Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18678 | 17 Jun 2025
Klinis : E. Analisis Data a. Data Subjektif - Klien menyatakan mengalami nyeri punggung yang tidak tertahankan - Nyeri sudah berlangsung bertahun-tahun dan semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir - Keluhan nyeri mengganggu kemampuan bekerja b. Data Objektif - Riwayat penggunaan NSAID dan pelemas otot selama 4 tahun - Telah menjalani terapi fisik dan latihan di rumah - Tidak ada tanda-tanda perbaikan setidaknya beri 2 diagnosis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah dua diagnosis keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), beserta luaran yang diharapkan (SLKI) dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
1. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Klien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
b. Klien mendemonstrasikan penggunaan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
c. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk riwayat, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli gizi) untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis pengelolaan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
d. Berikan obat-obatan analgesik sesuai resep dokter dan monitor efektivitasnya.
e. Bantu klien menetapkan tujuan dan strategi untuk meningkatkan kemampuan fungsional.
f. Motivasi klien untuk aktif berpartisipasi dalam program terapi dan latihan.
2. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Klien melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
b. Klien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Klien menunjukkan peningkatan kebugaran fisik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi klien saat ini.
b. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas, seperti nyeri, kelelahan, dan masalah muskuloskeletal.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk menyusun program latihan dan aktivitas yang sesuai.
d. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas kepada klien.
e. Lakukan monitoring tanda-tanda vital dan respon klien selama aktivitas.
f. Berikan dukungan dan motivasi kepada klien untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
g. Evaluasi secara berkala kemajuan klien dan lakukan penyesuaian program jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosis keperawatan Nyeri Kronis dan Intoleransi Aktivitas dipilih berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan. Klien mengalami nyeri punggung yang tidak tertahankan, sudah berlangsung bertahun-tahun, dan semakin memburuk, serta mengganggu kemampuan bekerja. Riwayat penggunaan obat-obatan, terapi fisik, dan latihan di rumah juga menunjukkan upaya penanganan nyeri yang belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini mengindikasikan adanya nyeri kronis yang mempengaruhi aktivitas dan fungsi klien.
Luaran yang diharapkan untuk diagnosis Nyeri Kronis adalah penurunan tingkat nyeri, penggunaan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, dan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sementara untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, luaran yang diharapkan adalah peningkatan toleransi terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, dan peningkatan kebugaran fisik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi pengkajian nyeri dan toleransi aktivitas secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemberian edukasi dan latihan teknik pengelolaan nyeri non-farmakologis, pemberian obat-obatan analgesik, serta pemberian dukungan dan motivasi kepada klien untuk aktif berpartisipasi dalam program terapi dan latihan. -
Article No. 18679 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 30 tahun, pasien post sc + mow pada tanggal 26/05/2025 dan setelah sc tidak ada riwayat perdarahan, pada saat nifas darah hanya keluar sedikit". Pada tanggal 8/6/2025 pasien tiba tiba mengalami perdarahan sebanyak 500 ml dan langsung dibawa ke igd. Diagnosa awal pasien late hpp
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Perdarahan" (00044). Pasien mengalami perdarahan sebanyak 500 ml pada tanggal 8/6/2025, yang termasuk dalam kategori perdarahan post partum. Perdarahan ini terjadi setelah pasien menjalani operasi sesar (SC) dan prosedur mini-operasi wanita (MOW) pada tanggal 26/05/2025, dan awalnya tidak ada riwayat perdarahan. Diagnosa awal pasien adalah late postpartum hemorrhage (perdarahan postpartum lambat).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (0413)
- Indikator:
a. Perdarahan terkendali
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Tidak ada tanda-tanda syok
2. Pemulihan Kesehatan (0319)
- Indikator:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Proses penyembuhan luka operasi berjalan dengan baik
c. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan motivasi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan (4066)
- Tindakan:
a. Kaji tanda-tanda perdarahan
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Berikan oksigen, bila perlu
d. Berikan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, sesuai dengan instruksi dokter
e. Lakukan kompresi pada area perdarahan
f. Pantau keseimbangan cairan
2. Perawatan Luka Operasi (3440)
- Tindakan:
a. Kaji kondisi luka operasi
b. Bersihkan luka operasi dengan teknik aseptik
c. Aplikasikan salep/dressing luka sesuai indikasi
d. Pantau tanda-tanda infeksi
3. Manajemen Energi (0180)
- Tindakan:
a. Kaji tingkat energi pasien
b. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi
c. Fasilitasi istirahat yang cukup
d. Berikan edukasi terkait pemulihan energi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, perawat harus memantau kondisi pasien secara ketat, berkoordinasi dengan tim medis, dan memberikan edukasi serta dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya. Tujuan akhir dari asuhan keperawatan ini adalah membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 18680 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 30 tahun, pasien post sc + mow pada tanggal 26/05/2025 dan setelah sc tidak ada riwayat perdarahan, pada saat nifas darah hanya keluar sedikit". Pada tanggal 8/6/2025 pasien tiba tiba mengalami perdarahan sebanyak 500 ml dan langsung dibawa ke igd. Td : 141/88 suhu : 36,2. Diagnosa awal pasien late hpp. munculkan 3 diagnosa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Postpartum
- Definisi: Perdarahan yang terjadi setelah persalinan, biasanya lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama.
