Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7611 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.1
- Deskripsi: Mati batang otak
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Pemasangan ventilator, tidak terspesifikasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi yang mengarah pada diagnosis Mati batang otak (G93.1) dan telah diberikan terapi berupa bantuan ventilator (96.70). Selain itu, perawat juga telah meminta keluarga untuk berdiskusi dan memberikan dukungan spiritual bagi pasien.
Dari perspektif Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
- Risiko Kematian Imminent
- Distres Spiritual
Sementara itu, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang dapat diterapkan adalah:
- Harapan
- Kenyamanan
Dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan adalah:
- Dukungan Spiritual
- Perawatan Paliatif
Dengan penjelasan yang lebih detail, dokter dan perekam medis dapat memberikan penilaian yang komprehensif atas kondisi pasien dan penanganan yang diberikan. -
Article No. 7612 | 02 Dec 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang ICU. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2. Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO)dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI dan kodenya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi.
- Kode SDKI: 10030
- SLKI: Mempertahankan Kesadaran
- SIKI:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan bantuan ventilator.
- Kode SDKI: 00030
- SLKI: Ventilasi Efektif
- SIKI:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan Skor CPOT 2.
- Kode SDKI: 00133
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Risiko Berduka berhubungan dengan Mati Batang Otak ditandai dengan reaksi sedih suami terhadap kondisi pasien.
- Kode SDKI: 00172
- SLKI: Proses Berduka Efektif
- SIKI:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mempertahankan Kesadaran: Pasien mempertahankan kesadaran pada tingkat optimal.
2. Ventilasi Efektif: Pasien mempertahankan ventilasi yang efektif.
3. Manajemen Nyeri: Pasien bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
4. Proses Berduka Efektif: Keluarga dapat mengekspresikan perasaan duka dan menerima dukungan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Mempertahankan Kesadaran:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan perawatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan medis yang tepat
2. Ventilasi Efektif:
- Monitor parameter pernapasan dan keadaan pernapasan pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan ventilator yang tepat
- Berikan oksigenasi dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan nyeri yang tepat
4. Proses Berduka Efektif:
- Fasilitasi keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka
- Berikan dukungan emosional dan spiritual kepada keluarga
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk memberikan konseling duka
Penjelasan rinci:
Pasien dengan kondisi Mati Batang Otak memerlukan perawatan yang komprehensif untuk mempertahankan fungsi vital dan memberikan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi mencakup penurunan kesadaran, gangguan pertukaran gas, nyeri kronis, dan risiko berduka. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, perawatan jalan napas, pengaturan ventilator, manajemen nyeri, dan dukungan emosional serta spiritual bagi keluarga. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan kesadaran optimal, ventilasi efektif, nyeri terkontrol, dan keluarga dapat melalui proses berduka secara efektif. -
Article No. 7613 | 02 Dec 2024
Klinis : No DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH 1. DS : - DO : • pasien mengalami penurunan kesadaran • pasien mengalami demam • mukosa mulut pasien kering • GDS : 474 mg/dL • Aseton 5,1 mmol/L Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis Intake nutrisi tidak adekuat Aktivitas fisik tidak adekuat Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis Ketidakstabilan kadar glukosa darah Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) BUATKAN SIKI DAN SLKI NYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
Definisi:
Fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal yang dikaitkan dengan penyakit atau kondisi medis tertentu.
Etiologi:
1. Stres fisiologis akut akibat penyakit kritis
2. Intake nutrisi tidak adekuat
3. Aktivitas fisik tidak adekuat
4. Peningkatan kebutuhan energi akibat kondisi kritis
5. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (L.0227)
- Rentang glukosa darah dalam batas normal (70-180 mg/dL)
- Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
- Nilai glukosa darah terkontrol sesuai target
- Tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Kadar Glukosa Darah (I.0127)
- Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala (sesuai indikasi)
- Adjustasi terapi insulin atau obat antidiabetes sesuai hasil pemantauan
- Evaluasi efektivitas terapi dalam mempertahankan kadar glukosa darah
2. Manajemen Nutrisi (I.0142)
- Asesmen kebutuhan nutrisi berdasarkan kondisi klinis
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Evaluasi asupan nutrisi dan penyesuaian regimen nutrisi
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat (I.0129)
- Perencanaan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Pemberian intervensi untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
4. Manajemen Stres (I.0151)
- Identifikasi sumber stres dan respons pasien terhadap stres
- Implementasi teknik relaksasi dan manajemen stres
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengelola stres pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah" didasarkan pada data-data yang menunjukkan adanya fluktuasi kadar glukosa darah di atas atau di bawah rentang normal, disertai gejala-gejala terkait seperti penurunan kesadaran, demam, dan mukosa mulut kering. Etiologi yang mendasari kondisi ini mencakup stres fisiologis akut akibat penyakit kritis, intake nutrisi tidak adekuat, aktivitas fisik tidak adekuat, peningkatan kebutuhan energi, dan ketidakstabilan kadar glukosa darah itu sendiri.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah stabilitas kadar glukosa darah, dengan rentang yang normal (70-180 mg/dL), tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, nilai glukosa darah terkontrol sesuai target, serta tidak ada komplikasi akibat fluktuasi glukosa darah. Untuk mencapai luaran tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang meliputi monitoring kadar glukosa darah, manajemen nutrisi, manajemen aktivitas dan istirahat, serta manajemen stres. Masing-masing intervensi memiliki tujuan dan implementasi yang rinci untuk membantu menstabilkan kadar glukosa darah pasien. -
Article No. 7614 | 02 Dec 2024
Klinis : Pasien skizofrenia setelah dirawat beberapa hari, marah berkurang dan diajak berbincang dengan perawat. Pasien mengatakan tidak tahu cara menyalurkan marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien skizofrenia yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Koping Individu Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Koping Individu Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stres.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Koping
2. Penurunan Perilaku Maladaptif
3. Peningkatan Harga Diri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Marah
2. Terapi Realitas
3. Bimbingan Koping
Pada pasien skizofrenia yang Anda deskripsikan, marah berkurang dan pasien bersedia berbincang dengan perawat. Namun, pasien mengatakan tidak tahu cara menyalurkan marahnya. Hal ini menunjukkan adanya Koping Individu Tidak Efektif, di mana pasien belum mampu memodifikasi atau mengelola emosi marahnya secara tepat.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain Manajemen Marah untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi marahnya dengan cara yang konstruktif, Terapi Realitas untuk membantu pasien memahami situasi yang dialami saat ini, serta Bimbingan Koping untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat meningkatkan kemampuan kopingnya, mengurangi perilaku maladaptif, dan meningkatkan harga dirinya, sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya secara lebih efektif. -
Article No. 7615 | 02 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, mual dan muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Muntah
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan demam, mual dan muntah memiliki risiko mengalami dehidrasi. Kehilangan cairan melalui muntah dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, sehingga perlu ditangani dengan tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi ditandai dengan gejala seperti mulut kering, turgor kulit menurun, dan frekuensi nadi meningkat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Outcome yang diharapkan adalah Keseimbangan Cairan, dengan indikator seperti Vital Sign stabil, Intake dan Output Cairan seimbang, dan Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Cairan Intravena, dan Edukasi Tentang Intake dan Output Cairan. -
Article No. 7616 | 02 Dec 2024
Klinis : hepertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan fungsi sistem regulasi suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipertermia adalah klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan klien menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia antara lain: monitor suhu tubuh, identifikasi penyebab hipertermia, pemberian cairan dan elektrolit, pengompres hangat/dingin, dan edukasi terkait manajemen hipertermia.
Secara akademis, penanganan hipertermia membutuhkan pemahaman mendalam tentang fisiologi, patofisiologi, dan prinsip-prinsip manajemen hipertermia. Sebagai seorang perawat pakar, Anda harus mampu mengidentifikasi penyebab, menilai tingkat keparahan, dan merancang intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi hipertermia pada klien. -
Article No. 7618 | 02 Dec 2024
Klinis : Sering buang air kecil Urine berbau dan berwarna berbeda dari normal Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil Nyeri di bagian bawah perut atau punggung bawah Urine tampak keruh Urine berwarna kemerahan atau coklat Bau urine tidak sedap dan menyengat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, seperti sering buang air kecil, urine berbau dan berwarna berbeda dari normal, rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri di bagian bawah perut atau punggung bawah, urine tampak keruh, urine berwarna kemerahan atau coklat, serta bau urine yang tidak sedap dan menyengat, menunjukkan adanya kemungkinan infeksi pada saluran kemih (Infeksi Saluran Kemih).
Infeksi Saluran Kemih adalah kondisi di mana terjadi infeksi pada salah satu bagian dari sistem saluran kemih, seperti kandung kemih, ureter, atau ginjal, yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala-gejala yang Anda alami.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, penanganan yang dapat dilakukan untuk Infeksi Saluran Kemih meliputi:
1. Pemantauan tanda dan gejala infeksi
2. Pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi
3. Edukasi mengenai pola makan dan minum yang sehat
4. Menjaga kebersihan area genital
5. Tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti dokter, untuk pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan yang lebih komprehensif.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi yang Anda alami. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7619 | 02 Dec 2024
Klinis : Sering buang air kecil Urine berbau dan berwarna berbeda dari normal Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil Nyeri di bagian bawah perut atau punggung bawah Urine tampak keruh Urine berwarna kemerahan atau coklat Bau urine tidak sedap dan menyengat Beserta intervensi edukasinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI serta intervensi edukasi untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Infeksi Saluran Kemih ditandai dengan gejala seperti sering buang air kecil, sensasi terbakar saat berkemih, nyeri di bagian bawah perut atau punggung, urine tampak keruh, berwarna kemerahan atau coklat, serta bau urine yang tidak sedap dan menyengat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utama dari intervensi keperawatan adalah untuk mengatasi infeksi saluran kemih, mengurangi gejala, mencegah komplikasi, serta meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian terapi antibiotik sesuai resep dokter, edukasi tentang gejala ISK dan penanganannya, peningkatan asupan cairan, serta pengaturan pola makan dan aktivitas.
Intervensi Edukasi:
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan edukasi kepada Anda terkait infeksi saluran kemih dengan tujuan untuk membantu Anda memahami kondisi ini, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Edukasi yang akan saya berikan meliputi:
1. Penjelasan tentang infeksi saluran kemih, penyebab, dan gejala-gejalanya.
2. Pentingnya segera berkonsultasi dengan dokter atau perawat untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Anjuran untuk mengonsumsi banyak cairan, khususnya air putih, untuk membantu membersihkan saluran kemih.
4. Informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan area genital dan menghindari iritasi pada area tersebut.
5. Cara-cara mencegah terjadinya infeksi saluran kemih di masa mendatang, seperti menjaga kebersihan, menghindari pakaian yang terlalu ketat, dan segera buang air kecil setelah berhubungan seksual.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi yang Anda alami dan mengelolanya dengan baik. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan bantuan atau informasi tambahan. -
Article No. 7620 | 02 Dec 2024
Klinis : Sering buang air kecil Urine berbau dan berwarna berbeda dari normal Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil Nyeri di bagian bawah perut atau punggung bawah Urine tampak keruh Urine berwarna kemerahan atau coklat Bau urine tidak sedap dan menyengat Katagorinya apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Penjelasan:
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada bagian saluran kemih, termasuk kandung kemih, uretra, atau ginjal. Tanda dan gejala yang Anda deskripsikan, seperti sering buang air kecil, urine berbau dan berwarna berbeda dari normal, rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri di bagian bawah perut atau punggung bawah, urine tampak keruh, urine berwarna kemerahan atau coklat, serta bau urine tidak sedap dan menyengat, sesuai dengan kriteria diagnosis ISK.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Infeksi Saluran Kemih" dengan definisi "Respon sistemik terhadap invasi mikroorganisme pada saluran kemih, ditandai dengan disuria, polakiuria, dan/atau nyeri suprapubik."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan antara lain: Bebas infeksi saluran kemih, Tidak ada keluhan disuria, Urine berwarna normal, dan tidak ada nyeri suprapubik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Pemantauan tanda-tanda vital, Perawatan higiene genital, Pemberian terapi antibiotik, Pemberian analgetik, dan Edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan penatalaksanaan ISK.
Saya harap penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI terkait kondisi yang Anda deskripsikan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7621 | 02 Dec 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Infeksi Saluran Kemih
Penjelasan Singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Infeksi Saluran Kemih: Keadaan di mana terdapat invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam saluran kemih, yang dapat menyebabkan gejala dan tanda-tanda klinis.
- Karakteristik utama: Urin keruh, nyeri saat berkemih, peningkatan frekuensi berkemih, dan demam.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Kontrol Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda infeksi berkurang, tidak terjadi komplikasi, dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi lanjut.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Infeksi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan infeksi pada individu.
- Intervensi Keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, mengambil sampel urin untuk pemeriksaan, memberikan terapi antibiotik sesuai indikasi, menjaga kebersihan area genitalia, dan edukasi terkait pencegahan infeksi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, merumuskan diagnosis keperawatan, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuannya adalah untuk membantu klien mengatasi infeksi saluran kemih secara efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.