Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5332 | 12 Nov 2024
Klinis : ciri ciri fisik orang asam lambung sesuai sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ciri-ciri fisik orang dengan asam lambung, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Keseimbangan Asam Basa: Asidosis
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Gangguan Keseimbangan Asam Basa: Asidosis adalah kondisi di mana terjadi penurunan pH darah di bawah normal (<7,35) akibat akumulasi asam atau kehilangan basa. Gejala fisik yang mungkin muncul antara lain napas cepat dan dalam (Kussmaul), mual, muntah, dan nyeri perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah pasien dapat mempertahankan kadar pH darah dalam batas normal (7,35-7,45), dapat mengenali dan melaporkan gejala asidosis, serta dapat melakukan manajemen diet dan aktivitas yang tepat untuk mencegah kekambuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, pemberian obat-obatan sesuai indikasi, edukasi mengenai diet rendah asam, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab asidosis.
Secara umum, asidosis pada kondisi asam lambung dapat disebabkan oleh produksi asam lambung yang berlebihan atau gangguan pada mekanisme pertahanan mukosa lambung. Penatalaksanaan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 5333 | 12 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sakit ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit ulu hati.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut, dengan onset tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pengkajian nyeri: menilai karakteristik, durasi, lokasi, dan intensitas nyeri.
2. Pemberian analgesik sesuai indikasi.
3. Terapi nonfarmakologis, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif terhadap pasien, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan nyeri, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mengatasi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 5334 | 12 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sakit di kaki karena terkena bulu babi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar organisme patogen.
- Penyebab: Terkena bulu babi di kaki.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini karena pasien memiliki risiko terpapar organisme patogen akibat terkena bulu babi di kaki.
SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
- Label keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Infeksi" karena pasien memiliki peningkatan risiko terpapar organisme patogen.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perawatan Luka: Membersihkan dan merawat luka akibat tusukan bulu babi.
2. Pemberian Antibiotik: Memberikan antibiotik sesuai indikasi untuk mencegah infeksi.
3. Edukasi Pencegahan Infeksi: Memberikan edukasi kepada pasien tentang cara mencegah infeksi lebih lanjut.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 5335 | 12 Nov 2024
Klinis : Ny.F hamil G2P0A1H0 usia kehamilan 10-11 minggu dengan hiperemesis gravidarum didapatkan klien mengatakan selama kehamilan ke dua ini klien mengeluh sering pusing, mual disertai muntah yang berlebihan, tidak ada nafsu makan, sudah beberapa hari ini tidak ada memakan nasi karena muntah, dan apa yang dimakan selalu dimuntahkan kembali, lidah terasa pahit serta terasa asam dan badan terasa lemah karena tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh. Klien juga mengatakan hanya sedikit minum air karena takut mual sehingga tenggorokkannya terasa sakit. Klien juga mengatakan sebelum hamil berat badan klien 87 kg dengan TB 160 cm, saat ini berat badan klien 78 kg, sehingga selama kehamilannya ini terjadi penurunan berat badan 9 kg. Klien merasa cemas dengan kondisinya karena pada kehamilan sebelumnya klien mengalami keguguran 4 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data vital sign yaitu Tekanan Darah 100/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 37,5 oC, RR 21 x/menit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan informasi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: O21.0
- Deskripsi: Hiperemesis gravidarum lanjut tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang spesifik dicantumkan dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. F memenuhi kriteria diagnosis ICD-10 O21.0 untuk hiperemesis gravidarum lanjut tanpa komplikasi. Pasien mengeluhkan mual, muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, penurunan berat badan sebesar 9 kg, dan dehidrasi. Pasien juga memiliki riwayat keguguran sebelumnya, yang dapat menyebabkan kecemasan dalam kehamilannya saat ini.
Tidak ada tindakan medis spesifik yang tercantum dalam kasus ini, karena informasi yang diberikan hanya terfokus pada diagnosis dan gejala klinis pasien. Tindakan medis yang mungkin diberikan dapat berupa pemberian cairan intravena, vitamin, antiemetik, dan konseling untuk mengatasi hiperemesis gravidarum. -
Article No. 5336 | 12 Nov 2024
Klinis : Ny.F hamil G2P0A1H0 usia kehamilan 10-11 minggu dengan hiperemesis gravidarum didapatkan klien mengatakan selama kehamilan ke dua ini klien mengeluh sering pusing, mual disertai muntah yang berlebihan, tidak ada nafsu makan, sudah beberapa hari ini tidak ada memakan nasi karena muntah, dan apa yang dimakan selalu dimuntahkan kembali, lidah terasa pahit serta terasa asam dan badan terasa lemah karena tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh. Klien juga mengatakan hanya sedikit minum air karena takut mual sehingga tenggorokkannya terasa sakit. Klien juga mengatakan sebelum hamil berat badan klien 87 kg dengan TB 160 cm, saat ini berat badan klien 78 kg, sehingga selama kehamilannya ini terjadi penurunan berat badan 9 kg. Klien merasa cemas dengan kondisinya karena pada kehamilan sebelumnya klien mengalami keguguran 4 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data vital sign yaitu Tekanan Darah 100/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 37,5 oC, RR 21 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia pada kehamilan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Keterbatasan kemampuan mencerna atau menyerap nutrisi, mual, muntah, dan anoreksia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien mencapai status nutrisi yang adekuat.