- Penyebab: Atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, koagulopati.
- Tanda dan Gejala: Perdarahan vagina, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kulit pucat, letih, gelisah.
2. Risiko Syok Hipovolemik
- Definisi: Ancaman penurunan volume darah yang dapat mengancam perfusi jaringan.
- Penyebab: Perdarahan, dehydrasi, kehilangan cairan, disfungsi kardiovaskular.
- Tanda dan Gejala: Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, diaphoresis, kulit dingin dan lembab, penurunan output urin.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Prosedur pembedahan, paparan lingkungan, penurunan sistem imun.
- Tanda dan Gejala: Demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase pada luka.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan
- Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan dan mengurangi perdarahan.
- Indikator:
- Perdarahan berkurang atau terhenti
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
2. Perfusi Jaringan yang Adekuat
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan aliran darah dan oksigen ke jaringan.
- Indikator:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi perifer teraba kuat dan regular
- Capillary refill <3 detik
- Membran mukosa lembab
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
- Indikator:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase)
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda inflamasi
- Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Kontrol Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Lakukan kompres dingin pada perut untuk merangsang kontraksi uterus
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat uterotonika (misalnya oksitosin, metilergometrin)
- Lakukan kompresi bimanual uterus jika perdarahan tidak terkontrol
- Siapkan alat dan bahan untuk prosedur laparotomi jika perdarahan tidak terkendali
2. Untuk Perfusi Jaringan yang Adekuat:
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mengganti volume darah yang hilang
- Pantau tanda-tanda syok hipovolemik (nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, diaphoresis)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian produk darah jika diperlukan
- Lakukan pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
3. Untuk Bebas Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, bengkak, drainase)
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya menjaga kebersihan
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang (misalnya kultur, darah lengkap) jika diperlukan
Penjelasan rinci dan terperinci:
Dalam kasus ini, pasien wanita usia 30 tahun mengalami perdarahan postpartum pada tanggal 8/6/2025, yang merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Perdarahan Postpartum, Risiko Syok Hipovolemik, dan Risiko Infeksi.
Perdarahan Postpartum merupakan kondisi yang mengancam jiwa, sehingga intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah untuk menghentikan perdarahan, mempertahankan stabilitas hemodinamik, dan mencegah komplikasi. Selain itu, risiko syok hipovolemik juga harus diantisipasi karena pasien dapat mengalami penurunan volume darah yang dapat mengancam perfusi jaringan. Intervensi keperawatan yang tepat seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan kolaborasi dengan dokter sangat penting untuk mencegah terjadinya syok.
