Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5549 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien bernama Ny. G umur 25 tahun. Pasien datang dengan keluhan perut terasa kenceng-kenceng. Sebelum dibawa ke rumah sakit, 1 hari yang lalu pasien mengatakan periksa ke dr.YA kemudian disarankan untuk ke RS X karena kehamilannya mengalami insufisiensi plasenta dan akan dilakukan tindakan Sectio Caesarea (SC). Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 9 Mei 2024 pukul 04.00 WIB dengan umur kehamilan kehamilan 9 bulan 1 hari. Pasien menikah usia 24 tahun, lama pernikahan 1 tahun, perkawinan pertama dan ini kehamilan pertama. Riwayat kesehatan sekarang, pasien mengatakan sekarang yang dirasakan nyeri pada daerah bekas luka post SC. SC dilakukan tanggal 10 Mei 2024 jam 11.00 wib. Pasien ini merupakan persalinan pertama dengan melahirkan anak perempuan dengan berat 2800gr, dengan jalan SC ditolong oleh dokter, keadaan anak sehat. Apgar score 1’ 9, 5’ 10. Klien belum pernah KB sebelumnya. Pasien pertama mienarche usia 12 tahun, lama menstruasi ± 7 hari, warna merah, siklus menstruasi 30 hari. Pemeriksaan Fisik pada tanggal 11 Mei 2024 di dapatkan data sebagai berikut: Tanda-tanda vital, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,6ºC, pernafasan 22x/menit. Keadaan umum, pasien masih berbaring lemah di tempat tidur, compos mentis dengan hasil GCS 15 E4V5M6. PF Abdomen terdapat luka operasi dengan kurang lebih 15 cm di 3 jari di bawah pusat dengan jahitan horizontal dan di balut kasa, peristaltik usus 10x/menit, palpasi: abdomen tegang, kontraksi (+), TFU 2 jari di bawah pusat. Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri tekan pada luka jahitan, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat bergerak dan berkurang jika digunakan berbaring dan istirahat, nyeri hilang timbul ±3menit. Dari genital keluar darah merah, bau khas, lokhea rubra. Ekstremitas atas: tangan kiri agak bengkak, terpasang infus, Ekstremitas bawah: kaki kanan kiri agak bengkak. Kemampuan ADL, pasien ketergantungan pada keluarga. Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Mei 2024 jam 14.00 WIB : Hemoglobin 12,4 g/dL. Obat-obat dan tindakan yang sudah didapatkan pasien, terapi medis pada tanggal 10 Mei 2024 adalah Infus RL 20 tpm, injeksi Bactesyn 1gr /8jam, injeksi Torasic 3x1 ampul, injeksi Cernevit 1 drip extra, obat oral Posparon 2x1tablet, obat oral Vit A 1x.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. G:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
3. Ketergantungan dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Keadaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan.
- SLKI: Individu melaporkan pengalaman nyeri yang tidak menyenangkan dan kemampuan individu dalam mengelola nyeri.
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh individu.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Kondisi tidak adekuatnya sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Individu melaporkan atau menunjukkan tanda-tanda perubahan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan atau memperbaiki sirkulasi darah ke jaringan perifer.
3. Ketergantungan dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
- SDKI: Keadaan di mana individu memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Individu melaporkan atau menunjukkan ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi kemandirian individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan kondisi Ny. G, diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri Akut terkait luka operasi Sectio Caesarea, Perubahan Perfusi Jaringan Perifer terkait pembengkakan pada ekstremitas, dan Ketergantungan dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari terkait kondisi pasien yang masih lemah setelah persalinan. Perawat perlu melakukan intervensi sesuai standar SDKI-SLKI-SIKI untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dan membantu pemulihan Ny. G. -
Article No. 5550 | 13 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Dengan diagnosa resiko cedera janin dan resiko aspirasi Carilah luaran dan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Janin
Definisi: Kondisi rentan untuk terjadinya kerusakan struktural atau fungsional janin selama periode prenatal.
Faktor Risiko: Kebocoran air ketuban, ancaman persalinan prematur.
2. Risiko Aspirasi
Definisi: Kondisi rentan untuk masuknya cairan, aliment, atau benda asing ke dalam saluran napas yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
Faktor Risiko: Mual, kecemasan, posisi semi Fowler.
