Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5877 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan mencret, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi dan/atau penurunan konsistensi eliminasi fekal yang berlangsung lebih dari 3 kali per hari. Penyebabnya dapat berupa infeksi, malabsorpsi, atau agen farmakologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan diare adalah pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit, perbaikan status nutrisi, dan pencegahan komplikasi lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk pengelolaan diare meliputi pemberian cairan dan elektrolit, manajemen nutrisi, serta edukasi tentang penyebab dan penatalaksanaan diare.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan mencret/diare perlu mendapatkan penatalaksanaan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, dan perbaikan status nutrisi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian cairan dan elektrolit, manajemen nutrisi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 5878 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia berat hipokromik mikrositik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi anemia berat hipokromik mikrositik berdasarkan standar asuhan keperawatan di Indonesia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berat hipokromik mikrositik adalah "Defisiensi Nutrisi" (SDKI, 2017). Anemia hipokromik mikrositik disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi, folat, atau vitamin B12 yang mengakibatkan produksi sel darah merah tidak optimal. Hal ini menyebabkan penurunan hemoglobin dan sel darah merah dengan ukuran yang lebih kecil dari normal (mikrositik).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Status Nutrisi: Berat Badan Meningkat (SLKI, 2019)
- Indikator: Berat badan pasien meningkat sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Kriteria Hasil: Berat badan pasien meningkat 10% dalam 1 bulan.
2. Perfusi Jaringan: Oksigenasi Adekuat (SLKI, 2019)
- Indikator: Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi) dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda hipoksia.
- Kriteria Hasil: Hb mencapai nilai normal (>12 g/dL untuk wanita, >13 g/dL untuk pria) dalam 3 bulan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nutrisi (SIKI, 2018)
- Kaji kebutuhan nutrisi pasien dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan rencana diet yang sesuai, termasuk asupan zat besi, folat, dan vitamin B12 yang adekuat.
- Motivasi dan edukasi pasien serta keluarga tentang pentingnya mengonsumsi makanan kaya nutrisi untuk meningkatkan status nutrisi.
- Monitor berat badan dan parameter laboratorium (Hb, MCV, ferritin) secara berkala.
2. Manajemen Oksigenasi (SIKI, 2018)
- Kaji tanda-tanda vital dan gejala hipoksia (seperti palpitasi, kelelahan, dispnea).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait untuk pemberian terapi zat besi, folat, atau vitamin B12 sesuai kebutuhan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi suplemen.
- Monitor parameter laboratorium (Hb, MCV, ferritin) secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan anemia berat hipokromik mikrositik dapat mencapai status nutrisi dan oksigenasi yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 5879 | 15 Nov 2024
Klinis : hemoglobin pasien 7,6
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan hemoglobin 7,6 g/dL.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kurang Volume Darah Berhubungan Dengan Pendarahan Akut/Kronis" (Decreased Blood Volume related to Acute/Chronic Bleeding). Karakteristik definisi dari diagnosa ini adalah adanya penurunan volume darah yang disebabkan oleh pendarahan akut atau kronis, yang dapat mengakibatkan hipovolemia dan anemia.
Luaran/Output SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital stabil: Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu dalam batas normal.
2. Kadar hemoglobin meningkat: Nilai hemoglobin meningkat menjadi setidaknya 10 g/dL.
3. Tidak terjadi tanda-tanda hipovolemia: Tidak ada pusing, letih, dan perubahan tekanan darah ortostatik.
4. Tidak terjadi komplikasi: Tidak ada tanda-tanda infeksi, perdarahan, atau komplikasi lainnya.
5. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Memantau tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara berkala untuk mendeteksi perubahan.
2. Pemantauan Intake dan Output: Memantau asupan cairan oral dan parenteral serta output urin dan feses untuk mengevaluasi status hidrasi.
3. Pemberian Terapi Oksigen: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Pemberian Transfusi Darah: Memberikan transfusi darah sesuai indikasi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
5. Perawatan Luka/Pendarahan: Melakukan perawatan luka atau pendarahan, jika ada, untuk mencegah komplikasi.
6. Edukasi Tentang Gizi: Memberikan edukasi tentang asupan nutrisi yang kaya zat besi untuk membantu meningkatkan kadar hemoglobin.
7. Dukungan Psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan motivasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan status kesehatannya secara optimal. -
Article No. 5880 | 15 Nov 2024
Klinis : DS : Keluarga pasien mengatakan ayah pasien perokok aktif namun setelah mengetahui anaknya sakit asma, ayahnya mencoba untuk berhenti merokok secara total. Pasien mengatakan suka kucing dan burung, sebelum sakit sering bermain dengan kucing dan burung, karena dirumah melihara kucing dan burung. Setelah sakit, keluarga pasien sudah tidak melihara kucing dan burung lagi. DO : -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Terkait Paparan Lingkungan
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Terkait Paparan Lingkungan adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh paparan terhadap bahan-bahan yang dapat memicu reaksi alergi atau infeksi, seperti debu, bulu hewan, maupun polutan udara.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan utamanya adalah menurunnya risiko infeksi saluran pernapasan pada individu. Contoh luaran yang dapat dicapai adalah penurunan gejala infeksi saluran pernapasan dan penurunan frekuensi serangan infeksi saluran pernapasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah mengendalikan paparan lingkungan, memantau gejala infeksi saluran pernapasan, serta memberikan edukasi terkait pencegahan infeksi saluran pernapasan.
Berdasarkan persona pakar/perawat, diagnosis keperawatan ini perlu dipertimbangkan karena adanya paparan terhadap faktor pencetus asma, yaitu bulu hewan (kucing dan burung), serta adanya upaya perubahan perilaku merokok pada anggota keluarga yang juga merupakan salah satu faktor pencetus asma. -
Article No. 5881 | 15 Nov 2024
Klinis : DS : Keluarga pasien mengatakan ayah pasien perokok aktif namun setelah mengetahui anaknya sakit asma, ayahnya mencoba untuk berhenti merokok secara total. Pasien mengatakan suka kucing dan burung, sebelum sakit sering bermain dengan kucing dan burung, karena dirumah melihara kucing dan burung. Setelah sakit, keluarga pasien sudah tidak melihara kucing dan burung lagi. DO : -
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai. Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak disebutkan adanya prosedur atau tindakan medis yang spesifik.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 J45.9 (Asma, tidak diklasifikasikan di tempat lain) sesuai dengan kondisi pasien yang menderita asma.
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan.
- Riwayat merokok ayah dan kontak dengan binatang peliharaan (kucing dan burung) dapat menjadi faktor pencetus atau pemicu gejala asma pada pasien.
- Upaya ayah untuk berhenti merokok setelah mengetahui kondisi anaknya yang menderita asma merupakan langkah positif dalam penatalaksanaan asma.
- Penghentian kontak dengan binatang peliharaan (kucing dan burung) juga dapat membantu mencegah eksaserbasi asma pada pasien. -
Article No. 5882 | 15 Nov 2024
Klinis : DS : keluarga pasien mengatakan 10 bulan terakhir ini tidak rutin menjalani pengobatan maka sakit Asma pada anak kambuh. Keluarga pasien mengatakan pasien jarang cuci tangan setelah bermain maupun sebelum makan DO : diagnose medis asma attack, pasien dirawat di ruang aster untuk menjalani pengobatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan
Penjelasan:
Ketidakefektifan Pengelolaan Kesehatan adalah ketidakmampuan secara konsisten mengintegrasikan perilaku promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk memelihara kesehatan. Dalam kasus ini, keluarga pasien menyatakan bahwa pasien tidak rutin menjalani pengobatan maka asma pada anak kambuh, serta jarang mencuci tangan setelah bermain dan sebelum makan, menunjukkan adanya masalah dalam mengelola kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan secara konsisten mengintegrasikan perilaku promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk memelihara kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pengetahuan, persepsi terhadap manfaat, dan dukungan keluarga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dan keluarga menunjukkan perilaku perawatan diri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Edukasi tentang manajemen asma dan pentingnya kebersihan tangan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan kepatuhan pengobatan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami pentingnya manajemen asma dan mempraktikkan perilaku perawatan diri yang efektif, sehingga dapat mencegah kekambuhan gejala asma di masa mendatang. -
Article No. 5883 | 15 Nov 2024
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 49 tahun, datang keluhan nyeri hebat pada bagian pinggang kiri yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Nyeri ini terasa tumpul dan sering datang secara mendalam, bertambah buruk saat buang air kecil, serta terkadang menjalar ke bagian perut bawah. Pasien juga melaporkan bahwa ia sering merasa ingin buang air kecil, tetapi jumlah urin yang keluar sangat sedikit, dan perasaan tersebut menimbulkan rasa sangat tidak nyaman..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. S.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis
2. Gangguan Eliminasi Urin
Penjelasan:
1. Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Karakteristik: Nyeri hebat pada bagian pinggang kiri yang sudah berlangsung selama beberapa minggu, nyeri tumpul dan sering datang secara mendalam, bertambah buruk saat buang air kecil, serta kadang-kadang menjalar ke bagian perut bawah.
2. Gangguan Eliminasi Urin
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengontrol atau mengosongkan kandung kemih secara memadai.
- Karakteristik: Pasien sering merasa ingin buang air kecil, tetapi jumlah urin yang keluar sangat sedikit, dan perasaan tersebut menimbulkan rasa sangat tidak nyaman.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari PPNI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar-standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi Ny. S. -
Article No. 5884 | 15 Nov 2024
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 49 tahun, datang keluhan nyeri hebat pada bagian pinggang kiri yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Nyeri ini terasa tumpul dan sering datang secara mendalam, bertambah buruk saat buang air kecil, serta terkadang menjalar ke bagian perut bawah. Pasien juga melaporkan bahwa ia sering merasa ingin buang air kecil, tetapi jumlah urin yang keluar sangat sedikit, dan perasaan tersebut menimbulkan rasa sangat tidak nyaman..
