Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5419 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah ketidakcukupan aliran darah ke perifer yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan perifer.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah: Perfusi Perifer Membaik, yang ditandai dengan peningkatan suhu kulit, warna kulit yang membaik, pengisian kapiler yang membaik, serta tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Pemantauan tanda-tanda vital, perfusi perifer, dan sirkulasi perifer
b. Manajemen posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
c. Terapi oksigen sesuai indikasi
d. Manajemen nyeri untuk mengurangi vasokonstriksi
e. Edukasi pasien dan keluarga terkait perawatan ekstremitas
Dalam menangani kondisi ini, perawat harus memperhatikan penurunan aliran darah arteri dan/atau vena yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen serta nutrisi pada jaringan perifer. Tindakan keperawatan yang komprehensif, termasuk pemantauan, posisioning, terapi oksigen, dan manajemen nyeri, diperlukan untuk memulihkan perfusi perifer yang optimal. -
Article No. 5420 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh mual muntah setelah dilakukan kemoterapi, suhu pasien tinggi, adanya tumor pada anus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Mual (Nausea)
- Penjelasan: Mual adalah perasaan ketidaknyamanan di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Pasien dengan riwayat kemoterapi berisiko mengalami mual sebagai efek samping dari pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia (Hyperthermia)
- Penjelasan: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping pengobatan, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, pasien dengan tumor pada anus dapat mengalami hipertermia.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri (Pain)
- Penjelasan: Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Pasien dengan tumor pada anus dapat mengalami nyeri di area tersebut.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dan disarankan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, kriteria hasil, dan intervensi untuk setiap luaran keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan.
Sebagai perawat, kami akan menggunakan standar-standar tersebut untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan perawatan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diinginkan. -
Article No. 5421 | 13 Nov 2024
Klinis : DS: Keluarga pasien mengatakan pasien terbaring ditempat tidur selama 2 minggu dirumah sakit pasien tidak bisa diajak bicara,keluarga pasien mengatakan dibagian sakrum(tulang ekor) terdapat luka berwarna merah hangat,terdapat sedikit kerusakan pada lapisan kulit bagian dalam DO : terlihat merem terus,jarang bukak mata,pasien terpasang NGT,pasien terpadang Kateter,dibagian luka saat disentuh pasien terasa nyeru ada respon bergerak luka sekitar 2cm x 3 cm tekanan darah 112/75 mmHg,suhu 35,2, nadi 83x/menit , spo2 99%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas.
Penjelasan:
- SDKI: Kerusakan integritas kulit adalah gangguan pada struktur dan fungsi kulit.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan mempertahankan integritas kulit yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen luka, optimalisasi nutrisi, dan pencegahan dekubitus.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah fasilitasi komunikasi, terapi wicara, dan manajemen pernapasan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT dan kateter).
Penjelasan:
- SDKI: Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan bebas dari infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen infeksi, perawatan alat medis, dan pencegahan infeksi.
Dalam kondisi yang Anda gambarkan, pasien mengalami kerusakan integritas kulit, gangguan komunikasi verbal, dan risiko infeksi yang perlu ditangani secara komprehensif sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 5422 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. SIKI pada diagnosa Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena":
1. Kode ICD-10:
- Kode: I87.8
- Deskripsi: Gangguan vena lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Diagnosis ini mencakup kondisi di mana terdapat gangguan dalam aliran darah vena yang menyebabkan perfusi perifer tidak efektif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.29
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada pembuluh darah, termasuk tindakan revaskularisasi atau pembukaan stenosis arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan meningkatkan perfusi perifer.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 I87.8 (Gangguan vena lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana terdapat gangguan dalam aliran darah vena, yang dapat menyebabkan perfusi perifer tidak efektif. Ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti obstruksi vena, insufisiensi vena, atau kelainan pembuluh darah lainnya.
- Kode ICD-9-CM 39.29 (Prosedur lainnya pada pembuluh darah) dapat mencakup tindakan revaskularisasi atau pembukaan stenosis arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan meningkatkan perfusi perifer. Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi penyebab gangguan perfusi perifer, seperti penyempitan atau obstruksi pembuluh darah.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan memilih kode yang paling sesuai berdasarkan dokumentasi dan temuan klinis yang ada dalam rekam medis pasien. -
Article No. 5423 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. SIKI pada diagnosa Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Perifer Tidak Efektif: Kondisi di mana suplai darah ke ekstremitas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Penyebab: Penurunan aliran arteri dan/atau vena.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Perifer: Kemampuan tubuh untuk mendistribusikan darah ke jaringan perifer.
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Asuhan Keperawatan pada Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena:
a. Kaji tanda dan gejala penurunan perfusi perifer (suhu ekstremitas, warna kulit, edema, dll).
b. Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
c. Fasilitasi posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
d. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai (obat vasodilator, dll).
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kaki dan ekstremitas.
Dalam konteks akademis dan kepakaran perawat, diagnosa dan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola masalah perfusi perifer yang tidak efektif akibat penurunan aliran arteri dan/atau vena, sehingga dapat meningkatkan outcome kesehatan pasien. -
Article No. 5424 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh tidak bisa makan karena mual dan muntah setelah dilakukan kemoterapi, pasien juga demam dan adanya tumor pada anus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (NANDA-I: 00134)
Definisi: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dalam bagian belakang tenggorokan dan perut yang dapat mengarah pada dorongan untuk muntah.
2. Intoleransi Aktivitas (NANDA-I: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Hipertermi (NANDA-I: 00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas nilai normal yang ditetapkan secara individual.
4. Gangguan Citra Tubuh (NANDA-I: 00118)
Definisi: Gangguan persepsi tentang penampilan fisik.
SDKI:
1. Mual
- Faktor yang Berhubungan: Efek samping kemoterapi
- Gejala dan Tanda: Rasa tidak enak di perut, muntah, takikardi
2. Intoleransi Aktivitas
- Faktor yang Berhubungan: Kelemahan, kelelahan, efek samping kemoterapi
- Gejala dan Tanda: Mudah lelah, lemah, keterbatasan fisik
3. Hipertermi
- Faktor yang Berhubungan: Infeksi, efek samping kemoterapi
- Gejala dan Tanda: Suhu tubuh di atas normal, menggigil, takikardi
4. Gangguan Citra Tubuh
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan fisik akibat penyakit atau pengobatan
- Gejala dan Tanda: Persepsi negatif tentang penampilan fisik, penolakan terhadap penampilan fisik
SLKI:
1. Mual: Tingkat keparahan mual berkurang
2. Intoleransi Aktivitas: Kemampuan melakukan aktivitas meningkat
3. Hipertermi: Suhu tubuh kembali normal
4. Gangguan Citra Tubuh: Persepsi positif tentang penampilan fisik
SIKI:
1. Manajemen Mual
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Pemberian antiemetik sesuai instruksi
- Pengaturan pola makan
2. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi tingkat aktivitas pasien
- Penyusunan rencana aktivitas yang bertahap
- Pemberian dukungan fisik dan psikologis
3. Manajemen Hipertermi
- Identifikasi penyebab hipertermi
- Pemberian antipiretik sesuai instruksi
- Penerapan tindakan penurun suhu tubuh
4. Terapi Citra Tubuh
- Identifikasi persepsi negatif pasien terhadap citra tubuh
- Pemberian dukungan dan edukasi terkait perubahan fisik
- Bantuan penyesuaian diri dengan perubahan fisik -
Article No. 5425 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh terbangun saat malam untuk buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam semalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang terbangun 2-3 kali di malam hari untuk buang air kecil, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu:
1. Diagnosis Keperawatan: Inkontinensia Urin
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan urin, yang menyebabkan kebocoran urin.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, neurologis, atau psikologis.
- Tanda dan Gejala: Keluhan terbangun di malam hari untuk buang air kecil, kebocoran urin.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, psikologis, atau lingkungan.
- Tanda dan Gejala: Terbangun di malam hari, kesulitan untuk kembali tidur.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Memberikan definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Memberikan deskripsi luaran keperawatan yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Memberikan deskripsi dan rincian intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI membantu perawat dalam proses asuhan keperawatan yang sistematis, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang diakui secara nasional. -
Article No. 5426 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh terbangun saat malam untuk buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam semalam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dok, untuk kondisi pasien yang mengeluh terbangun saat malam untuk buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam semalam, dapat diberikan kode sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R35.0
- Deskripsi: Poliuria (sering berkemih)
Penjelasan:
- Kode R35.0 dalam ICD-10 menggambarkan kondisi poliuria, yaitu sering berkemih atau terbangun untuk buang air kecil lebih sering dari normal, khususnya pada malam hari.
- Pasien dengan keluhan terbangun 2-3 kali dalam semalam untuk buang air kecil dapat dikategorikan mengalami poliuria.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur/tindakan medis yang spesifik.
- Deskripsi: Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis yang spesifik dilakukan. Penanganan dapat berupa edukasi, modifikasi gaya hidup, dan pengobatan simptomatik jika diperlukan.
Penjelasan:
- Pada kasus ini, tidak terdapat tindakan medis spesifik yang perlu dikodekan berdasarkan ICD-9-CM. Penanganan yang dilakukan umumnya bersifat non-invasif, seperti konseling, modifikasi gaya hidup, dan pengobatan untuk mengatasi gejala poliuria.
- Apabila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut atau tindakan medis tertentu, maka akan ada kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai. -
Article No. 5427 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh terbangun saat malam untuk buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam semalam dan tidak bisa tidur lagi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Insomnia
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang berlangsung lebih dari 3 malam dalam seminggu.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pasien dapat tidur dengan pola yang efektif.
b. Pasien dapat istirahat/tidur tanpa terbangun.
c. Pasien melaporkan perasaan segar saat bangun.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Insomnia
- Identifikasi faktor penyebab insomnia
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi farmakologis dan non-farmakologis
- Bantu pasien untuk menerapkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tidur yang sehat
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah insomnia. Pasien mengeluh terbangun 2-3 kali di malam hari untuk buang air kecil dan tidak dapat tidur lagi. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam mempertahankan tidur yang efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen insomnia, termasuk identifikasi faktor penyebab, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemberian teknik relaksasi, dan edukasi terkait tidur yang sehat. -
Article No. 5428 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh terbangun saat malam untuk buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam semalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur (00198)
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, di mana pasien mengeluh terbangun 2-3 kali dalam semalam untuk buang air kecil, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Tidur (00198).
Definisi:
Gangguan Pola Tidur (00198) adalah gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Karakteristik Definisi:
1. Sulit memulai tidur
2. Terbangun di malam hari
3. Tidur tidak nyenyak
4. Tidak merasa segar saat bangun
Faktor Terkait:
1. Kondisi fisiologis (misalnya: inkontinensia urin)
2. Kecemasan
3. Lingkungan yang tidak kondusif
Rencana Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Pola Tidur
2. Edukasi Higienis Tidur
3. Terapi Relaksasi
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kualitas Tidur Membaik
2. Durasi Tidur Membaik
3. Frekuensi Terbangun Berkurang
Dokumentasi Asuhan Keperawatan (SDKI):
1. Identifikasi Pola Tidur
2. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur
3. Monitor Kualitas dan Kuantitas Tidur
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SIKI, dan SLKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan.