Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5671 | 14 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki di bawa ke rumah sakit jiwa karena marah-marah selama 13 hari dirumah, membuang dan melempar baju ke tetangganya, dan ingin membakar motor, pasien sulit untuk tidur. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. sertakan SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk pasien, dan sebutkan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa ICD: F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Diagnosa SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (kode: 00138)
Definisi: Kemampuan individu yang menurun untuk mencegah perilaku yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain.
Faktor yang Berhubungan: Gejala psikotik, perubahan persepsi, dan ketidakmampuan mengontrol impuls.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan (kode: 1805)
Tujuan: Mengendalikan perilaku kekerasan pasien.
Intervensi:
- Ciptakan lingkungan yang aman (SIKI: 10030201)
- Lakukan pendekatan dan komunikasi terapeutik (SIKI: 10030202)
- Libatkan keluarga dalam perawatan (SIKI: 10030203)
- Berikan obat-obatan sesuai resep (SIKI: 10030204)
2. Manajemen Insomnia (kode: 1866)
Tujuan: Memfasilitasi pola tidur yang adekuat.
Intervensi:
- Lakukan teknik relaksasi (SIKI: 10060101)
- Batasi stimulasi yang mengganggu tidur (SIKI: 10060102)
- Berikan obat-obatan sesuai resep (SIKI: 10060103)
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan mental status
2. Pemeriksaan laboratorium: elektrolit, fungsi hati, dan fungsi ginjal
Obat-obatan yang sesuai:
1. Antipsikotik (contoh: risperidon, olanzapin, haloperidol)
2. Sedatif hipnotik (contoh: zolpidem, eszopiclone)
Catatan: Perawatan pasien ini memerlukan kolaborasi yang erat antara tim kesehatan mental, termasuk perawat, dokter, dan ahli lainnya, untuk memberikan intervensi yang komprehensif. -
Article No. 5672 | 14 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan mata dan badan menguning
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang disampaikan, yaitu mata dan badan pasien menguning, kemungkinan pasien mengalami kondisi yang disebut ikterus. Ikterus merupakan kondisi medis yang ditandai dengan warna kuning pada mata dan kulit akibat adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan kondisi pasien, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan akibat proses penyakit.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan energi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Toleransi aktivitas, yang artinya kemampuan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen aktivitas, yang mencakup pemberian bantuan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit.
Penjelasan:
SDKI: Gangguan rasa nyaman (nyeri) adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI: Kontrol nyeri, yang artinya kemampuan untuk mengendalikan sensasi nyeri.
SIKI: Manajemen nyeri, yang mencakup pemberian intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Dalam kondisi ini, pendekatan keperawatan yang bersifat akademis dan pakar akan sangat diperlukan untuk melakukan pengkajian yang komprehensif, menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 5673 | 14 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Carilah luaran keperawatan beserta kriteria hasilnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Neonatus b.d Pecahnya Ketuban
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Neonatus: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada bayi baru lahir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pencegahan Infeksi Neonatus
2. Pemantauan Tanda-tanda Infeksi Neonatus
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Higienis
2. Pemantauan Tanda dan Gejala Infeksi
3. Pemberian Terapi Antibiotik
Penjelasan:
Pasien mengalami pecahnya ketuban yang berisiko memicu terjadinya infeksi pada bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perawatan higienis, pemantauan tanda dan gejala infeksi, serta pemberian terapi antibiotik jika diperlukan untuk mencegah dan memonitor kemungkinan terjadinya infeksi pada bayi.
2. Kecemasan b.d Perubahan Status Kesehatan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan
2. Kemampuan Mengatasi Kecemasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Relaksasi
2. Konseling
3. Dukungan Emosional
Penjelasan:
Pasien mengalami rasa cemas terkait dengan kondisi kehamilannya yang mengalami pecahnya ketuban. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi keperawatan berupa terapi relaksasi, konseling, dan dukungan emosional untuk membantu pasien mengatasi kecemasannya. -
Article No. 5674 | 14 Nov 2024
Klinis : 6. Kelompok 6 Ny. I berusia 28 tahun, baru hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari. Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 10 Mei 2024 sejak jam 14.00 WIB dan pasien meras cemas. Ny. I mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan lamanya: 5-7 hari, teratur, dan tidak ada nyeri saat haid. Ny.I mengatakan HPHT tanggal 3 September 2023 ; keluhan-keluhan pada trimester I tidak ada keluhan, trimester II tidak ada keluhan, trimester III yaitu mengeluh keluar cairan melalui jalan lahir sejak tanggal 10 mei 2024, ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur dan sesuai jadwal. Penyuluhan yang pernah didapat: pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, pasien mengatakan pernah mendapat imunisasi TT. pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. PF didapatkan hasil keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, TTV: TD: 100/ 70 mmHg, S: 36,7o C, N: 88 kali/ menit RR: 20 kali/ menit TB: 158 cm, BB sebelum hamil: 48 kg, BB sekarang: 52 kg. PF Head to toe : abdomen kiri: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian kecil janin, di bagian fundus teraba bulat, keras. bagian terendah janin belum masuk panggul. DJJ: frekuensi: 150kali/ menit, teratur. Pengeluaran pervaginam: cairan ketuban merembes, warna jernih, bau khas air ketuban. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 10 Mei 2024 yaitu Hemoglobin (HB): 11 g/dL, eritrosit: 3,59 10˄ 6/Ul, leukosit: 12.32 10˄ 3/Ul, neutrofil: 10.04 10˄ 3/Ul, golongan darah: AB. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 11 Mei 2024 hasilnya : Janin tunggal hidup, presentasi kepala, ketuban kurang. Dengan diagnosa risiko cedera dan risiko aspirasi Carilah luaran keperawatan beserta kriteria hasilnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan mengenai Ny. I yang hamil pertama kali usia kehamilan 8 bulan 22 hari dan mengalami keluar cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak tanggal 10 Mei 2024, maka dapat ditentukan diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera berhubungan dengan kebocoran air ketuban.
2. Risiko aspirasi berhubungan dengan keluar cairan dari jalan lahir.
Luaran Keperawatan dan Kriteria Hasil:
1. Risiko Cedera
Luaran Keperawatan:
Integritas Jaringan: Kerusakan Kulit dan Jaringan
Kriteria Hasil:
- Pasien tidak mengalami kerusakan jaringan
- Pasien tidak mengalami perdarahan
- Pasien tidak mengalami infeksi
2. Risiko Aspirasi
Luaran Keperawatan:
Pencegahan Aspirasi
Kriteria Hasil:
- Pasien tidak mengalami gejala dan tanda-tanda aspirasi
- Pasien tidak mengalami perubahan pola pernapasan
- Pasien tidak mengalami perubahan warna kulit
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan standarisasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 5675 | 14 Nov 2024
Klinis : **Kasus** Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. **Riwayat Kesehatan:** - Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. - Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. - Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. **Riwayat Keluarga:** - Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. **Pemeriksaan Fisik:** - Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. - Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). - Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. - Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. - Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. - Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. **Pemeriksaan Penunjang:** - Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). - Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. - EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. - Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. - Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik. **Terapi Saat Ini:** - Omeprazole 40 mg (injeksi sekali sehari) - Amlodipin 10 mg (oral, sekali sehari pagi) - Candesartan 32 mg (oral, sekali sehari malam) - Asam Folat 5 mg (oral, sekali sehari) - Clopidogrel 75 mg (oral, sekali sehari) - Kalsium Karbonat 500 mg (oral, tiga kali sehari) **Analisis Kasus:** Berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan, pasien kemungkinan mengalami kondisi yang berkaitan dengan gagal jantung, hipertensi, serta komplikasi akibat penyakit ginjal kronis yang memperberat beban jantung dan sistem pernapasan. Pembengkakan pada kaki, sesak napas, dan kesulitan berbaring yang dirasakan pasien mengarah ke kemungkinan kongesti cairan pada gagal jantung.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan pada pasien, pasien kemungkinan mengalami gagal jantung kongestif. Hal ini didukung oleh keluhan sesak napas, nyeri dada, pembengkakan pada ekstremitas bawah, dan temuan pemeriksaan seperti kardiomegali, efusi pleura, gangguan fungsi diastolik, serta riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi dan penyakit ginjal kronis.
Pasien juga sedang menjalani terapi hemodialisis rutin sebagai bagian dari penatalaksanaan penyakit ginjal kronis. Oleh karena itu, kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 39.95 untuk hemodialisis.
Secara keseluruhan, temuan klinis pada pasien ini mengarah pada gagal jantung kongestif sebagai diagnosis utama, dengan penyakit ginjal kronis sebagai penyakit penyerta yang memperburuk kondisi pasien. -
Article No. 5676 | 14 Nov 2024
Klinis : **Kasus** Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. **Riwayat Kesehatan:** - Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. - Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. - Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. **Riwayat Keluarga:** - Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. **Pemeriksaan Fisik:** - Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. - Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). - Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. - Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. - Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. - Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. **Pemeriksaan Penunjang:** - Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). - Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. - EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. - Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. - Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik. **Terapi Saat Ini:** - Omeprazole 40 mg (injeksi sekali sehari) - Amlodipin 10 mg (oral, sekali sehari pagi) - Candesartan 32 mg (oral, sekali sehari malam) - Asam Folat 5 mg (oral, sekali sehari) - Clopidogrel 75 mg (oral, sekali sehari) - Kalsium Karbonat 500 mg (oral, tiga kali sehari) **Analisis Kasus:** Berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan, pasien kemungkinan mengalami kondisi yang berkaitan dengan gagal jantung, hipertensi, serta komplikasi akibat penyakit ginjal kronis yang memperberat beban jantung dan sistem pernapasan. Pembengkakan pada kaki, sesak napas, dan kesulitan berbaring yang dirasakan pasien mengarah ke kemungkinan kongesti cairan pada gagal jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, dan keterbatasan kapasitas/kemampuan fisik.
2. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Kelebihan cairan dalam satu atau lebih kompartemen cairan tubuh.
- Penyebab: Gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit, seperti yang terjadi pada gagal jantung.
3. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Adanya cedera atau penyakit yang mendasari, dalam kasus ini kemungkinan adanya iskemia miokard.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Keseimbangan Cairan Terpelihara
3. Nyeri Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Identifikasi faktor penyebab intoleransi aktivitas
- Atur aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
2. Manajemen Kelebihan Volume Cairan
- Monitor masukan dan pengeluaran cairan
- Fasilitasi aktivitas fisik yang tepat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan diuretik dan pembatasan cairan
3. Manajemen Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan analgesik
Secara keseluruhan, penatalaksanaan keperawatan yang diperlukan adalah mengatur aktivitas pasien, mengendalikan cairan tubuh, dan mengatasi nyeri akut yang dialami. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan untuk penanganan medis yang komprehensif. -
Article No. 5677 | 14 Nov 2024
Klinis : **Kasus** Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. **Riwayat Kesehatan:** - Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. - Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. - Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. **Riwayat Keluarga:** - Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. **Pemeriksaan Fisik:** - Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. - Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). - Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. - Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. - Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. - Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. **Pemeriksaan Penunjang:** - Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). - Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. - EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. - Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. - Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik. **Terapi Saat Ini:** - Omeprazole 40 mg (injeksi sekali sehari) - Amlodipin 10 mg (oral, sekali sehari pagi) - Candesartan 32 mg (oral, sekali sehari malam) - Asam Folat 5 mg (oral, sekali sehari) - Clopidogrel 75 mg (oral, sekali sehari) - Kalsium Karbonat 500 mg (oral, tiga kali sehari)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta rencana asuhan keperawatan sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut.
4. Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kelebihan cairan isotonis yang tertimbun di dalam ruangan intravaskuler, interstitial, dan/atau intrakaviter.
