Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5479 | 13 Nov 2024
Klinis : batuk 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk yang berlangsung selama 2 minggu.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Faktor Berhubungan:
- Retensi sekret
- Obstruksi jalan napas
- Kekuatan batuk yang tidak efektif
Gejala dan Tanda:
- Batuk yang produktif atau tidak produktif
- Dispnea
- Suara napas tambahan
- Sputum berlebihan atau tidak ada
Tujuan Keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang ditandai dengan:
- Batuk produktif dengan sputum yang berkurang
- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada kesulitan bernapas
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Batuk
3. Manajemen Sputum
Rencana Tindakan Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan suction jika diperlukan
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Berikan humidifikasi oksigen jika diperlukan
4. Berikan terapi inhalasi bronkodilator jika diperlukan
5. Pantau karakteristik sputum
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi batuk yang berlangsung selama 2 minggu. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 5480 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
Definisi:
Sensasi tidak nyaman di area epigastrium yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Faktor Terkait:
1. Efek samping pengobatan (misalnya, obat-obatan kemoterapi)
2. Iritasi gastrointestinal (misalnya, gastritis, ulkus peptikum)
3. Perubahan metabolik (misalnya, uremia, diabetik ketosis)
4. Perubahan psikologis (misalnya, kecemasan, depresi)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Definisi: Adanya rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, ingin muntah.
2. Faktor Terkait: Efek samping pengobatan, iritasi gastrointestinal, perubahan metabolik, perubahan psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran: Penurunan Mual
2. Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan penurunan rasa mual
b. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mual
c. Pasien dapat menerapkan strategi untuk mengatasi mual
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi:
a. Manajemen Mual
b. Edukasi Manajemen Mual
2. Aktivitas Keperawatan:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mual
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat antiemetik
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat meringankan mual
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, serta merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah mual pada pasien. -
Article No. 5481 | 13 Nov 2024
Klinis : hyperthyroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), untuk kondisi hyperthyroid, diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Peningkatan metabolisme akibat kondisi hyperthyroid.
- Gejala: Penurunan berat badan, nafsu makan meningkat, diare, peningkatan frekuensi buang air kecil.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Akumulasi cairan berlebih dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
- Penyebab: Peningkatan sekresi hormon tiroid yang menyebabkan peningkatan aliran darah dan gangguan fungsi ginjal.
- Gejala: Edema, peningkatan berat badan, hipertensi, poliuria.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Peningkatan metabolisme dan kebutuhan energi akibat kondisi hyperthyroid.
- Gejala: Kelelahan, kelemahan, sesak napas saat beraktivitas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan acuan baku yang digunakan oleh perawat di Indonesia dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar. Penggunaan standar ini membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien. -
Article No. 5482 | 13 Nov 2024
Klinis : hyperthyroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Kondisi: Hyperthyroid
1. Kode ICD-10:
- Kode: E05
- Deskripsi: Hipertiroidisme (Toksikosis tiroid)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 06.2
- Deskripsi: Tiroidektomi subtotal atau lobektomi tiroid
Penjelasan:
1. Kode ICD-10: E05
- Kode E05 dalam ICD-10 mengacu pada kondisi hipertiroidisme atau toksikosis tiroid, yang merupakan keadaan di mana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 06.2
- Kode 06.2 dalam ICD-9-CM merupakan prosedur tiroidektomi subtotal atau lobektomi tiroid, yang dapat menjadi tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi kondisi hipertiroidisme.
- Prosedur ini melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid untuk mengurangi produksi berlebih dari hormon tiroid.
Dalam pengelolaan pasien dengan kondisi hipertiroidisme, selain penentuan kode diagnosis ICD-10, juga dapat dipertimbangkan kode prosedur ICD-9-CM jika tindakan medis seperti tiroidektomi subtotal atau lobektomi tiroid dilakukan sebagai bagian dari tatalaksana. -
Article No. 5483 | 13 Nov 2024
Klinis : hyperthyroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi hipertiroid.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelebihan produksi hormon tiroid.
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan akibat adanya hambatan, baik nyata maupun persepsi.
Faktor yang berhubungan: Kelebihan produksi hormon tiroid, yang dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan kelelahan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Adaptasi Aktivitas: Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan rutinitas aktivitas sehari-hari.
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, dan melaporkan peningkatan energi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Manajemen Energi: Upaya membantu klien untuk mengatur penggunaan energi yang terbatas agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan:
- Identifikasi pola aktivitas dan istirahat klien
- Ajarkan teknik pengaturan energi (misalnya perencanaan aktivitas, pengaturan waktu istirahat)
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan klien untuk membantu mengelola intoleransi aktivitas yang disebabkan oleh kondisi hipertiroid, sehingga klien dapat kembali beraktivitas secara optimal. -
Article No. 5484 | 13 Nov 2024
Klinis : bab berdarah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Diare Berdarah
Penjelasan Singkat:
Diare Berdarah:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diare Berdarah adalah pola pengeluaran feses cair yang lebih sering dari biasanya, disertai darah di dalam feses.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama dalam menangani diare berdarah adalah mengatasi atau meminimalkan kehilangan cairan dan elektrolit, mencegah komplikasi, serta memulihkan kondisi pasien.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, asupan dan keluaran cairan, pemberian terapi cairan dan elektrolit, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Sebagai perawat profesional, saya memahami bahwa diare berdarah merupakan kondisi yang memerlukan penanganan segera. Dengan berpedoman pada standar diagnosis, luaran, dan intervensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan komprehensif dan optimal bagi pasien. -
Article No. 5485 | 13 Nov 2024
Klinis : Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan ada karena sikap keluarga d.d Keluarga mengatakan tidak perlu ke RS karena nyeri masih bisa ditoleransi, Mereka mengatakan akan ke RS jika penyakit dianggap sudah berbahaya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
Definisi:
Ketidakmampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencari, memutuskan, dan memanfaatkan sumber daya yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga.
Penyebab:
Keluarga memiliki persepsi yang salah tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Mereka berpendapat bahwa nyeri masih bisa ditoleransi dan akan ke rumah sakit jika penyakit dianggap sudah berbahaya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Dukungan pengambilan keputusan kesehatan keluarga
2. Edukasi kesehatan keluarga
3. Fasilitasi akses pelayanan kesehatan
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat terkait pemanfaatan pelayanan kesehatan
3. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara efektif
Indikator (SDKI):
1. Keluarga mengidentifikasi masalah kesehatan
2. Keluarga memutuskan tindakan yang tepat
3. Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan
Dalam situasi ini, keluarga memiliki persepsi yang salah tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Mereka menganggap bahwa nyeri masih bisa ditoleransi dan akan ke rumah sakit jika penyakit dianggap sudah berbahaya. Ini menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam manajemen kesehatan keluarga. Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara efektif. -
Article No. 5486 | 13 Nov 2024
Klinis : vitamin d rendah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas pertanyaan Anda mengenai kode diagnosis dan tindakan medis untuk kondisi vitamin D rendah. Berikut adalah informasi yang dapat saya berikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E55.9
- Deskripsi: Defisiensi vitamin D, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.29 - Pemeriksaan darah, lainnya
- Deskripsi: Pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah dapat dilakukan untuk mendiagnosis defisiensi vitamin D.
Penjelasan:
Defisiensi vitamin D, atau vitamin D rendah, adalah kondisi di mana tubuh memiliki kadar vitamin D yang tidak cukup. Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium dan pemeliharaan kesehatan tulang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya paparan sinar matahari, diet yang tidak memadai, atau gangguan penyerapan.
Dalam praktik klinis, diagnosis defisiensi vitamin D biasanya dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar 25-hidroksivitamin D dalam darah. Kode ICD-10 E55.9 digunakan untuk mengkodekan defisiensi vitamin D yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Selain pemeriksaan laboratorium, kode ICD-9-CM 92.29 untuk "Pemeriksaan darah, lainnya" dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah sebagai bagian dari proses diagnosis.
Harap diingat bahwa pengkodean medis dapat bervariasi berdasarkan konteks klinis dan peraturan yang berlaku di setiap fasilitas kesehatan. Jika diperlukan, disarankan untuk berkonsultasi dengan petugas pengkodean medis atau dokter terkait untuk memastikan pengkodean yang tepat. -
Article No. 5487 | 13 Nov 2024
Klinis : defisiensi vitamin d
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisiensi vitamin D.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Intake nutrisi tidak adekuat, keterbatasan akses terhadap makanan, ketidakmampuan menyerap nutrisi.
- Gejala dan Tanda: Berat badan menurun, riwayat penurunan berat badan, kulit kering, rambut rontok, kuku rapuh, letih, lemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien mencapai Keseimbangan Nutrisi, Pengetahuan Nutrisi Membaik, Aktivitas Hidup Sehari-hari Meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Kaji status nutrisi, Monitor asupan nutrisi, Berikan suplemen nutrisi, Edukasi tentang nutrisi yang baik, Dorong peningkatan aktivitas fisik.
Defisiensi vitamin D merupakan salah satu penyebab dari Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Vitamin D memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan pemeliharaan kesehatan tulang. Pasien dengan defisiensi vitamin D dapat mengalami gejala seperti kelelahan, kelemahan otot, nyeri tulang, dan peningkatan risiko patah tulang. Intervensi keperawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan asupan nutrisi dan status vitamin D, sehingga dapat mencegah komplikasi yang lebih parah. -
Article No. 5488 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien anak laki-laki 12 tahun masuk dengan keluhan nyeri pada paha kiri dialami sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluh tungkai kiri sulit untuk digerakkan. Pasien mengalami kecelakaan menabrak pohon, pada saat orang tuanya mengendarai motor pasien berada di depan. Pada saat kejadian pasien jatuh tertimpa motor jatuh ke sisi kiri, paha kirinya tertindis oleh motor. Riwayat pingsan (-), sakit kepala (-), muntah (-). Penderita langsung dibawa ke RS Samaritan dan kemudian dirujuk ke RSUD Undata. Pada saat di bawa ke RSUD Undata, pasien sudah dipasang spalk. Gambar 1. Foto Femur Sinistra sebelum dilakukan operasi Dari pemeriksaan fisik pada regio cruris sinistra tampak pemendekan (+), oedema (+) dan deformitas (+) serta angulasi ke arah lateral, tidak ditemukan luka. Disertai nyeri tekan (+),a.dorsalis pedis teraba(+), sensibilitas (+). Pergerakan aktif, ROM aktif pasif terbatas akibat nyeri. Hasil pengukuran ditemukan apparent leg length: 70 cm dan true leg length : 66 cm. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 26,8 ribu/ul dan Hb 8,7 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur femur sinistra akut.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan mobilitas fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri yang disebabkan oleh kekuatan, ketahanan, atau lingkup gerak yang terbatas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik yang membaik
2. Aktivitas kehidupan sehari-hari yang meningkat
3. Risiko cidera yang berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen mobilitas
2. Perawatan fraktur
3. Manajemen nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami fraktur femur sinistra akut akibat kecelakaan, yang mengakibatkan gangguan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen mobilitas, perawatan fraktur, dan manajemen nyeri untuk membantu pasien meningkatkan mobilitas dan aktivitas sehari-hari, serta mengurangi risiko cidera lebih lanjut.