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Kondisi Ny. S menunjukkan gejala nyeri hebat pada bagian pinggang kiri yang berlangsung selama beberapa minggu. Nyeri yang dirasakan bersifat tumpul dan sering timbul secara mendalam, bertambah buruk saat buang air kecil, serta terkadang menjalar ke bagian perut bawah. Hal ini sesuai dengan karakteristik nyeri kronis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Tujuan: Pasien dapat mengendalikan nyeri yang dialami.
- Indikator:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Integritas Ginjal
- Tujuan: Pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
- Indikator:
- Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih.
- Pasien tidak mengalami retensi urin.
- Pasien melaporkan dapat buang air kecil dengan lancar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri).
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti posisi, aktivitas, dan buang air kecil.
- Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Berikan analgetik sesuai dengan resep dokter dan monitor efektivitasnya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi farmakologis yang tepat.
2. Manajemen Fungsi Ginjal
- Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih, seperti demam, nyeri saat buang air kecil, dan perubahan jumlah urin.
- Dorong pasien untuk minum air putih yang cukup untuk mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi saat buang air kecil untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat, seperti antibiotik atau obat lainnya, jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Kronis" dipilih karena Ny. S mengalami nyeri hebat pada bagian pinggang kiri yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Nyeri yang dirasakan bersifat tumpul, sering timbul secara mendalam, bertambah buruk saat buang air kecil, dan terkadang menjalar ke bagian perut bawah. Karakteristik nyeri ini sesuai dengan kriteria nyeri kronis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) mencakup "Kontrol Nyeri" dan "Integritas Ginjal". Tujuan dari kontrol nyeri adalah agar pasien dapat mengendalikan nyeri yang dialami, sedangkan tujuan dari integritas ginjal adalah agar pasien dapat mempertahankan fungsi ginjal yang optimal. Indikator-indikator yang terkait dengan kedua luaran tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI) mencakup "Manajemen Nyeri" dan "Manajemen Fungsi Ginjal". Pada intervensi manajemen nyeri, perawat akan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, memberikan analgetik sesuai resep dokter, dan berkolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi farmakologis yang tepat. Pada intervensi manajemen fungsi ginjal, perawat akan memantau tanda-tanda infeksi saluran kemih, mendorong pasien untuk minum air putih yang cukup, mengajarkan teknik relaksasi saat buang air kecil, dan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat, jika diperlukan.
Melalui implementasi intervensi-intervensi ini, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu dapat mengendalikan nyeri yang dialami dan mempertahankan fungsi ginjal yang optimal. -
Article No. 5885 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien dengan G3 P1 Ao. Umur kehamilan 27 1/7 minggu mengeluh perut terasa kenceng-kenceng.. TFU 28. DJJ 140. HIS jarang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O47.1
- Deskripsi: Kontraksi palsu (Braxton Hicks) pada kehamilan
Penjelasan:
- O47.1 adalah kode ICD-10 untuk "Kontraksi palsu (Braxton Hicks) pada kehamilan", yang sesuai dengan gejala pasien yaitu perut terasa kenceng-kenceng pada usia kehamilan 27 1/7 minggu.
- Kontraksi palsu atau Braxton Hicks adalah kontraksi uterus yang terjadi sebelum persalinan dan tidak menyebabkan dilatasi serviks atau perubahan progresif pada persalinan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai, karena tidak ada informasi mengenai tindakan medis yang dilakukan pada pasien.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang dilaporkan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat diidentifikasi. Penatalaksanaan yang mungkin dilakukan adalah pemantauan kondisi pasien dan observasi lebih lanjut. -
Article No. 5886 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien dengan G3 P1 Ao. Umur kehamilan 27 1/7 minggu mengeluh perut terasa kenceng-kenceng.. TFU 28. DJJ 140. HIS jarang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Distosia (NANDA-I)
Penjelasan: Pasien dengan G3 P1 Ao, usia kehamilan 27 1/7 minggu, mengeluh perut terasa kenceng-kenceng, TFU 28, DJJ 140, dan HIS jarang, menunjukkan risiko terjadinya distosia atau kesulitan dalam proses persalinan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan ibu untuk melahirkan bayi secara normal karena adanya hambatan mekanis atau fungsional.
- Karakteristik Definisi: Kontraksi uterus tidak adekuat, kemajuan persalinan lambat, disproporsi sefalopelvik, dan posisi/presentasi abnormal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Ibu dapat melahirkan bayi secara normal tanpa komplikasi.
- Kriteria Hasil: Kontraksi uterus adekuat, kemajuan persalinan normal, dan bayi lahir tanpa komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan kontraksi uterus, kemajuan persalinan, dan penyulit persalinan; manajemen nyeri persalinan; dan kolaborasi dengan tim kesehatan terkait.
Dengan demikian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien ini adalah Risiko Distosia, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemantauan kondisi ibu dan kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mencegah dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi selama proses persalinan.