Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5676 | 14 Nov 2024
Klinis : **Kasus** Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. **Riwayat Kesehatan:** - Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. - Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. - Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. **Riwayat Keluarga:** - Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. **Pemeriksaan Fisik:** - Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. - Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). - Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. - Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. - Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. - Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. **Pemeriksaan Penunjang:** - Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). - Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. - EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. - Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. - Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik. **Terapi Saat Ini:** - Omeprazole 40 mg (injeksi sekali sehari) - Amlodipin 10 mg (oral, sekali sehari pagi) - Candesartan 32 mg (oral, sekali sehari malam) - Asam Folat 5 mg (oral, sekali sehari) - Clopidogrel 75 mg (oral, sekali sehari) - Kalsium Karbonat 500 mg (oral, tiga kali sehari) **Analisis Kasus:** Berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan, pasien kemungkinan mengalami kondisi yang berkaitan dengan gagal jantung, hipertensi, serta komplikasi akibat penyakit ginjal kronis yang memperberat beban jantung dan sistem pernapasan. Pembengkakan pada kaki, sesak napas, dan kesulitan berbaring yang dirasakan pasien mengarah ke kemungkinan kongesti cairan pada gagal jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, dan keterbatasan kapasitas/kemampuan fisik.
2. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Kelebihan cairan dalam satu atau lebih kompartemen cairan tubuh.
- Penyebab: Gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit, seperti yang terjadi pada gagal jantung.
3. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Adanya cedera atau penyakit yang mendasari, dalam kasus ini kemungkinan adanya iskemia miokard.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Keseimbangan Cairan Terpelihara
3. Nyeri Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi faktor penyebab intoleransi aktivitas
- Atur aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
2. Manajemen Kelebihan Volume Cairan
- Monitor masukan dan pengeluaran cairan
- Fasilitasi aktivitas fisik yang tepat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan diuretik dan pembatasan cairan
3. Manajemen Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan analgesik
Secara keseluruhan, penatalaksanaan keperawatan yang diperlukan adalah mengatur aktivitas pasien, mengendalikan cairan tubuh, dan mengatasi nyeri akut yang dialami. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan untuk penanganan medis yang komprehensif. -
Article No. 5677 | 14 Nov 2024
Klinis : **Kasus** Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. **Riwayat Kesehatan:** - Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. - Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. - Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. **Riwayat Keluarga:** - Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. **Pemeriksaan Fisik:** - Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. - Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). - Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. - Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. - Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. - Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. **Pemeriksaan Penunjang:** - Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). - Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. - EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. - Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. - Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik. **Terapi Saat Ini:** - Omeprazole 40 mg (injeksi sekali sehari) - Amlodipin 10 mg (oral, sekali sehari pagi) - Candesartan 32 mg (oral, sekali sehari malam) - Asam Folat 5 mg (oral, sekali sehari) - Clopidogrel 75 mg (oral, sekali sehari) - Kalsium Karbonat 500 mg (oral, tiga kali sehari)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta rencana asuhan keperawatan sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut.
4. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan isotonis yang tertimbun di dalam ruangan intravaskuler, interstitial, dan/atau intrakaviter.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami sesak napas dan wheezing, yang merupakan tanda-tanda tidak efektifnya bersihan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh edema paru akibat kelebihan volume cairan.
2. Intoleransi Aktivitas
Pasien menunjukkan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara mandiri, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen akibat kondisi jantung dan paru-paru.
3. Nyeri Akut
Pasien mengalami nyeri dada yang bersifat hilang-timbul serta dirasakan saat beraktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi kardiovaskuler, seperti angina pektoris.
4. Kelebihan Volume Cairan
Pasien mengalami pembengkakan pada kedua kaki yang semakin memburuk apabila mengonsumsi cairan banyak. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan volume cairan yang tertimbun di ruang interstisial.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Luaran Keperawatan (SLKI): Bersihan Jalan Napas Efektif
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi
2. Intoleransi Aktivitas
- Luaran Keperawatan (SLKI): Toleransi Aktivitas Meningkat
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas
3. Nyeri Akut
- Luaran Keperawatan (SLKI): Kontrol Nyeri
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas Nyeri
4. Kelebihan Volume Cairan
- Luaran Keperawatan (SLKI): Keseimbangan Cairan Terjaga
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Cairan, Edukasi Manajemen Cairan
Kesimpulannya, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, Nyeri Akut, dan Kelebihan Volume Cairan. Rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan mencakup intervensi-intervensi terkait manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, manajemen energi, manajemen nyeri, dan manajemen cairan, serta edukasi yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 5678 | 14 Nov 2024
Klinis : gangguan sensori persepsi halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan sensori persepsi halusinasi.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Definisi:
Gangguan sensori persepsi: halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang menyebabkan pengalaman palsu atau khayalan.