- Indikator: Berat badan stabil/meningkat, tidak ada mual/muntah, nafsu makan membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Manajemen nutrisi, manajemen mual dan muntah, pemantauan status nutrisi.
- Tujuan: Mempertahankan/meningkatkan status nutrisi klien, mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan nutrisi.
2. Kecemasan berhubungan dengan peristiwa kehamilannya yang sebelumnya tidak berhasil.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait suatu penyebab yang tidak jelas dan bersifat subjektif.
- Faktor yang berhubungan: Pengalaman negatif sebelumnya (keguguran).
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Kecemasan klien berkurang.
- Indikator: Klien tampak tenang, tidak ada gejala kecemasan.
SIKI:
- Intervensi keperawatan: Terapi relaksasi, edukasi, konseling.
- Tujuan: Menurunkan kecemasan klien, membantu klien menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang. -
Article No. 5337 | 12 Nov 2024
Klinis : Desa warga XYZ. • Jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) - 300 orang. • Distribusi gender: - Wanita: 55% (180 orang). - Laki-laki: 45% (120 orang). • Distribusi usia: - Usia dewasa: 50% (150 orang). - Usia lansia: 30% (90 orang). - Ibu hamil: 20% (60 orang). • Tipe DM: - IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus): 25% (75 orang). - NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus): 35% (105 orang). - DM dengan gangren: 30% (90 orang). - DM gestasional: 10% (30 orang). • Kebiasaan memeriksa kadar gula darah: - Sangat sedikit penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darah. • Beberapa warga mengungkapkan bahwa mereka tidak tahu di mana harus memeriksakan kadar gula darah secara rutin. • Kami tidak tahu banyak tentang diabetes. • Tidak ada program yang mengajarkan kami bagaimana cara menjaga kesehatan dengan diabetes. • Penduduk kelurahan jarang ada yang bisa membaca, tapi kalau soal angka apalagi uang, kami tahu. • Di sini, orang-orang tidak peduli dengan pemeriksaan kesehatan sampai nanti ada gejala muncul baru pada sadar. • Puskesmas jauh dari kelurahan kami. • Puskesmas jarang buka. • Di kelurahan kami tidak ada dokter yang bisa memeriksa secara rutin. • Jarak Puskesmas atau klinik terdekat lebih dari 5 km dari rumah penduduk terluar • Hanya terdapat 1 puskesmas untuk lebih dari 1.000 penduduk di kelurahan tersebut • Jam operasional puskesmas terbatas hanya 3 hari dalam seminggu • Puskesmas hanya memiliki 1 dokter umum untuk 100 pasien sehari • Kurangnya kegiatan edukasi tentang diabetes • Materi diabeter hanya tersedia dalam bentuk brosur • Sekitar 60% dari penduduk dewasa di kelurahan tidak dapat membaca atau menulis dengan baik • Sekitar 90% dari penduduk lansia di kelurahan tersebut tidak dapat membaca atau menulis dengan baik • Skitar 80% penduduk hanya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan 10% tidak tamat sekolah dasar. • Hanya sekitar 10% penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darah mereka, sementara 90% lainnya tidak melakukan pemeriksaan secara berkala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai kondisi di Desa Warga XYZ, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
b. Kurang Pengetahuan
c. Akses Layanan Kesehatan Tidak Adekuat
2. Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI: Kemampuan individu/keluarga/komunitas untuk mengelola kesehatan secara mandiri terganggu.
- SLKI: Ketidakmampuan individu/keluarga/komunitas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan perawatan kesehatan secara komprehensif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk membantu individu/keluarga/komunitas dalam mengelola kesehatan secara efektif.
b. Kurang Pengetahuan
- SDKI: Kurangnya informasi yang dimiliki individu/keluarga/komunitas terkait aspek kesehatan.
- SLKI: Ketidakmampuan individu/keluarga/komunitas untuk memahami informasi yang diberikan terkait aspek kesehatan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan individu/keluarga/komunitas terkait aspek kesehatan.
c. Akses Layanan Kesehatan Tidak Adekuat
- SDKI: Keterbatasan individu/keluarga/komunitas dalam memperoleh layanan kesehatan yang dibutuhkan.