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami sesak napas dan wheezing, yang merupakan tanda-tanda tidak efektifnya bersihan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh edema paru akibat kelebihan volume cairan.
2. Intoleransi Aktivitas
Pasien menunjukkan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara mandiri, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen akibat kondisi jantung dan paru-paru.
3. Nyeri Akut
Pasien mengalami nyeri dada yang bersifat hilang-timbul serta dirasakan saat beraktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi kardiovaskuler, seperti angina pektoris.
4. Kelebihan Volume Cairan
Pasien mengalami pembengkakan pada kedua kaki yang semakin memburuk apabila mengonsumsi cairan banyak. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan volume cairan yang tertimbun di ruang interstisial.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Luaran Keperawatan (SLKI): Bersihan Jalan Napas Efektif
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigenasi
2. Intoleransi Aktivitas
- Luaran Keperawatan (SLKI): Toleransi Aktivitas Meningkat
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas
3. Nyeri Akut
- Luaran Keperawatan (SLKI): Kontrol Nyeri
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas Nyeri
4. Kelebihan Volume Cairan
- Luaran Keperawatan (SLKI): Keseimbangan Cairan Terjaga
- Intervensi Keperawatan (SIKI): Manajemen Cairan, Edukasi Manajemen Cairan
Kesimpulannya, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, Nyeri Akut, dan Kelebihan Volume Cairan. Rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan mencakup intervensi-intervensi terkait manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, manajemen energi, manajemen nyeri, dan manajemen cairan, serta edukasi yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 5678 | 14 Nov 2024
Klinis : gangguan sensori persepsi halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan sensori persepsi halusinasi.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Definisi:
Gangguan sensori persepsi: halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang menyebabkan pengalaman palsu atau khayalan.
Faktor Terkait:
1. Biologis: gangguan neurobiologis, gangguan metabolik, gangguan endokrin
2. Psikologis: kecemasan, trauma, stres, reaksi emosional
3. Lingkungan: isolasi, perubahan lingkungan, kurang stimulasi sensorik
Batasan Karakteristik:
1. Melaporkan pengalaman palsu atau khayalan
2. Perilaku yang tidak biasa sesuai dengan pengalaman palsu
3. Menjawab stimulus yang tidak ada
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Monitoring Halusinasi
2. Manajemen Halusinasi
3. Terapi Aktivitas
4. Psikoedukasi
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Kontrol Halusinasi Membaik
2. Perilaku Sesuai Realita Membaik
3. Kemampuan Beraktivitas Meningkat
Penjelasan singkat:
Gangguan sensori persepsi: halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami persepsi sensorik (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, atau perabaan) yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang menyebabkan pengalaman palsu atau khayalan. Faktor yang dapat menyebabkan halusinasi antara lain gangguan biologis, psikologis, dan lingkungan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi monitoring halusinasi, manajemen halusinasi, terapi aktivitas, dan psikoedukasi. Luaran yang diharapkan adalah kontrol halusinasi membaik, perilaku sesuai realita membaik, dan kemampuan beraktivitas meningkat. -
Article No. 5679 | 14 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia lanjut datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri dada. Pasien merasakan sesak napas serta nyeri sejak tiga hari sebelum dirawat, dengan kondisi yang semakin memburuk terutama dalam satu hari terakhir. Pasien menyatakan bahwa sesaknya berkurang bila duduk atau berada dalam posisi setengah duduk dan bertambah parah saat berbaring. Sesak napas pasien juga semakin berat ketika melakukan aktivitas dan sedikit berkurang saat beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan pada kedua kakinya yang sudah berlangsung selama empat bulan, dan pembengkakan ini cenderung semakin parah apabila pasien mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak. Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis dua kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu. Terakhir kali ia menjalani hemodialisis pada tanggal 6 November 2024. Pada skala intensitas nyeri, pasien memberi nilai 5/10 untuk rasa nyeri yang dirasakan. Ia menggambarkan nyeri seperti tertusuk, yang sering kali muncul saat beraktivitas dan dirasakan di area dada bagian tengah dan ulu hati. Nyeri tersebut bersifat hilang-timbul sepanjang hari tanpa pola waktu tertentu. Riwayat Kesehatan: Riwayat Diabetes Melitus selama 13 tahun dan hipertensi. Tidak ada riwayat alergi atau penyakit infeksi pada masa kecil. Menggunakan obat antihipertensi rutin, namun pasien tidak ingat nama obat yang digunakan. Riwayat Keluarga: Memiliki riwayat hipertensi di keluarga. Pemeriksaan Fisik: Keadaan umum pasien baik, tidak menunjukkan tanda distress. Berat badan pasien sebelum dirawat adalah 80 kg, saat ini 75 kg dengan IMT 29,3 (overweight). Tanda vital: Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 74 x/menit, Respirasi 24 x/menit, SpO2 99% (dengan nasal kanul 3lpm), suhu tubuh 36,0ºC. Sistem pernapasan: Sedikit wheezing, tanpa clubbing finger. Sistem kardiovaskuler: Konjungtiva dan bibir sedikit pucat, tidak sianosis. CRT 3,5 detik. Sistem muskuloskeletal: Pasien tidak dapat berjalan atau duduk secara mandiri karena mudah lelah. Pemeriksaan Penunjang: Hematologi: Hemoglobin 9.4 g/dl, hematokrit 29.2% (anemia ringan). Analisis gas darah: pH 7.405, HCO3 21.3 mmol/L, kesan asidosis metabolik terkompensasi. EKG: Ritme sinus dengan inversi T pada V1. Foto thorax: Kesan kardiomegali dan efusi pleura dextra. Echocardiography: Dilatasi ventrikel kiri, MR ringan, fungsi sistolik LV baik (EF 66%), gangguan fungsi diastolik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI: Peningkatan bersihan jalan napas; Perbaikan pertukaran gas
SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen sesak napas, Manajemen ventilasi
2. Kelebihan Volume Cairan
SDKI: Kelebihan volume cairan adalah peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
SLKI: Penurunan kelebihan volume cairan; Perbaikan perfusi
SIKI: Manajemen cairan, Manajemen edema, Manajemen hipervolemia
3. Nyeri Akut
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Penurunan nyeri; Perbaikan kenyamanan
SIKI: Manajemen nyeri, Terapi modalitas untuk nyeri, Terapi relaksasi
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami sesak napas dan wheezing yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas. Sesak napas yang bertambah parah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau obstruksi.
2. Kelebihan Volume Cairan
Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis dan menjalani hemodialisis. Pembengkakan pada kedua kaki yang cenderung memburuk seiring dengan konsumsi cairan yang berlebih menunjukkan adanya kelebihan volume cairan.
3. Nyeri Akut
Pasien mengeluhkan nyeri dada dengan karakteristik seperti tertusuk, muncul saat beraktivitas, dan bersifat hilang-timbul sepanjang hari. Nyeri ini dapat disebabkan oleh kondisi kardiovaskular yang dialami pasien.
Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 5680 | 14 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas rincian kondisi pasien yang Anda berikan. Berdasarkan informasi tersebut, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penyempitan jalan napas akibat proses penyakit (tuberkulosis paru)
- Ditandai dengan batuk berdahak, suara napas bronkial, dan sesak napas
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Definisi: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor Terkait: Peningkatan produksi sekret, penyempitan jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, bebas dari sumbatan, dan dapat mengonservasi energi.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi dinding dada, sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi Keperawatan: Monitor status pernapasan, berikan oksigen sesuai indikasi, ajarkan teknik batuk efektif, lakukan tindakan suction jika perlu, kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian terapi farmakologis (misalnya bronkodilator, mukolitik).
Dalam mengatasi kondisi pasien dengan tuberkulosis paru, perawat perlu memantau status pernapasan, mengelola jalan napas, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif.