Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5499 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit Alasan: Klien dalam keadaan sadar penuh Keluhan utama: Nyeri diseluruh perut dan tidak BAB • Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang ke Igd tanggal 7/11/2024 dengan membawa pengantar dari dokter praktek dengan keluhan sejak satu minggu yang lalu perut membesar, tidak BAB, badan lemas, mual dan muntah setiap habis makan dan minum. Terpasang NGT dekompresi, infus RL, D5, Panamin (2:1:1) 20 tetes permenit, cateter, warna cairan drainase kuning muda, urine berwarna kuning, BAB encer 1x jumlah sedikit,warna hijau tua, aktivitas miring kiri/ kanan mandiri, duduk, mandi , berpakaian dengan bantuan keluarga, nyeri pada perut hilang timbul dengan skala nyeri 4 (sedang). Klien mengatakan cemas dengan rencana tindakan operasi, sejak masuk rs pasien dipuasakan, wajah tampak pucat, tampak tegang, kulit tampak kurang bersih, mukosa mulut tampak kurang bersih TTV: TD: 120/70 mmHg, HR: 89 x/m, RR; 18 x/m, S: 36℃, SpO2: 98 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sakit sedang dengan keluhan nyeri perut dan tidak bisa buang air besar. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses patologis
Penjelasan SDKI:
- Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain)
- Penyebabnya dapat berupa penyakit, cedera, atau prosedur diagnostik/terapeutik
2. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanis
Penjelasan SDKI:
- Penurunan frekuensi buang air besar, kesulitan mengeluarkan feses, atau pengeluaran feses yang tidak adekuat
- Penyebabnya dapat berupa obstruksi saluran cerna, aktivitas fisik menurun, asupan cairan tidak adekuat
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman status kesehatan
Penjelasan SDKI:
- Respon emosional terhadap bahaya yang dibayangkan atau nyata, yang ditandai dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
- Penyebabnya dapat berupa perubahan status kesehatan, lingkungan yang tidak dikenal, prosedur diagnostik/terapeutik
Penjelasan SLKI:
- Intervensi untuk mengatasi nyeri akut, konstipasi, dan kecemasan antara lain: manajemen nyeri, manajemen konstipasi, dan manajemen kecemasan
Penjelasan SIKI:
- Aktivitas keperawatan untuk mengatasi masalah di atas antara lain: pemberian analgetik, pemberian laksatif, pemberian edukasi, dan pemberian terapi relaksasi. -
Article No. 5500 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka lecet di kaki kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan luka lecet di kaki kanan, menunjukkan adanya kerusakan pada lapisan kulit. Diagnosa ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang terkait:
- Penyembuhan Luka: Proses pemulihan integritas kulit dan jaringan.
- Integritas Kulit: Kondisi utuh dan sehat dari epidermis, dermis, dan lapisan subkutan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
- Perawatan Luka: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki integritas kulit.
- Manajemen Lingkungan: Tindakan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan pasien.
