nyeri yang dialami.
- Target: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Mobilitas (SIKI 2018)
- Tujuan: Meningkatkan mobilitas pasien.
- Aktivitas:
- Membantu pasien melakukan latihan fisik yang sesuai dengan kondisinya.
- Memberikan peralatan bantu mobilitas jika diperlukan.
- Memantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
2. Manajemen Nyeri (SIKI 2018)
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas:
- Mengevaluasi tipe, karakteristik, dan tingkat nyeri yang dialami pasien.
- Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Memberikan intervensi farmakologis atau nonfarmakologis sesuai indikasi.
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu pasien Gea untuk meningkatkan mobilitas fisik dan mengelola nyeri yang dialami, sehingga dapat mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 7169 | 27 Nov 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan pasien gea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien Gea berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien Gea:
1. Defisit Perawatan Diri (SDKI, 2017): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Karakteristik Utama: Ketidakmampuan untuk mandi, berpakaian, berhias, atau menggunakan toilet secara mandiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perawatan Diri: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri (SLKI, 2019).
Indikator:
a. Kemampuan untuk mandi/membersihkan diri secara mandiri.
b. Kemampuan untuk berpakaian/berhias secara mandiri.
c. Kemampuan untuk menggunakan toilet secara mandiri.
d. Kemampuan untuk makan/minum secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Diri (SIKI, 2018):
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
b. Ajarkan dan latih pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara bertahap dan mandiri.
c. Sediakan alat bantu yang diperlukan untuk memfasilitasi kemandirian pasien dalam perawatan diri.
d. Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri.
e. Evaluasi kemajuan pasien dalam mencapai kemandirian dalam perawatan diri.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien Gea, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Defisit Perawatan Diri, yang ditandai dengan ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, berpakaian, berhias, dan menggunakan toilet. Tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan adalah meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, yang dapat diukur melalui indikator-indikator pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian kemampuan pasien, pelatihan dan pembelajaran aktivitas perawatan diri secara bertahap, penyediaan alat bantu yang mendukung kemandirian pasien, pemberian dukungan dan motivasi, serta evaluasi kemajuan pasien. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien Gea dapat meningkatkan kemampuannya dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. -
Article No. 7170 | 27 Nov 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan pasien gea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta. Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan menjabarkan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran (output) yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien Gea.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien Gea:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Gea adalah "Risiko Jatuh". Pasien Gea memiliki risiko tinggi untuk jatuh karena kondisi fisiknya yang lemah dan rentan. Pasien Gea mungkin mengalami penurunan mobilitas, keseimbangan, dan koordinasi yang dapat meningkatkan potensi terjadinya jatuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien Gea dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang optimal.
2. Pasien dapat bergerak dengan aman dan bebas dari risiko jatuh.
3. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko jatuh dan strategi pencegahannya.
4. Pasien dan keluarga dapat mendemonstrasikan perilaku pencegahan jatuh yang efektif.
5. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan bebas dari cedera akibat jatuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Asesmen risiko jatuh secara komprehensif, termasuk faktor risiko intrinsik (usia, penyakit, obat-obatan) dan faktor risiko ekstrinsik (lingkungan).
2. Identifikasi dan modifikasi faktor risiko jatuh yang dapat diubah, seperti memastikan lingkungan yang aman, menggunakan alat bantu ambulasi, dan mengelola masalah kesehatan.
3. Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko jatuh, strategi pencegahan, dan pelatihan penggunaan alat bantu ambulasi.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk meningkatkan mobilitas, keseimbangan, dan koordinasi pasien.
5. Pemantauan dan dokumentasi secara berkala terhadap status fungsional, mobilitas, dan kejadian jatuh pasien.
6. Koordinasi dengan keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kontinuitas perawatan dan keselamatan pasien.
Dengan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien Gea dapat mencapai peningkatan keselamatan, mobilitas, dan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 7171 | 27 Nov 2024
Klinis : Keluhan utama: Demam terus-menerus, sakit kepala terasa berat, nyeri otot, nyeri pada ulu hati, dan mual. Onset gejala: Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital: suhu tubuh 38,1°C. (frekuensi napas, denyut nadi, tekanan darah tidak disebutkan pada kasus) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Rutin White Blood Cell 2.57 x 10³/µL menunjukkan leukopenia (di bawah normal, WBC normal 3,8 - 10,6 x 10³/µL) Trombosit 24.5 x 10³/µL menunjukkan trombositopenia berat Limfosit 17.6% menunjukkan limfositopenia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan utama, tanda-tanda vital, dan hasil pemeriksaan penunjang yang diberikan, maka dapat disusun Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia r/t infeksi, ditandai dengan demam terus-menerus.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,2°C (99°F) yang disebabkan oleh gangguan pengaturan suhu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan cairan dan nutrisi yang cukup
3. Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
4. Lakukan upaya menurunkan suhu tubuh (kompres hangat, kipas angin)
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertermia dan penatalaksanaannya
2. Nyeri akut r/t infeksi, ditandai dengan sakit kepala terasa berat, nyeri otot, dan nyeri pada ulu hati.
Penjelasan:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI:
1. Tingkat nyeri menurun
2. Kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri meningkat
3. Tidak terjadi komplikasi akibat nyeri
SIKI:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Monitor efektivitas tindakan pengurangan nyeri
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
3. Risiko hipovolemia r/t penurunan masukan cairan, ditandai dengan mual.
Penjelasan:
SDKI: Risiko hipovolemia adalah keadaan di mana individu memiliki risiko mengalami penurunan volume cairan tubuh.
SLKI:
1. Cairan tubuh dalam batas normal
2. Tidak terjadi komplikasi akibat hipovolemia
SIKI:
1. Monitor tanda-tanda hipovolemia
2. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
3. Pantau asupan dan pengeluaran cairan
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan hipovolemia
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7172 | 27 Nov 2024
Klinis : Askep head injury Skenario kasus : Seorang laki-laki Tn.A berumur 35 tahun, saat dikaji istri Tn A mengatakan suaminya kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Saat dibawa ke IGD Tn.A sudah tidak sadarkan diri dengan GCS (E:2, M: 3, V: 2) terdapat hematoma di wajah dan kepala serta ada krepitasi pada paha kanan 1/3 medial dextra, keluar darah dari mulut dan hidung, dan saat dipindah ke bangsal bedah hasil pemeriksaan tanda vital: TD: 110/70 mmHg, Frequensi Pernafasan 28 kali/menit nadi 102 kali/menit, Suhu 37,8°C. Pemeriksaan fisik akral hangat, GCS GCS (E:2, M: 4, V: 3, CRT > 3 detik, blue eyes dikedua belah mata. Hasil Lab: Hb:9,4 gr/dl, Ht: 33%, Leukosit: 21.000 mm3, Trombosit: 198.000mm³, Hasil CT Scan terdapat edema serebral pada bagian kepala. Pasien terpasang foley kateter, NGT, terapi obat IFVD RL 25 tetes/mnt, dexametason 3x1, citicolin 3x1, asamtransamin 3x1, vit K 3x1, dan cefotaxime 2x1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan skenario kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan cedera trauma.
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan cedera trauma pada ekstremitas.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran dan kondisi klinis.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan mengenai pemulihan fungsi serebral, penurunan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan status kesadaran.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan suplai oksigen, manajemen suhu, dan pengaturan lingkungan yang kondusif untuk pemulihan.
2. Risiko Perdarahan:
- SDKI: Definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, dan intervensi pencegahan perdarahan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan meliputi stabilitas hemodinamik, pemulihan fungsi organ, dan tidak terjadi komplikasi perdarahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pengendalian perdarahan, manajemen cairan dan elektrolit, serta kolaborasi dengan tim medis.
3. Gangguan Mobilitas Fisik:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan mencakup peningkatan kemampuan gerak, pemulihan fungsi anggota tubuh, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pengkajian status muskuloskeletal, manajemen nyeri, mobilisasi dini, dan kolaborasi dengan fisioterapi.
4. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik klinis, intervensi, dan hasil yang diharapkan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan berupa peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan status fisiologis, dan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital, manajemen energi, perencanaan aktivitas bertahap, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala, perawat dapat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan intervensi dan hasil keperawatan yang terstandarisasi dan efektif. -
Article No. 7173 | 27 Nov 2024
Klinis : Pasien perempuan berumur 25 tahun masuk RS dengan keluhan sesak napas hebat. TD: 120/80 mmHg, RR: 48 x/mnt, HR: 100x/mnt, S: 39 C. hasil pengkajian : batuk berdahak, suara bunyi wheezing, terdapat retraksi dinding dada, sianosis. Pasien mengatakan 1 hari yang lalu menyapu kamar tidur penuh debu dan seketika bersin-bersin. Hasil laboraturium Ig E meningkat, pasien di rencana kan menjalani pemeriksaan spirometri. Dokter memberikan advis kepada perawat, pasien segera dilakukan nebulizer dengan ventolin dan nacl 0.5% agar sesak napas dan dahak berkurang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, produksi sekret yang berlebihan.
Gejala dan tanda mayor: Wheezing, sesak napas, retraksi dinding dada, sianosis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat batuk dan mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Pasien tidak mengalami sesak napas.
- Tidak ada tanda-tanda retraksi otot napas.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis.
- Suara napas bersih, tidak ada bunyi tambahan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas jika diperlukan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan postural drainage dan perkusi dada untuk membantu pengeluaran sekret.
- Berikan bronkodilator melalui nebulizer sesuai instruksi dokter.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan (misalnya pursed-lip breathing).
2. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi).
3. Manajemen Demam
- Lakukan pengkajian tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan antipiretik sesuai instruksi dokter.
- Pertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dengan kompres hangat/dingin.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien mengalami sesak napas hebat, retraksi dinding dada, sianosis, dan suara napas wheezing yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas dan produksi sekret yang berlebihan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan kemampuan batuk dan mengeluarkan sekret, tidak ada sesak napas, retraksi otot napas, atau sianosis. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen nyeri, dan manajemen demam untuk mengatasi masalah pernapasan pasien. -
Article No. 7174 | 27 Nov 2024
Klinis : Pasien perempuan berumur 25 tahun masuk RS dengan keluhan sesak napas hebat. TD: 120/80 mmHg, RR: 48 x/mnt, HR: 100x/mnt, S: 39 C. hasil pengkajian : batuk berdahak, suara bunyi wheezing, terdapat retraksi dinding dada, sianosis. Pasien mengatakan 1 hari yang lalu menyapu kamar tidur penuh debu dan seketika bersin-bersin. Hasil laboraturium Ig E meningkat, pasien di rencana kan menjalani pemeriksaan spirometri. Dokter memberikan advis kepada perawat, pasien segera dilakukan nebulizer dengan ventolin dan nacl 0.5% agar sesak napas dan dahak berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau mengekspirasi secara adekuat.
- Faktor Terkait: Obstruksi saluran napas, infeksi saluran napas, alergi.
- Gejala dan Tanda: Sesak napas, napas cepat, penggunaan otot bantu napas, sianosis.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama dan kedalaman napas yang memadai.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tujuan: Mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang paten.
- Aktivitas: Observasi status pernapasan, berikan oksigen, lakukan tindakan nebulizer, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator.
2. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengurangi nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas: Identifikasi penyebab nyeri, berikan analgesik sesuai indikasi, kolaborasi dengan dokter.
Penjelasan:
Pasien perempuan berusia 25 tahun mengalami sesak napas hebat. Hasil pengkajian menunjukkan adanya tanda-tanda pola napas tidak efektif, seperti batuk berdahak, suara wheezing, retraksi dinding dada, dan sianosis. Pasien juga menyampaikan riwayat alergi setelah membersihkan kamar tidur. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan Ig E, dan pasien direncanakan untuk menjalani pemeriksaan spirometri.
Diagnosa keperawatan utama adalah Pola Napas Tidak Efektif, yang disebabkan oleh obstruksi saluran napas akibat infeksi atau alergi. Tujuan keperawatan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, seperti pemberian oksigen, nebulizer, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkodilator, serta Manajemen Nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dialami pasien.