Luaran (SLKI):
1. Risiko Cedera Janin:
- Integritas Janin
- Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
- Kesejahteraan Janin
2. Risiko Aspirasi:
- Pencegahan Aspirasi
- Pertukaran Gas
- Status Pernapasan
Intervensi (SIKI):
1. Risiko Cedera Janin:
- Monitor tanda-tanda vital ibu dan janin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memantau kesejahteraan janin
- Berikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
- Motivasi ibu untuk melakukan ANC secara teratur
2. Risiko Aspirasi:
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Posisikan ibu dalam posisi semi Fowler
- Berikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang risiko aspirasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana mual dan muntah
Dalam kondisi ini, pasien Ny. I memiliki risiko cedera janin akibat kebocoran air ketuban dan risiko aspirasi akibat mual, kecemasan, dan posisi semi Fowler. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital ibu dan janin, memberikan informasi dan edukasi kepada ibu, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 5551 | 13 Nov 2024
Klinis : DEPRESI PUSAT PERNAPASAN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Depresi Pusat Pernapasan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Depresi Pusat Pernapasan. Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola pernapasan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Berdasarkan standar SDKI, tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien dengan Depresi Pusat Pernapasan antara lain:
1. Frekuensi napas di bawah normal
2. Kedalaman napas berkurang
3. Penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan
4. Penurunan saturasi oksigen
Standar SLKI yang dapat diterapkan adalah:
1. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan kedalaman napas
2. Memastikan jalan napas tetap terbuka
3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Mengajarkan teknik pernapasan yang benar
Sementara itu, standar SIKI yang dapat digunakan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan kondisi Depresi Pusat Pernapasan pada pasien dapat ditangani secara efektif dan efisien. -
Article No. 5552 | 13 Nov 2024
Klinis : Luaran (SLKI): 1. Risiko Cedera Janin: - Integritas Janin - Pertumbuhan dan Perkembangan Janin - Kesejahteraan Janin 2. Risiko Aspirasi: - Pencegahan Aspirasi - Pertukaran Gas - Status Pernapasan Carikan kriteria hasil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda berikan.
1. Risiko Cedera Janin:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Janin berhubungan dengan faktor-faktor maternal seperti usia, riwayat obstetri, penyakit kronis, dan gaya hidup.
Penjelasan:
- Integritas Janin: Kemampuan janin untuk mempertahankan struktur dan fungsinya secara optimal.
- Pertumbuhan dan Perkembangan Janin: Proses perubahan ukuran, bentuk, dan fungsi janin selama kehamilan.
- Kesejahteraan Janin: Kondisi optimal janin yang ditandai dengan pergerakan janin, denyut jantung janin, dan profil biofisik janin.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Integritas Janin: Janin menunjukkan struktur dan fungsi yang optimal.
- Pertumbuhan dan Perkembangan Janin: Janin menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia kehamilan.
- Kesejahteraan Janin: Janin menunjukkan pergerakan, denyut jantung, dan profil biofisik yang normal.
2. Risiko Aspirasi:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan refleks batuk, peningkatan sekresi saluran napas, dan penurunan kemampuan membersihkan jalan napas.
Penjelasan:
- Pencegahan Aspirasi: Upaya untuk mencegah masuknya benda asing atau cairan ke dalam saluran napas.
- Pertukaran Gas: Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru.
- Status Pernapasan: Kondisi sistem pernapasan yang ditandai dengan frekuensi, kedalaman, dan pola napas.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pencegahan Aspirasi: Pasien tidak mengalami episode aspirasi.
- Pertukaran Gas: Pasien menunjukkan nilai oksigenasi dan ventilasi yang normal.
- Status Pernapasan: Pasien menunjukkan frekuensi, kedalaman, dan pola napas yang normal.
Harap diingat bahwa diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan dievaluasi secara berkala oleh perawat yang bersangkutan. -
Article No. 5553 | 13 Nov 2024
Klinis : badan kotor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kurang perawatan diri (self-care deficit)
Definisi:
Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Faktor Terkait:
- Penurunan motivasi
- Keterbatasan fisik
- Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri
Gejala dan Tanda:
- Tubuh kotor
- Baju yang kotor
- Rambut dan kuku yang tidak terawat
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perilaku Kurang Perawatan Diri
- Penampilan Diri Kurang
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Perilaku Perawatan Diri
- Peningkatan Penampilan Diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Diri
- Manajemen Kebersihan
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi klien yang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri sehingga tubuh, pakaian, rambut, dan kuku terlihat kotor dan tidak terawat. Perawat perlu memberikan intervensi keperawatan yang fokus pada peningkatan perilaku perawatan diri dan penampilan diri klien, serta manajemen kebersihan untuk mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 5554 | 13 Nov 2024
Klinis : personal hygiene
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi personal hygiene.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri
Penjelasan:
Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan atau keterbatasan individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penurunan fungsi fisik, kognitif, psikologis, maupun sosial.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan fungsi, keterbatasan fisik, atau kurangnya motivasi yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan perawatan diri seperti mandi, berpakaian, berhias, toileting, dan aktivitas lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah peningkatan kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri secara mandiri, tercapainya kebersihan dan kerapian diri, serta terpenuhinya kebutuhan dasar individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: bantuan perawatan diri, latihan ketrampilan perawatan diri, pengaturan lingkungan, serta edukasi dan konseling terkait perawatan diri.
Sebagai perawat, kami berkomitmen untuk membantu pasien mencapai kemandirian dalam perawatan diri melalui pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien. Kami akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi individu. -
Article No. 5555 | 13 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Dengan diagnosa resiko cedera janin dan resiko aspirasi Carilah luaran dan intervensinya Carilah intervensi keperawatan dengn diagnosa 1. Resiko cedera janin 2. resiko aspirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, luaran dan intervensi untuk kondisi Ny. I:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Janin
- SDKI: Risiko Cedera Janin
- Definisi: Rentan mengalami kerusakan fisik pada janin yang dapat disebabkan oleh faktor dalam atau luar.
- SLKI: Kesejahteraan Janin
- SIKI: Pemantauan Janin, Pencegahan Komplikasi Kehamilan
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
- SDKI: Risiko Aspirasi
- Definisi: Rentan mengalami masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi.
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Pencegahan Komplikasi Kehamilan
Luaran dan Intervensi:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Janin
Luaran:
- Kesejahteraan Janin Membaik
- Risiko Cedera Janin Menurun
Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan Janin (SIKI)
- Pantau denyut jantung janin secara berkala
- Pantau pergerakan janin
- Pantau tanda-tanda distres janin
- Pencegahan Komplikasi Kehamilan (SIKI)
- Identifikasi faktor risiko cedera janin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk mencegah komplikasi
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
Luaran:
- Risiko Aspirasi Menurun
- Perfusi Jaringan Membaik
Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Jalan Napas (SIKI)
- Posisikan pasien dengan kepala terangkat
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Pantau tanda-tanda gangguan pernapasan
- Pencegahan Komplikasi Kehamilan (SIKI)
- Identifikasi faktor risiko aspirasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk mencegah komplikasi
Terima kasih. Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 5556 | 13 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Dengan diagnosa resiko cedera janin dan resiko aspirasi Carilah luaran dan intervensinya Carilah intervensi keperawatan dengn diagnosa 1. Resiko cedera janin 2. resiko aspirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan SDKI-SLKI-SIKI, luaran, dan intervensi keperawatan:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera Janin
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Cedera Janin: Berada dalam risiko mengalami kerusakan struktural atau fungsional pada janin selama periode prenatal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Jaringan Bayi: Tingkat keutuhan struktur dan fungsi jaringan bayi.
2. Status Perkembangan Janin: Kemajuan perkembangan janin sesuai usia kehamilan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Janin: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait kondisi janin untuk mengidentifikasi adanya komplikasi atau penyimpangan.
2. Manajemen Risiko Kehamilan: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kehamilan dan janin.
3. Pendidikan Kesehatan Kehamilan: Memberikan informasi dan edukasi kepada ibu hamil mengenai perawatan kehamilan, perubahan fisiologis, dan risiko komplikasi.
Luaran:
1. Integritas Jaringan Bayi: Jaringan bayi tetap utuh tanpa adanya kerusakan.
2. Status Perkembangan Janin: Perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilan.
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan Janin:
- Pantau Detak Jantung Janin (DJJ) secara berkala.
- Pantau pergerakan janin.
- Pantau tanda-tanda distres janin.
2. Manajemen Risiko Kehamilan:
- Identifikasi faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi janin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan risiko.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada ibu hamil mengenai manajemen risiko.
3. Pendidikan Kesehatan Kehamilan:
- Berikan edukasi kepada ibu hamil mengenai perubahan fisiologis selama kehamilan.