Risiko infeksi juga perlu dipertimbangkan karena pasien baru menjalani prosedur operasi caesar dan mow. Perawatan luka operasi secara aseptik, pemberian antibiotik, dan edukasi pasien serta keluarga tentang tanda-tanda infeksi menjadi bagian penting dari intervensi keperawatan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perdarahan, Perfusi Jaringan yang Adekuat, dan Bebas Infeksi. Indikator-indikator dari setiap luaran ini menjadi tolak ukur keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan pasien dapat pulih dengan baik dan bebas dari komplikasi yang mengancam. -
Article No. 18681 | 17 Jun 2025
Klinis : Data dan skrining pada lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu di wilayah di RW 05 Kelurahan Grogol sebesar 15% rematik dan terjadi kenaikan kasus setiap bulannya. Hasil survey dan penyebaran angket pada keluarga lansia didapatkan data sebanyak 41,9%, yang mengalami nyeri sendi lutut selebihnya nyeri sendi tangan, pinggang, otot leher dan mengeluh cepat lelah.45 % lansia mampu secara mandiri melakukan, Lansia yang memakai alat bantu berupa tongkat sebanyak 13.1%. Jumlah lasia yang berobat ke dokter 3,2%; ke Puskesmas 53,2%. ada 27,4% dengan membeli obat di warung dan 9,7% dengan minum jamu. 50% lansia mengkonsumsi makananjeroan. Sementara yang lainnya adalah susu, tahu dan tempe sekitar 59,7%. jumlah lansia yang tidak sekolah 39.5%, lulus SD 47.4%, lulus SLTP 10.5% dan lulus SLTA 2.6%. jumlah keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan cukup adalah 23.7% dan keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan baik adalah 76.3%.itas warganya mengonsumsi kangkung sebagai sayuran pelengkap nasi d irumah. Kebiasaan warga tersebut membuat banyak warga usia diatas 65 tahun menderita osteoathritis, sebanyak 50% penderita memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar10% mengalami disabilitas karena OA nya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penyakit sendi dan muskuloskeletal pada lansia, ditandai dengan adanya keluhan nyeri sendi pada 41,9% lansia.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penyakit sendi dan muskuloskeletal pada lansia, ditandai dengan 13,1% lansia menggunakan alat bantu berupa tongkat.
3. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan pola makan lansia yang 50% mengonsumsi jeroan dan hanya 59,7% mengonsumsi susu, tahu, dan tempe.
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan lansia yang rendah, dimana 39,5% tidak sekolah dan hanya 2,6% lulus SLTA, serta pengetahuan keluarga yang sebagian besar (76,3%) masih kurang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri: Lansia mampu mengontrol nyeri sendi dan muskuloskeletal.
2. Mobilitas Fisik: Lansia mampu mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fisik secara optimal.
3. Status Nutrisi: Lansia mencapai status nutrisi yang optimal.
4. Pengetahuan: Lansia dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan kesehatan lansia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Kaji karakteristik, durasi, dan penyebab nyeri.
b. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengobatan farmakologis yang sesuai.
d. Evaluasi efektivitas manajemen nyeri dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik:
a. Kaji kemampuan mobilitas fisik lansia dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi lansia, seperti latihan rentang gerak dan latihan penguatan.
c. Ajarkan penggunaan alat bantu mobilitas yang tepat dan berikan dukungan dalam penggunaannya.
d. Libatkan keluarga dalam membantu dan mendukung mobilitas lansia.
3. Manajemen Status Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi lansia, termasuk pola makan dan intake nutrisi.
b. Berikan edukasi tentang gizi seimbang dan pola makan yang sehat bagi lansia.
c. Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk merencanakan dan menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
d. Pantau dan evaluasi status nutrisi lansia secara berkala.
4. Peningkatan Pengetahuan:
a. Kaji tingkat pengetahuan lansia dan keluarga tentang perawatan kesehatan lansia.
b. Berikan edukasi yang komprehensif kepada lansia dan keluarga tentang penyakit sendi, mobilitas, nutrisi, dan perawatan kesehatan lansia.
c. Libatkan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, dan ahli gizi, untuk memberikan edukasi yang lebih spesifik.
d. Evaluasi efektivitas edukasi dan lakukan reinforcement atau modifikasi jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan lansia dapat mencapai luaran yang optimal dalam mengelola nyeri, meningkatkan mobilitas fisik, mempertahankan status nutrisi, serta meningkatkan pengetahuan lansia dan keluarga dalam perawatan kesehatan lansia. -
Article No. 18682 | 17 Jun 2025
Klinis : Data dan skrining pada lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu di wilayah di RW 05 Kelurahan Grogol sebesar 15% rematik dan terjadi kenaikan kasus setiap bulannya. Hasil survey dan penyebaran angket pada keluarga lansia didapatkan data sebanyak 41,9%, yang mengalami nyeri sendi lutut selebihnya nyeri sendi tangan, pinggang, otot leher dan mengeluh cepat lelah.45 % lansia mampu secara mandiri melakukan, Lansia yang memakai alat bantu berupa tongkat sebanyak 13.1%. Jumlah lasia yang berobat ke dokter 3,2%; ke Puskesmas 53,2%. ada 27,4% dengan membeli obat di warung dan 9,7% dengan minum jamu. 50% lansia mengkonsumsi makananjeroan. Sementara yang lainnya adalah susu, tahu dan tempe sekitar 59,7%. jumlah lansia yang tidak sekolah 39.5%, lulus SD 47.4%, lulus SLTP 10.5% dan lulus SLTA 2.6%. jumlah keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan cukup adalah 23.7% dan keluarga yang memiliki lansia berpengetahuan baik adalah 76.3%.itas warganya mengonsumsi kangkung sebagai sayuran pelengkap nasi d irumah. Kebiasaan warga tersebut membuat banyak warga usia diatas 65 tahun menderita osteoathritis, sebanyak 50% penderita memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar10% mengalami disabilitas karena OA nya. buatkan diagnosis keperawatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- Berhubungan dengan nyeri sendi, penurunan kekuatan otot, dan penggunaan alat bantu jalan.
- Ditandai dengan adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, penggunaan alat bantu, dan keluhan nyeri sendi.
2. Defisit Pengetahuan
- Berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan lansia serta keluarga yang masih kurang.
- Ditandai dengan kurangnya pemahaman lansia dan keluarga mengenai manajemen osteoartritis dan perawatan kesehatan lansia.
3. Risiko Malnutrisi
- Berhubungan dengan pola makan lansia yang mengonsumsi makanan jeroan yang berlebihan.
- Ditandai dengan adanya risiko kekurangan gizi dan asupan nutrisi yang tidak seimbang.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik
- Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Penggunaan alat bantu jalan secara tepat
- Pengurangan nyeri sendi
2. Pengetahuan Kesehatan
- Peningkatan pemahaman lansia dan keluarga tentang manajemen osteoartritis
- Peningkatan pemahaman lansia dan keluarga tentang perawatan kesehatan lansia
3. Status Gizi
- Perbaikan pola makan dan asupan nutrisi yang seimbang
- Pencegahan risiko malnutrisi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Terapi Latihan Fisik: Melakukan latihan gerak sendi, kekuatan otot, dan keseimbangan untuk meningkatkan mobilitas.
- Manajemen Nyeri: Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri sendi.
- Dukungan Penggunaan Alat Bantu: Mengajarkan lansia dalam menggunakan alat bantu jalan secara tepat.
2. Defisit Pengetahuan:
- Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada lansia dan keluarga tentang manajemen osteoartritis dan perawatan kesehatan lansia.
- Konseling Kesehatan: Melakukan konseling untuk meningkatkan pemahaman lansia dan keluarga.
- Peningkatan Akses Layanan Kesehatan: Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai.
3. Risiko Malnutrisi:
- Asesmen Gizi: Melakukan asesmen status gizi dan pola makan lansia.
- Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang bagi lansia.
- Modifikasi Diet: Menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi lansia.