Dengan tone akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan lebih rinci tentang diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI. Selain itu, perawat dapat memberikan edukasi dan rekomendasi perawatan luka yang tepat untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan. -
Article No. 5501 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada tanggal 30 Oktober 2024 jam 08:00 pergi ke puskesmas laihuruk dengan keluhan sesak napas, batuk sejak 2 minggu yang lalu, saat di periksa oleh dokter pasien mengatakan sesak dan batuk sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tekanan darah : 90/60 mmhg nadi : 80x/menit suhu: 36,6 RR : 28 dan dokter pun memutuskan untuk di rujuk ke RSK Karitas pasien tersebut di bawah di IGD jam 10:00 (instalasi gawat darurat) pasien di periksa oleh perawat IGD dengan hasil keadaan umum : pasien tampak lemah, Tekanan Darah :98/60 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR: 28x/menit, SpO2 : 91%, Suhu : 36,5 c, kemudian pukul 11.10 pasien terpasang O2 3 liter permenit dan terpasang cairan infus RL 20 TPM ditangan bagian kiri pukul 11.40. Pada pukul 11.50 pasien dilakukan skin tes ceftriaxone serta perawatan infus, pukul 12.00 pasien dilayani injeksi Ceftriaxone 1 gram/IV dan Methylprednisolone 62,5 mg/ IV, Omeprazole 20 mg/IV. Pukul 12.30 pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul, dan pukul 13.00 pasien dilayani obat oral Ambroxol 1 tablet, sekaligus dilakukan juga perawatan infus. Pasien dipindahkan diruangan interna pukul 14.00 dan tindakan yang dilakukan ketika pasien di ruangan interna yaitu pemasangan O2 nasal kanul 4 liter per menit. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 November 2024 pukul 10.00 di ruang Interna, pasien mengatakan sesak napas dan batuk, adanya bunyi napas ronkhi tampak lemah, tampak kesulitan bernapas, pola napas cepat/takipnea, kesadaran composmentis, terpasang infus RL dengan kecepatan 14 TPM ditangan bagian kiri, terpasang O2 nasal kanul dengan kecepatan 4 liter per menit. Hasil pemeriksaan TTV. TD : 123/62 mmHg, N : 107x/menit, SpO2: 98%, RR : 26x/menit, Suhu : 36,5 C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diuraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
- SLKI: Menunjukkan perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memastikan pernapasan yang adekuat dan mencegah komplikasi pernapasan.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau menghalangi jalan napas untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang optimal.
- SLKI: Menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memelihara dan memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan karena keterbatasan fisiologis atau psikologis.
- SLKI: Menunjukkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik dan kelelahan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami sesak napas dan batuk, yang menunjukkan ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang adekuat.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memantau dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Pasien mengalami batuk yang menunjukkan ketidakmampuan membersihkan jalan napas secara efektif.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien tampak lemah, yang menunjukkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik.
- Intervensi keperawatan akan berfokus pada memfasilitasi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 5502 | 13 Nov 2024
Klinis : Tn.Y, seorang pria berusia 49 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta, merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ia memiliki satu adik laki-laki dan satu adik perempuan, yang keduanya sudah menikah dan berkeluarga. Sebaliknya, Tn.Y hingga saat ini belum berkeluarga. Seluruh keluarganya beragama Islam. Orang tua Tn.Y telah meninggal dunia, sehingga ia kehilangan kedua orang tua yang mungkin bisa menjadi tempat berbagi atau sumber dukungan emosional dalam kesehariannya. Saat ini, Tn. Y dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena mengalami berbagai gejala gangguan mental yang cukup serius, seperti stres berat, perasaan gelisah yang terus-menerus, perilaku berbicara sendiri, dan kesulitan tidur yang mengganggu aktivitas hariannya. Berdasarkan riwayat medis, Tn. Y pernah didiagnosis dengan skizofrenia, yang merupakan gangguan mental kronis yang dapat menyebabkan perubahan dalam cara berpikir, berperilaku, dan merasakan kenyataan. Ini bukan pertama kalinya Tn. Y mengalami gejala skizofrenia dan menerima perawatan medis, karena sebelumnya ia juga pernah dirawat di dua fasilitas kesehatan mental, yaitu Rumah Sakit Tuntungan sebanyak satu kali dan Rumah Sakit Jiwa Bina Atma sebanyak satu kali. Pada pemeriksaan fisik terbaru, kondisi kesehatan fisik Tn.Y terbilang cukup stabil. Hasil pemeriksaan vital menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 75 kali per menit, suhu tubuh 37°C, dan frekuensi pernapasan 20 kali per menit. Dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg, indeks massa tubuh Tn.Y tergolong dalam kategori normal. Meskipun kondisi fisiknya stabil, gangguan skizofrenia yang dialami memerlukan perhatian dan penanganan intensif, mengingat gangguan ini dapat memengaruhi kualitas hidup serta interaksi sosialnya secara signifikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Tn. Y yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Skizofrenia
2. Insomnia Berhubungan dengan Stres Berat
3. Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Perilaku akibat Skizofrenia
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Skizofrenia
- SDKI: Gangguan Proses Pikir
- SLKI: Peningkatan Fungsi Kognitif
- SIKI: Terapi Modalitas
Skizofrenia dapat menyebabkan gangguan pada proses pikir, seperti waham, halusinasi, dan delusi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi modalitas, seperti terapi aktivitas, terapi kognitif, dan terapi kelompok, untuk membantu Tn. Y dalam mengatasi gangguan proses pikirnya.