- SLKI: Ketidakmampuan individu/keluarga/komunitas untuk memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk meningkatkan akses dan pemanfaatan layanan kesehatan oleh individu/keluarga/komunitas.
Dalam konteks Desa Warga XYZ, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai menggambarkan permasalahan terkait pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam mengelola diabetes, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas. Intervensi keperawatan yang sesuai akan fokus pada edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan kolaborasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan akses dan pemanfaatan layanan kesehatan yang tersedia. -
Article No. 5338 | 12 Nov 2024
Klinis : devisite volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Volume Cairan merupakan kondisi di mana jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh kurang dari jumlah yang dibutuhkan, mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Defisit Volume Cairan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Volume Cairan antara lain:
1. Memantau status cairan dan elektrolit
2. Mengatur asupan dan pengeluaran cairan
3. Memberikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
4. Memantau tanda-tanda vital
5. Mengkaji adanya tanda-tanda dehidrasi
Kesimpulan:
Diagnosa Keperawatan Defisit Volume Cairan merupakan kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat asupan cairan yang kurang dari kebutuhan tubuh. Penatalaksanaannya meliputi pemantauan status cairan, pengaturan asupan dan pengeluaran cairan, serta pemberian cairan sesuai kebutuhan. -
Article No. 5339 | 12 Nov 2024
Klinis : kehamilan diabetes melitus gestasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kehamilan diabetes melitus gestasional.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan kelelahan akibat diabetes melitus gestasional.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Pasien mampu mengelola aktivitas sesuai kebutuhan energi.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitoring tanda-tanda vital dan kadar glukosa darah.
- Manajemen aktivitas dan latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Pemberian edukasi mengenai manajemen diabetes melitus gestasional.
- Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk pengelolaan diabetes melitus gestasional.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pasien dengan diabetes melitus gestasional mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 5340 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa kehamilan diabetes melitus gestasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kehamilan dengan diabetes melitus gestasional, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hiperglikemia
Definisi: Peningkatan kadar glukosa darah di atas rentang normal.
Etiologi:
- Resistensi insulin yang meningkat akibat hormon-hormon kehamilan
- Peningkatan produksi hormon-hormon yang menghambat kerja insulin
Gejala dan Tanda:
- Poliuria
- Polidipsia
- Berat badan menurun
- Fatigue
- Mual, muntah
Intervensi Keperawatan:
- Monitor kadar glukosa darah secara teratur
- Evaluasi pola makan dan anjurkan diet seimbang
- Dorong aktivitas fisik sesuai rekomendasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi jika perlu
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Etiologi:
- Kurangnya pengetahuan tentang diabetes gestasional
- Kurangnya motivasi untuk mengelola kondisi
Gejala dan Tanda:
- Pemantauan kadar glukosa darah tidak teratur
- Ketidakpatuhan terhadap diet dan aktivitas fisik
- Kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan
Intervensi Keperawatan:
- Berikan pendidikan kesehatan tentang diabetes gestasional
- Dorong partisipasi aktif pasien dalam perawatan diri
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memastikan pemantauan dan manajemen yang adekuat
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar dokumentasi keperawatan yang direkomendasikan oleh PPNI. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan klasifikasi diagnosis keperawatan, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan klasifikasi luaran keperawatan, dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan klasifikasi intervensi keperawatan. Penggunaan standar ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan terstandar. -
Article No. 5341 | 12 Nov 2024
Klinis : SLKI dari diagnosa 1. Defisit Kesehatan Komunitas berhubungan dengan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan, program edukasi yang terbatas, dan rendahnya kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan di tingkat komunitas (D.0110)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Kesehatan Komunitas
Definisi:
Keadaan di mana komunitas mengalami kekurangan atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang diidentifikasi.
Faktor Terkait:
1. Kurangnya akses ke fasilitas kesehatan
2. Program edukasi yang terbatas
3. Rendahnya kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan di tingkat komunitas
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0110 Defisit Kesehatan Komunitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0110 Kesehatan Komunitas
Indikator Hasil:
1. Komunitas dapat mengidentifikasi sumber daya kesehatan yang tersedia
2. Komunitas dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
3. Komunitas dapat berpartisipasi dalam program promosi kesehatan
4. Komunitas dapat menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Asesmen kesehatan komunitas
2. Identifikasi sumber daya kesehatan komunitas
3. Pengembangan program promosi kesehatan
4. Edukasi kesehatan komunitas
5. Kolaborasi dengan pihak terkait
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan, diagnosa Defisit Kesehatan Komunitas ini menunjukkan adanya masalah di tingkat masyarakat atau komunitas terkait dengan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan, terbatasnya program edukasi, dan rendahnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi asesmen, identifikasi sumber daya, pengembangan program promosi kesehatan, edukasi, serta kolaborasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan kesehatan komunitas secara menyeluruh.