- Ajarkan ibu hamil cara memantau pergerakan janin.
- Berikan informasi mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan dan pentingnya segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi: Berada dalam risiko masuknya bahan asing ke dalam saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas Komplikasi Aspirasi: Tingkat kebebasan dari komplikasi akibat aspirasi.
2. Kecukupan Ventilasi: Tingkat kemampuan dalam mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang bersih dan bebas obstruksi.
2. Pencegahan Aspirasi: Tindakan untuk mencegah masuknya bahan asing ke dalam saluran pernapasan.
3. Pemantauan Ventilasi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait fungsi ventilasi.
Luaran:
1. Bebas Komplikasi Aspirasi: Pasien bebas dari komplikasi akibat aspirasi.
2. Kecukupan Ventilasi: Pasien mampu mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Pantau status pernapasan pasien.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan jalan napas.
2. Pencegahan Aspirasi:
- Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk mencegah aspirasi.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko aspirasi dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan risiko aspirasi.
3. Pemantauan Ventilasi:
- Pantau tanda-tanda pernapasan pasien.
- Lakukan pengukuran fungsi ventilasi (misalnya SpO2, RR).
- Lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan ventilasi.
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 5557 | 13 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Dengan diagnosa resiko cedera janin dan resiko aspirasi Carilah luaran dan intervensinya Carilah intervensi keperawatan dengn diagnosa 1. Resiko cedera janin 2. resiko aspirasi Observasi,tarapeutik , edukasi , kolaborasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan 1: Risiko Cedera Janin
Definisi: Risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akibat faktor yang dapat membahayakan janin.
Luaran (SLKI):
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
2. Kesejahteraan Janin
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital ibu
- Monitor pergerakan janin
- Lakukan pemeriksaan fetal heart rate (DJJ)
- Pantau tanda-tanda awal persalinan
2. Terapeutik:
- Pertahankan posisi ibu yang nyaman
- Berikan informasi terkait risiko cedera janin dan pencegahannya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penanganan dini
3. Edukasi:
- Ajarkan kepada ibu terkait tanda-tanda bahaya kehamilan
- Edukasi tentang pentingnya istirahat yang cukup dan nutrisi yang seimbang
4. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan dokter obgin untuk pemantauan lebih lanjut
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi
Diagnosa Keperawatan 2: Risiko Aspirasi
Definisi: Risiko masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi.
Luaran (SLKI):
1. Pernapasan
2. Status Cairan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital ibu
- Awasi pengeluaran cairan pervaginam
- Awasi adanya tanda-tanda aspirasi
2. Terapeutik:
- Pertahankan posisi ibu miring ke kiri
- Anjurkan ibu untuk tidak makan atau minum jika ada kemungkinan segera melahirkan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penanganan risiko aspirasi
3. Edukasi:
- Edukasi kepada ibu tentang risiko aspirasi dan pencegahannya
- Anjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan jika ada pengeluaran cairan pervaginam
4. Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan dokter obgin untuk penanganan lebih lanjut
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan nutrisi ibu yang aman
Dengan tone akademis dan persona pakar, intervensi keperawatan yang diberikan diharapkan dapat membantu meminimalkan risiko cedera janin dan risiko aspirasi yang dialami oleh Ny. I. -
Article No. 5376 | 12 Nov 2024
Klinis : HIPERTENSI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
2. Ketidakseimbangan Volume Cairan
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
SDKI: Gangguan aliran darah ke jaringan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
SLKI: Peningkatan tekanan darah yang melebihi normal dan dapat menyebabkan kerusakan organ-organ vital.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau tanda-tanda vital, menjaga intake cairan, dan memberikan edukasi terkait manajemen hipertensi.
2. Ketidakseimbangan Volume Cairan
SDKI: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan volume cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
SLKI: Hipertensi dapat menyebabkan retensi cairan dan peningkatan volume cairan dalam tubuh.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memantau asupan dan pengeluaran cairan, serta mengatur diet dan pemberian diuretik.
3. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.
SLKI: Pasien dengan hipertensi memerlukan pemahaman dan kemampuan untuk mengelola kondisi kesehatannya secara efektif.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memberikan edukasi, konseling, dan dukungan bagi pasien agar dapat mengelola hipertensi dengan baik.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemantauan, perawatan, dan edukasi yang komprehensif bagi pasien dengan hipertensi untuk mencapai hasil perawatan yang optimal.