Faktor Terkait:
1. Biologis: gangguan neurobiologis, gangguan metabolik, gangguan endokrin
2. Psikologis: kecemasan, trauma, stres, reaksi emosional
3. Lingkungan: isolasi, perubahan lingkungan, kurang stimulasi sensorik
Batasan Karakteristik:
1. Melaporkan pengalaman palsu atau khayalan
2. Perilaku yang tidak biasa sesuai dengan pengalaman palsu
3. Menjawab stimulus yang tidak ada
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Monitoring Halusinasi
2. Manajemen Halusinasi
3. Terapi Aktivitas
4. Psikoedukasi
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Kontrol Halusinasi Membaik
2. Perilaku Sesuai Realita Membaik
3. Kemampuan Beraktivitas Meningkat
Penjelasan singkat:
Gangguan sensori persepsi: halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami persepsi sensorik (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, atau perabaan) yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang menyebabkan pengalaman palsu atau khayalan. Faktor yang dapat menyebabkan halusinasi antara lain gangguan biologis, psikologis, dan lingkungan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi monitoring halusinasi, manajemen halusinasi, terapi aktivitas, dan psikoedukasi. Luaran yang diharapkan adalah kontrol halusinasi membaik, perilaku sesuai realita membaik, dan kemampuan beraktivitas meningkat. -
Article No. 5679 | 14 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. Riwayat Kesehatan: Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. Riwayat Keluarga: Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. Pemeriksaan Penunjang: Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI: Peningkatan bersihan jalan napas; Perbaikan pertukaran gas
SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen sesak napas, Manajemen ventilasi
2. Kelebihan Volume Cairan
SDKI: Kelebihan volume cairan adalah peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
SLKI: Penurunan kelebihan volume cairan; Perbaikan perfusi
SIKI: Manajemen cairan, Manajemen edema, Manajemen hipervolemia
3. Nyeri Akut
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Penurunan nyeri; Perbaikan kenyamanan
SIKI: Manajemen nyeri, Terapi modalitas untuk nyeri, Terapi relaksasi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami sesak napas dan wheezing yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas. Sesak napas yang bertambah parah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi.
2. Kelebihan Volume Cairan
Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis. Pembengkakan pada kedua kaki yang cenderung memburuk seiring dengan konsumsi cairan yang berlebih menunjukkan adanya kelebihan volume cairan.
3. Nyeri Akut
Pasien mengeluhkan nyeri dada dengan karakteristik seperti tertusuk, muncul saat beraktivitas, dan bersifat hilang-timbul sepanjang hari. Nyeri ini dapat disebabkan oleh kondisi kardiovaskular yang dialami pasien.
Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 5680 | 14 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas rincian kondisi pasien yang Anda berikan. Berdasarkan informasi tersebut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penyempitan jalan napas akibat proses penyakit (tuberkulosis paru)
- Ditandai dengan batuk berdahak, suara napas bronkial, dan sesak napas
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Terkait: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sumbatan, dan dapat mengonservasi energi.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan: Monitor status pernapasan, berikan oksigen sesuai indikasi, ajarkan teknik batuk efektif, lakukan tindakan suction jika perlu, kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya bronkodilator, mukolitik).
Dalam mengatasi kondisi pasien dengan tuberkulosis paru, perawat perlu memantau status pernapasan, mengelola jalan napas, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 5681 | 14 Nov 2024
Klinis : bersihan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bersihan napas.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, yang ditandai dengan pasien dapat mengontrol sekresi jalan napas, tidak ada obstruksi jalan napas, irama napas normal, dan gas darah dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Ventilasi
3. Manajemen Oksigenasi
4. Fisioterapi Dada
5. Suction
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan menjaga oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 5682 | 14 Nov 2024
Klinis : persalinan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi persalinan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Persalinan
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan penurunan janin selama proses persalinan.
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko Konstipasi
- Definisi: Rentan mengalami penurunan frekuensi, pengeluaran, atau kesulitan dalam defekasi.
- SLKI: Eliminasi Gastrointestinal
- SIKI: Manajemen Konstipasi
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
4. Risiko Perdarahan
- Definisi: Rentan terhadap kehilangan jumlah darah yang melebihi normal dari saluran genital.
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
5. Kesiapan Menjadi Orang Tua
- Definisi: Kemampuan untuk beradaptasi dengan peran dan tanggung jawab sebagai orang tua yang baru.
- SLKI: Peran Orang Tua
- SIKI: Edukasi Kesiapan Menjadi Orang Tua
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menangani kondisi persalinan. Setiap diagnosa dilengkapi dengan definisi, SLKI (luaran keperawatan yang diharapkan), dan SIKI (intervensi keperawatan yang dapat dilakukan) sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 5683 | 14 Nov 2024
Klinis : persalinan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sesuai dengan format yang diminta, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi persalinan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Persalinan tunggal spontan, presentasi kepala
Penjelasan:
- Kode ICD-10 O80 digunakan untuk mengkode persalinan tunggal spontan dengan presentasi kepala, yang merupakan jalur kelahiran normal untuk bayi.
- Kode ini mencakup persalinan normal, persalinan spontan, dan persalinan vaginal.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Ekstraksi vakum; Ekstraksi dengan alat bantu lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 72.1 digunakan untuk mengkode prosedur ekstraksi bayi dengan alat bantu, seperti ekstraksi vakum.
- Prosedur ini dapat dilakukan dalam kasus tertentu untuk membantu proses persalinan, misalnya saat terjadi kemacetan atau perlambatan progresif persalinan.
Sebagai catatan, kode ICD-9-CM untuk prosedur tidak berlaku lagi di Indonesia sejak penerapan ICD-10-CM/PCS pada 1 Januari 2023. Namun, informasi ini tetap disediakan sebagai referensi bagi tenaga kesehatan yang mungkin masih menggunakan sistem kode ICD-9-CM. -
Article No. 5684 | 14 Nov 2024
Klinis : muntah berkali kali, diare cair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi muntah berulang dan diare cair.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan volume cairan: Kondisi di mana individu mengalami kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler.
- Penyebab: Kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan: Keadaan di mana individu mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam batas normal.
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal, intake dan output cairan seimbang, tidak ada tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam batas normal.
- Tindakan: Monitor intake dan output cairan, berikan cairan sesuai kebutuhan, identifikasi penyebab kehilangan cairan, dan edukasi pasien/keluarga.
Dalam kondisi ini, perawat perlu memantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta memberikan cairan sesuai kebutuhan untuk mengembalikan keseimbangan cairan pasien. Edukasi kepada pasien/keluarga juga penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 5685 | 14 Nov 2024
Klinis : muntah berkali kali, diare, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu muntah berulang, diare, dan pusing, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Makan
Penjelasan:
Intoleransi Makan adalah ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menerima makanan atau cairan yang dikonsumsi, yang ditandai dengan gejala-gejala seperti mual, muntah, diare, atau rasa tidak nyaman perut.
2. Risiko Dehidrasi
Penjelasan:
Risiko Dehidrasi adalah keadaan tidak seimbangnya cairan tubuh yang dapat terjadi akibat kehilangan cairan yang berlebihan, seperti akibat muntah atau diare.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan:
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah kondisi tidak seimbangnya jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang dapat terjadi akibat kehilangan cairan yang berlebihan, seperti akibat muntah atau diare.
4. Nyeri Kepala
Penjelasan:
Nyeri Kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan di daerah kepala, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti dehidrasi, stres, atau kondisi lainnya.
Dalam penanganan kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan tindakan keperawatan yang sesuai, serta memantau perkembangan kondisi pasien secara berkala. Perawat juga perlu berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk menetapkan rencana perawatan yang tepat.