2. Insomnia Berhubungan dengan Stres Berat
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur Efektif
- SIKI: Manajemen Insomnia
Stres berat yang dialami Tn. Y dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen insomnia, seperti edukasi mengenai pola tidur yang baik, relaksasi, dan pengaturan lingkungan tidur yang nyaman, untuk membantu Tn. Y memperoleh kualitas tidur yang lebih baik.
3. Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Perilaku akibat Skizofrenia
- SDKI: Isolasi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial
- SIKI: Terapi Sosialisasi
Skizofrenia dapat menyebabkan perubahan perilaku pada Tn. Y, seperti berbicara sendiri, yang dapat mempengaruhi interaksi sosialnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi sosialisasi, seperti dukungan kelompok, terapi aktivitas sosial, dan pengembangan keterampilan sosial, untuk membantu Tn. Y meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan Tn. Y. -
Article No. 5503 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada Tanggal 04 Maret 2024 mengalami sesak napas dan keluarga membawa ke klinik dan mendapat rujukan ke RSUD Waikabubak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sampainya di RSUD Waikabubak pasien dibawah ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pukul 13.00 wita. Pasien di periksa perawat IGD dengan hasil keadaan umum: pasien tampak lemah, Tekanan Darah 110/78 MmHg, Nadi 80x/menit, RR: 28x/menit, Spo2: 94%, suhu 36,5◦C. pasien terpasang 02 masker 5 liter/menit dan terpasang cairan infus NACL 12 TPM ditangan bagian kiri pukul 13.50. Pada pukul 13.55 Wita pasien dilakukan skin tes ceftiaxone serta perawatan infus, pukul 14.15 pasien dilayani obat oral paracetamol 1 tablet, Omeprazole 1 tablet, dan obat injeksi ceftiaxone 1 gram/IV dexamethasone 5 mg/IV dan pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul. Pada pukul 14.45 wita pasien dipindahkan diruangan ISOLASI dan tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan 02 masker 05 liter/menit. Pada tanggal 05 Maret 2024 pukul 17.00 wita saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas dan batuk, pemeriksaan fisik terdapat bunyi napas ronkhi pada paru kiri, pasien tampak lemah, tampak kesulitan bernapas (dispnea), pola napas cepat, dan tampak sedikit cemas, kesadaran composmentis, terpasang 02 masker dengan kecepaan 5 liter/menit. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital. TD: 123/63 MmHg, N: 67x/menit, Spo2:89%, RR: 28x/menit, Suhu:36C. Pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu yaitu TB paru sejak tahun 2022 dan sudah menjalani pengobatan program dari puskesmas, namun setelah obatnya habis pasien mengatakan tidak lagi pergi ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membuang sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Penumpukan sekret, bronkospasme, kelemahan otot pernapasan.
Gejala: Dispnea, napas cepat, bunyi napas tambahan, kesulitan bernapas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penyebab: Gangguan fungsi paru, kelelahan otot pernapasan.
Gejala: Dispnea, napas cepat, penggunaan otot bantu pernapasan, napas dangkal.
3. Ansietas
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak jelas atau tidak diketahui.
Penyebab: Stres, penyakit kronis.
Gejala: Cemas, khawatir, tegang, mudah terganggu.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan masalah keperawatan pada pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI untuk menentukan diagnosa keperawatan, SLKI untuk menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan, dan SIKI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah pasien. -
Article No. 5504 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada Tanggal 04 Maret 2024 mengalami sesak napas dan keluarga membawa ke klinik dan mendapat rujukan ke RSUD Waikabubak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sampainya di RSUD Waikabubak pasien dibawah ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pukul 13.00 wita. Pasien di periksa perawat IGD dengan hasil keadaan umum: pasien tampak lemah, Tekanan Darah 110/78 MmHg, Nadi 80x/menit, RR: 28x/menit, Spo2: 94%, suhu 36,5◦C. pasien terpasang 02 masker 5 liter/menit dan terpasang cairan infus NACL 12 TPM ditangan bagian kiri pukul 13.50. Pada pukul 13.55 Wita pasien dilakukan skin tes ceftiaxone serta perawatan infus, pukul 14.15 pasien dilayani obat oral paracetamol 1 tablet, Omeprazole 1 tablet, dan obat injeksi ceftiaxone 1 gram/IV dexamethasone 5 mg/IV dan pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul. Pada pukul 14.45 wita pasien dipindahkan diruangan ISOLASI dan tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan 02 masker 05 liter/menit. Pada tanggal 05 Maret 2024 pukul 17.00 wita saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas dan batuk, pemeriksaan fisik terdapat bunyi napas ronkhi pada paru kiri, pasien tampak lemah, tampak kesulitan bernapas (dispnea), pola napas cepat, dan tampak sedikit cemas, kesadaran composmentis, terpasang 02 masker dengan kecepaan 5 liter/menit. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital. TD: 123/63 MmHg, N: 67x/menit, Spo2:89%, RR: 28x/menit, Suhu:36C. Pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu yaitu TB paru sejak tahun 2022 dan sudah menjalani pengobatan program dari puskesmas, namun setelah obatnya habis pasien mengatakan tidak lagi pergi ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Cemas
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara dari paru-paru secara efektif.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menahan atau melakukan aktivitas fisik karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi klien dalam meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Cemas
- SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengurangi kecemasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi klien dalam mengurangi kecemasan.
Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, pasien mengalami sesak napas, tampak lemah, dan cemas. Hal ini mengarah pada diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Cemas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, dan manajemen kecemasan, sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 5505 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada tanggal 30 Oktober 2024 jam 08:00 pergi ke puskesmas laihuruk dengan keluhan sesak napas, batuk sejak 2 minggu yang lalu, saat di periksa oleh dokter pasien mengatakan sesak dan batuk sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tekanan darah : 90/60 mmhg nadi : 80x/menit suhu: 36,6 RR : 28 dan dokter pun memutuskan untuk di rujuk ke RSK Karitas pasien tersebut di bawah di IGD jam 10:00 (instalasi gawat darurat) pasien di periksa oleh perawat IGD dengan hasil keadaan umum : pasien tampak lemah, Tekanan Darah :98/60 mmHg, Nadi : 70x/menit, RR: 28x/menit, SpO2 : 91%, Suhu : 36,5 c, kemudian pukul 11.10 pasien terpasang O2 3 liter permenit dan terpasang cairan infus RL 20 TPM ditangan bagian kiri pukul 11.40. Pada pukul 11.50 pasien dilakukan skin tes ceftriaxone serta perawatan infus, pukul 12.00 pasien dilayani injeksi Ceftriaxone 1 gram/IV dan Methylprednisolone 62,5 mg/ IV, Omeprazole 20 mg/IV. Pukul 12.30 pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul, dan pukul 13.00 pasien dilayani obat oral Ambroxol 1 tablet, sekaligus dilakukan juga perawatan infus. Pasien dipindahkan diruangan interna pukul 14.00 dan tindakan yang dilakukan ketika pasien di ruangan interna yaitu pemasangan O2 nasal kanul 4 liter per menit. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 November 2024 pukul 10.00 di ruang Interna, pasien mengatakan sesak napas dan batuk, adanya bunyi napas ronkhi tampak lemah, tampak kesulitan bernapas, pola napas cepat/takipnea, kesadaran composmentis, terpasang infus RL dengan kecepatan 14 TPM ditangan bagian kiri, terpasang O2 nasal kanul dengan kecepatan 4 liter per menit. Hasil pemeriksaan TTV. TD : 123/62 mmHg, N : 107x/menit, SpO2: 98%, RR : 26x/menit, Suhu : 36,5 C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Perbaikan Bersihan Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Penjelasan:
Pasien mengalami sesak napas dan batuk, yang merupakan tanda-tanda bersihan jalan napas tidak efektif. Hal ini ditandai dengan adanya bunyi napas ronkhi dan kesulitan bernapas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, yang meliputi pemberian oksigen, nebulizer, dan perawatan infus.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Perbaikan Pola Napas
- SIKI: Manajemen Ventilasi
Penjelasan:
Pasien mengalami pola napas yang cepat/takipnea, yang menunjukkan pola napas tidak efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen ventilasi, termasuk pemberian oksigen, nebulizer, dan pemantauan tanda-tanda vital.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan:
Pasien tampak lemah, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, seperti membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari dan memantau tanda-tanda vital saat aktivitas.
Secara umum, penatalaksanaan keperawatan untuk kondisi ini fokus pada manajemen jalan napas, ventilasi, dan aktivitas, dengan tujuan untuk memulihkan bersihan jalan napas, perbaikan pola napas, dan peningkatan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 5506 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada Tanggal 04 Maret 2024 mengalami sesak napas dan keluarga membawa ke klinik dan mendapat rujukan ke RSUD Waikabubak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sampainya di RSUD Waikabubak pasien dibawah ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pukul 13.00 wita. Pasien di periksa perawat IGD dengan hasil keadaan umum: pasien tampak lemah, Tekanan Darah 110/78 MmHg, Nadi 80x/menit, RR: 28x/menit, Spo2: 94%, suhu 36,5◦C. pasien terpasang 02 masker 5 liter/menit dan terpasang cairan infus NACL 12 TPM ditangan bagian kiri pukul 13.50. Pada pukul 13.55 Wita pasien dilakukan skin tes ceftiaxone serta perawatan infus, pukul 14.15 pasien dilayani obat oral paracetamol 1 tablet, Omeprazole 1 tablet, dan obat injeksi ceftiaxone 1 gram/IV dexamethasone 5 mg/IV dan pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul. Pada pukul 14.45 wita pasien dipindahkan diruangan ISOLASI dan tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan 02 masker 05 liter/menit. Pada tanggal 05 Maret 2024 pukul 17.00 wita saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas dan batuk, pemeriksaan fisik terdapat bunyi napas ronkhi pada paru kiri, pasien tampak lemah, tampak kesulitan bernapas (dispnea), pola napas cepat, dan tampak sedikit cemas, kesadaran composmentis, terpasang 02 masker dengan kecepaan 5 liter/menit. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital. TD: 123/63 MmHg, N: 67x/menit, Spo2:89%, RR: 28x/menit, Suhu:36C. Pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu yaitu TB paru sejak tahun 2022 dan sudah menjalani pengobatan program dari puskesmas, namun setelah obatnya habis pasien mengatakan tidak lagi pergi ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan hidup.
- SLKI: Peningkatan upaya pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal, dan/atau ketidakefektifan pertukaran gas.
- SIKI: Intervensi untuk mempertahankan pola napas yang efektif, mencegah komplikasi pernapasan, dan memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan fisik dan/atau psikologis yang membatasi toleransi terhadap aktivitas.
- SLKI: Penurunan kemampuan fisik dan/atau psikologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi peningkatan toleransi aktivitas, mencegah kelelahan, dan mengelola faktor penyebab intoleransi.
3. Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Kondisi yang memungkinkan terjadinya invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau meminimalkan risiko infeksi, meningkatkan kemampuan pertahanan tubuh, dan mengelola faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi. Penjelasan singkat mengenai masing-masing diagnosa keperawatan tersebut mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 5507 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pada Tanggal 04 Maret 2024 mengalami sesak napas dan keluarga membawa ke klinik dan mendapat rujukan ke RSUD Waikabubak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sampainya di RSUD Waikabubak pasien dibawah ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pukul 13.00 wita. Pasien di periksa perawat IGD dengan hasil keadaan umum: pasien tampak lemah, Tekanan Darah 110/78 MmHg, Nadi 80x/menit, RR: 28x/menit, Spo2: 94%, suhu 36,5◦C. pasien terpasang 02 masker 5 liter/menit dan terpasang cairan infus NACL 12 TPM ditangan bagian kiri pukul 13.50. Pada pukul 13.55 Wita pasien dilakukan skin tes ceftiaxone serta perawatan infus, pukul 14.15 pasien dilayani obat oral paracetamol 1 tablet, Omeprazole 1 tablet, dan obat injeksi ceftiaxone 1 gram/IV dexamethasone 5 mg/IV dan pasien di Nebulizer Ventolin 1 ampul. Pada pukul 14.45 wita pasien dipindahkan diruangan ISOLASI dan tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan 02 masker 05 liter/menit. Pada tanggal 05 Maret 2024 pukul 17.00 wita saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas dan batuk, pemeriksaan fisik terdapat bunyi napas ronkhi pada paru kiri, pasien tampak lemah, tampak kesulitan bernapas (dispnea), pola napas cepat, dan tampak sedikit cemas, kesadaran composmentis, terpasang 02 masker dengan kecepaan 5 liter/menit. Hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital. TD: 123/63 MmHg, N: 67x/menit, Spo2:89%, RR: 28x/menit, Suhu:36C. Pasien mengatakan ada riwayat penyakit dahulu yaitu TB paru sejak tahun 2022 dan sudah menjalani pengobatan program dari puskesmas, namun setelah obatnya habis pasien mengatakan tidak lagi pergi ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Ansietas
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas dan memfasilitasi pembersihan sekresi.
- SIKI: Suction, Oksigenasi, Terapi Inhalasi, Pengaturan Posisi.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Observasi Pola Napas, Pengaturan Posisi, Terapi Oksigen, Terapi Inhalasi.
3. Ansietas
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak diketahui, tidak jelas, atau diantisipasi, yang berhubungan dengan ketidakpastian dan ketidakberdayaan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan koping adaptif.
- SIKI: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, Terapi Suportif.
Secara keseluruhan, pasien mengalami gangguan pernapasan yang ditandai dengan sesak napas, bunyi ronkhi pada paru kiri, dan pola napas yang tidak efektif. Adanya riwayat penyakit TB paru yang tidak ditangani secara tepat dapat menjadi penyebab utamanya. Selain itu, pasien juga mengalami kecemasan terkait kondisi kesehatannya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, oksigenasi, dan manajemen kecemasan untuk membantu pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 5508 | 13 Nov 2024
Klinis : uri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan :
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan individu untuk mengendalikan buang air kecil sesuai dengan keinginan, yang menyebabkan kebocoran atau pengeluaran urin secara tidak terkontrol.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan inkontinensia urin adalah tercapainya kontrol berkemih, kemampuan mengontrol buang air kecil, dan tidak terjadi kebocoran urin.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani inkontinensia urin meliputi:
a. Manajemen inkontinensia urin: Mengidentifikasi penyebab, memantau pola berkemih, dan memberikan perawatan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Latihan otot dasar panggul: Melatih kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul untuk meningkatkan kontrol berkemih.
c. Edukasi dan dukungan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai inkontinensia urin serta memberikan dukungan emosional.
d. Manajemen lingkungan: Menyediakan peralatan dan lingkungan yang mendukung untuk mengurangi risiko kebocoran urin.
Sebagai perawat, peran Anda dalam menangani pasien dengan inkontinensia urin adalah melakukan assessment, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai kontrol berkemih yang optimal dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat inkontinensia urin.