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa masalah kesehatan yang perlu ditangani melalui asuhan keperawatan komunitas. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup Mobilitas Fisik Terganggu, Defisit Pengetahuan, dan Risiko Malnutrisi. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan fungsional, peningkatan pengetahuan kesehatan, dan perbaikan status gizi lansia. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi terapi latihan fisik, manajemen nyeri, dukungan penggunaan alat bantu, edukasi kesehatan, konseling, peningkatan akses layanan kesehatan, asesmen gizi, edukasi gizi, dan modifikasi diet. Penerapan intervensi yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup lansia di wilayah tersebut. -
Article No. 18683 | 17 Jun 2025
Klinis : Hasil pada pengkajian pada 126 kelompok anak jalanan di wilayah kota bunga didapat data : 60% remaja berusia (10-16 tahun) dan 73,5% laki-laki dan 26,5% perempuan, 77,4% berstatus masih sekolah. Terdapat 69,6% remaja sebagai pengamen,9 % pemulung, 21,4% pedagang asongan, 89,3% orangtua masih aktif bekerja . sebanyak 81,3% masih tinggal bersama orangtua, sedangkan 18,7% lainnya tinggal di rumah singgah dengan alasan tempat tinggalnya terlalu sempit, Sebagian besar orangtua yaitu 79,1% berlatar belakang pendidikan di bawah SMP, 36,4% remaja jalanan menyatakan jarang menggunakan layanan kesehatan 78,5% menyatakan tidak mengetahui adanya layanan kesehatan khusus remaja. 78 % remaja merokok sampai saat ini; 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon, 36,2% pernah minum alkohol. Hasil wawancara 20 remaja: 19.6 pernah terlibat perkelahian , 18,3 pernah mendapatkan perilaku pelecehan sex dan 32,5% pernah menlami perilaku kekerasan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis dan rekomendasi yang rinci berdasarkan kondisi yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Terdapat 19,6% remaja jalanan yang pernah terlibat dalam perkelahian dan 32,5% pernah mengalami perilaku kekerasan.
- Remaja jalanan rentan terhadap perilaku kekerasan karena lingkungan dan gaya hidup mereka yang sulit.
2. Risiko Penyalahgunaan Zat
- Sebanyak 78% remaja jalanan merokok, 15% pernah mencoba menghirup lem aibon, dan 36,2% pernah minum alkohol.
- Remaja jalanan berisiko tinggi untuk menyalahgunakan zat karena kurangnya pengawasan orang tua dan paparan terhadap lingkungan yang mendukung penyalahgunaan zat.
3. Risiko Pelecehan Seksual
- Terdapat 18,3% remaja jalanan yang pernah mendapatkan perilaku pelecehan seksual.
- Remaja jalanan rentan terhadap pelecehan seksual karena kurangnya pengawasan dan perlindungan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perilaku Tidak Membahayakan Diri Sendiri
- Remaja jalanan dapat mengelola perilaku agresif dan konflik secara konstruktif.
- Remaja jalanan dapat menghindari penggunaan zat-zat berbahaya.
- Remaja jalanan dapat melindungi diri dari pelecehan seksual.
2. Integritas Keluarga
- Remaja jalanan dapat mempertahankan hubungan yang positif dengan keluarga.
- Orang tua remaja jalanan dapat memberikan dukungan dan pengawasan yang memadai.
3. Akses Pelayanan Kesehatan
- Remaja jalanan dapat mengakses layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Remaja jalanan memiliki pengetahuan yang cukup tentang layanan kesehatan yang tersedia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perilaku
- Memberikan konseling dan terapi perilaku untuk mengelola perilaku agresif dan konflik.
- Memfasilitasi kelompok dukungan bagi remaja jalanan untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman.
2. Pendidikan Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang bahaya penyalahgunaan zat dan cara mencegahnya.
- Memberikan edukasi tentang hak-hak dan perlindungan dari pelecehan seksual.
3. Kolaborasi Interprofesional
- Berkolaborasi dengan pekerja sosial, konselor, dan pihak terkait lainnya untuk menyediakan layanan komprehensif bagi remaja jalanan.
- Memfasilitasi akses remaja jalanan terhadap layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan remaja jalanan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka, serta mengurangi risiko-risiko yang mereka hadapi. -
Article No. 18684 | 17 Jun 2025
Klinis : Hasil pada pengkajian pada 126 kelompok anak jalanan di wilayah kota bunga didapat data : 60% remaja berusia (10-16 tahun) dan 73,5% laki-laki dan 26,5% perempuan, 77,4% berstatus masih sekolah. Terdapat 69,6% remaja sebagai pengamen,9 % pemulung, 21,4% pedagang asongan, 89,3% orangtua masih aktif bekerja . sebanyak 81,3% masih tinggal bersama orangtua, sedangkan 18,7% lainnya tinggal di rumah singgah dengan alasan tempat tinggalnya terlalu sempit, Sebagian besar orangtua yaitu 79,1% berlatar belakang pendidikan di bawah SMP, 36,4% remaja jalanan menyatakan jarang menggunakan layanan kesehatan 78,5% menyatakan tidak mengetahui adanya layanan kesehatan khusus remaja. 78 % remaja merokok sampai saat ini; 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon, 36,2% pernah minum alkohol. Hasil wawancara 20 remaja: 19.6 pernah terlibat perkelahian , 18,3 pernah mendapatkan perilaku pelecehan sex dan 32,5% pernah menlami perilaku kekerasan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah beberapa **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan dengan kondisi remaja jalanan berdasarkan data yang diberikan.
---
### **1. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI: 0018)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 0018:** Risiko individu untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik atau psikologis pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- **Faktor Risiko:** Tingginya paparan kekerasan (32,5% pernah mengalami kekerasan, 19,6% terlibat perkelahian).
- **SLKI:**
- **SLKI 1801:** Klien mengidentifikasi faktor pemicu kekerasan.
- **SLKI 1803:** Klien menunjukkan pengendalian emosi.
- **SIKI:**
- **SIKI 4320:** Manajemen Agresivitas (edukasi teknik relaksasi, coping).
- **SIKI 4324:** Terapi Aktivitas Kelompok (mengalihkan energi negatif).
---
### **2. Risiko Penyalahgunaan Zat (SDKI: 0019)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 0019:** Risiko penggunaan zat psikoaktif (rokok, lem aibon, alkohol) yang berpotensi mengganggu kesehatan.
- **Data Pendukung:** 78% merokok, 15% menghirup lem, 36,2% konsumsi alkohol.
- **SLKI:**
- **SLKI 1901:** Klien menyatakan komitmen untuk berhenti menggunakan zat.
- **SLKI 1902:** Klien mengidentifikasi dampak negatif zat.
- **SIKI:**
- **SIKI 4330:** Edukasi Bahaya NAPZA.
- **SIKI 4332:** Dukungan Sosial (melibatkan keluarga/komunitas).
---
### **3. Kurang Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual (SDKI: 0026)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 0026:** Ketidakcukupan informasi terkait kesehatan reproduksi, pencegahan pelecehan seksual (18,3% mengalami pelecehan), dan layanan kesehatan remaja (78,5% tidak tahu layanan khusus).
- **SLKI:**
- **SLKI 2601:** Klien menyebutkan informasi kesehatan reproduksi dengan benar.
- **SLKI 2603:** Klien mengakses layanan kesehatan remaja.
- **SIKI:**
- **SIKI 5600:** Pendidikan Kesehatan (materi pubertas, consent, pencegahan kekerasan seksual).
- **SIKI 5604:** Rujukan ke Layanan Kesehatan Remaja (misal: Puskesmas ramah remaja).
---
### **4. Isolasi Sosial (SDKI: 0004)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 0004:** Keterbatasan interaksi sosial akibat lingkungan marginal (tinggal di rumah singgah, pekerjaan sebagai pengamen/pemulung).
- **SLKI:**
- **SLKI 0401:** Klien berpartisipasi dalam aktivitas kelompok.
- **SLKI 0402:** Klien membina hubungan dengan teman sebaya.
- **SIKI:**
- **SIKI 4324:** Terapi Aktivitas Kelompok (membangun keterampilan sosial).
- **SIKI 4500:** Dukungan Teman Sebaya (peer group support).
---
### **5. Risiko Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan (SDKI: 0022)**
**Penjelasan:**
- **SDKI 0022:** Ancaman gangguan tumbuh kembang akibat kurangnya akses gizi, layanan kesehatan (36,4% jarang menggunakan layanan kesehatan), dan lingkungan tidak stabil.
- **SLKI:**
- **SLKI 2201:** Klien mencapai berat badan/tinggi badan sesuai usia.
- **SLKI 2203:** Klien menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aktivitas belajar.
- **SIKI:**
- **SIKI 4120:** Pemantauan Tumbuh Kembang.
- **SIKI 5602:** Edukasi Gizi dan Stimulasi Perkembangan.
---
### **Catatan Akademis:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada buku **PPNI (2017-2019)**.
- **Intervensi keperawatan** harus disesuaikan dengan konteks sosial-ekonomi remaja jalanan (misal: kolaborasi dengan pekerja sosial/NGO).
- **Prioritas:** Fokus pada pencegahan kekerasan, penyalahgunaan zat, dan edukasi kesehatan reproduksi.
Semoga membantu. Jika diperlukan penjabaran lebih mendalam untuk intervensi tertentu, dapat dilanjutkan diskusi.
**Sumber:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Edisi Revisi. -
Article No. 18685 | 17 Jun 2025
Klinis : Hasil pada pengkajian pada 126 kelompok anak jalanan di wilayah kota bunga didapat data : 60% remaja berusia (10-16 tahun) dan 73,5% laki-laki dan 26,5% perempuan, 77,4% berstatus masih sekolah. Terdapat 69,6% remaja sebagai pengamen,9 % pemulung, 21,4% pedagang asongan, 89,3% orangtua masih aktif bekerja . sebanyak 81,3% masih tinggal bersama orangtua, sedangkan 18,7% lainnya tinggal di rumah singgah dengan alasan tempat tinggalnya terlalu sempit, Sebagian besar orangtua yaitu 79,1% berlatar belakang pendidikan di bawah SMP, 36,4% remaja jalanan menyatakan jarang menggunakan layanan kesehatan 78,5% menyatakan tidak mengetahui adanya layanan kesehatan khusus remaja. 78 % remaja merokok sampai saat ini; 15% sudah pernah mencoba menghirup lem aibon, 36,2% pernah minum alkohol. Hasil wawancara 20 remaja: 19.6 pernah terlibat perkelahian , 18,3 pernah mendapatkan perilaku pelecehan sex dan 32,5% pernah menlami perilaku kekerasan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Perilaku Kekerasan (SDKI: 00138)
2. Resiko Penyalahgunaan Zat (SDKI: 00405)
3. Resiko Masalah Kesehatan Remaja (SDKI: 00298)
Penjelasan Singkat:
1. Resiko Perilaku Kekerasan (SDKI: 00138)
- Kode: 00138
- Definisi: Risiko untuk berpartisipasi dalam perilaku yang menyakiti orang lain secara fisik, psikologis, verbal, atau seksual.
2. Resiko Penyalahgunaan Zat (SDKI: 00405)
- Kode: 00405
- Definisi: Risiko untuk terlibat dalam penggunaan zat-zat terlarang atau berlebihan yang dapat merugikan kesehatan fisik dan psikologis.
3. Resiko Masalah Kesehatan Remaja (SDKI: 00298)
- Kode: 00298
- Definisi: Risiko untuk mengalami masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa remaja, seperti masalah perilaku, emosional, atau perkembangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keamanan Diri (SLKI: 0002)
2. Kontrol Penggunaan Zat (SLKI: 1103)
3. Perilaku Remaja yang Sehat (SLKI: 1801)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan (SIKI: 5340)
2. Edukasi Penggunaan Zat (SIKI: 5440)
3. Promosi Kesehatan Remaja (SIKI: 5540)
Kode dan definisi dari SLKI dan SIKI dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. -
Article No. 18686 | 17 Jun 2025
Klinis : Demam, batuk lendir, pusing, lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi yang Anda deskripsikan, dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
- Kode: R51
- Deskripsi: Sakit kepala
- Kode: R53.81
- Deskripsi: Kelelahan
Penjelasan:
- Kode R50.9 (Demam, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan gejala demam yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam diagnosis yang lebih spesifik.
- Kode R05 (Batuk) digunakan untuk menggambarkan gejala batuk produktif dengan lendir.
- Kode R51 (Sakit kepala) digunakan untuk menggambarkan gejala pusing atau sakit kepala.
- Kode R53.81 (Kelelahan) digunakan untuk menggambarkan gejala kelelahan atau lemas.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi ini, karena ini merupakan gejala-gejala yang umumnya ditangani secara konservatif dengan pengobatan simptomatik.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM, dan penanganan dapat berupa pemberian obat-obatan simptomatik, istirahat, dan pemantauan kondisi pasien. -
Article No. 18687 | 17 Jun 2025
Klinis : pasien datng dengan keluhan nyeri haid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (10001)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10001
- Definisi: Serangkaian tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Nyeri Akut (10001) sesuai dengan keluhan pasien yang mengalami nyeri haid. SDKI, SLKI, dan SIKI yang terkait memberikan definisi dan kode diagnosis, luaran, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi nyeri akut yang dialami pasien.