Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5826 | 15 Nov 2024
Klinis : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih, yang dapat diukur melalui indikator seperti frekuensi napas, irama napas, penggunaan otot bantu napas, serta suara napas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini antara lain:
- Memantau status pernapasan pasien
- Memberikan posisi semifowler atau posisi lain yang memfasilitasi ekspansi dada
- Melakukan fisioterapi dada dan suction jika diperlukan
- Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kelembaban jalan napas
Sebagai perawat, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam mengelola kondisi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dengan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih sehingga dapat memaksimalkan fungsi pernapasan. -
Article No. 5827 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Pasien menunjukkan koping yang efektif terhadap nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
2. Pemantauan tanda-tanda vital
3. Pemberian oksigen
4. Edukasi tentang penyakit jantung koroner dan penanganan nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri dada yang menyebar ke punggung, disertai sesak nafas, kelemahan, dan tanda-tanda infark miokard (peningkatan troponin, elevasi segmen ST pada EKG). Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan dengan infark miokard. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, serta edukasi tentang penyakit jantung koroner dan penanganan nyeri. Luaran yang diharapkan adalah pasien melaporkan nyeri terkontrol, tanda-tanda vital dalam rentang normal, dan menunjukkan koping yang efektif terhadap nyeri. -
Article No. 5828 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan.keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian : BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur. Apakah diagnosa menurut SDKI keperawatan utama pada kasus diatas, kriteria, tujuan, luaran utama dan tambahan, dan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan Utama (berdasarkan SDKI):
Inkontinensia Urin
Kriteria Diagnostik:
1. Kehilangan kendali buang air kecil yang tidak dapat dikendalikan
2. Adanya distensi kandung kemih
3. Kesulitan tidur akibat ketidaknyamanan
Tujuan (berdasarkan SLKI):
1. Pasien dapat mengontrol buang air kecil
2. Pasien dapat tidur dengan nyaman
Luaran Utama:
1. Kontrol Eliminasi Urin
2. Kenyamanan Tidur
Luaran Tambahan:
1. Integritas Kulit
2. Manajemen Gejala
Intervensi (berdasarkan SIKI):
1. Manajemen Inkontinensia
- Kaji pola eliminasi urin
- Identifikasi penyebab inkontinensia
- Anjurkan latihan otot dasar panggul
- Atur jadwal berkemih
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi
2. Manajemen Rasa Tidak Nyaman
- Kaji nyeri yang dirasakan
- Berikan terapi analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik relaksasi
3. Peningkatan Tidur
- Kaji pola tidur pasien
- Modifikasi lingkungan untuk mendukung tidur
- Berikan terapi farmakologis sesuai indikasi
Kesimpulan, diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah Inkontinensia Urin, dengan fokus intervensi pada manajemen inkontinensia, manajemen rasa tidak nyaman, dan peningkatan tidur. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 5829 | 15 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan terkait collic abdomen
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi collic abdomen.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi kramp usus (collic abdomen)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
- Penyebab: Kontraksi kramp usus (collic abdomen).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Terkontrol: Tingkat nyeri yang dapat dikendalikan oleh pasien atau orang lain.
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri.
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri yang dialami pasien.
- Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan tindakan farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi collic abdomen, dengan fokus pada pengkajian nyeri, intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 5830 | 15 Nov 2024
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Akut adalah:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk Nyeri Akut meliputi:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Pemberian analgesik sesuai indikasi.
3. Pemberian terapi komplementer untuk mengurangi nyeri.
4. Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen nyeri.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
Sebagai seorang pakar dan perawat, saya dapat membantu Anda dalam memahami dan mengelola Nyeri Akut sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 5831 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik (infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada menyebar ke punggung, pasien tampak sesak, lemah, dan berkeringat dingin.
Penjelasan singkat:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI: Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik pengelolaan nyeri, dan tampak rileks.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengkajian nyeri, manajemen nyeri, relaksasi, dan pemberian analgetik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard akut, ditandai dengan pasien tampak sesak dan lemah.
Penjelasan singkat:
SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan kapasitas fisik.
SLKI: Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau nyeri dada, dan mampu beradaptasi dengan aktivitas yang dibatasi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengkajian toleransi aktivitas, manajemen aktivitas, dan perawatan jantung.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan luaran yang ingin dicapai, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pasien tersebut. -
Article No. 5832 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat diruang interna dengan tumor otak . Hasil pengkajian : sakit kepala skala 5 dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat saat ini, pasien tampak lemah, pasien tampak memegang kepalanya dan meringis, kekuatan otot 2 pada ekstremitas sebelah kanan, ADL dibantu. Apakah diagnosa menurut SDKI keperawatan utama pada kasus diatas, kriteria, tujuan, luaran utama dan tambahan, dan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Diagnosa Keperawatan utama berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) pada kasus tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Tidur
Kriteria:
- Pasien melaporkan sulit tidur atau kualitas tidur yang buruk
- Pasien tampak lelah atau mengantuk saat terjaga
- Perubahan pola tidur yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat meningkatkan pola tidur yang efektif.
Luaran Utama:
- Pasien melaporkan kualitas tidur yang membaik
- Pasien tampak segar saat terjaga
- Tidak ada perubahan pola tidur yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Luaran Tambahan:
- Pasien melaporkan nyeri kepala berkurang
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur pasien, seperti nyeri, kecemasan, atau efek samping pengobatan.
2. Kaji pola tidur pasien, termasuk durasi, frekuensi, dan kualitas tidur.
3. Berikan edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
4. Modifikasi lingkungan kamar tidur untuk mendukung tidur yang nyaman, misalnya pengaturan pencahayaan, suhu, dan suara.
5. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam atau visualisasi, untuk membantu pasien mencapai tidur yang lebih nyaman.
6. Berikan analgesik atau terapi komplementer sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri kepala.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti neurolog, untuk mengelola kondisi medis yang memengaruhi pola tidur.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lain untuk memastikan bahwa pasien dapat memperoleh kualitas tidur yang optimal, sehingga dapat membantu pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 5833 | 15 Nov 2024
Klinis : 5. Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas, tujuan, luaran utama dan tambahan dan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Utama:
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan hambatan aliran urine sebagaimana ditandai dengan frekuensi berkemih yang sering, rasa tidak tuntas saat berkemih, kadang hanya menetes, dan distensi kandung kemih.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini tepat karena pasien mengeluhkan keluhan sering BAK yang disertai nyeri, BAK tidak tuntas dan hanya menetes, serta adanya distensi kandung kemih. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada proses eliminasi urine.
Tujuan:
1. Pasien dapat melakukan eliminasi urine dengan lancar dalam 3-5 hari.
2. Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terganggu oleh rasa tidak nyaman akibat gangguan eliminasi urine dalam 2-3 hari.
Luaran Utama:
1. Frekuensi berkemih menurun
2. Rasa tidak tuntas saat berkemih berkurang
3. Distensi kandung kemih menurun
Luaran Tambahan:
1. Kualitas tidur membaik
2. Rasa nyaman meningkat
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pola eliminasi urine pasien secara komprehensif
2. Berikan edukasi mengenai pentingnya mempertahankan pola eliminasi urine yang sehat
3. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi cairan yang cukup
4. Berikan terapi analgesik dan antispasmodik sesuai dengan resep dokter
5. Lakukan tindakan bladder training jika perlu
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lanjutan dan penanganan medis yang tepat
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi ini dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi masalah gangguan eliminasi urine yang dialami pasien. -
Article No. 5834 | 15 Nov 2024
Klinis : 5. Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas, kriteria hasil, tujuan, luaran utama dan tambahan dan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisa diagnosa keperawatan beserta penjelasannya berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Inkontinensia Urin
Penjelasan:
Kondisi pasien yang sering BAK disertai nyeri, BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, serta adanya distensi kandung kemih menunjukkan adanya masalah inkontinensia urin. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk menahan urin, sehingga terjadi kebocoran urin yang tidak terkontrol.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mempertahankan pola berkemih normal
2. Pasien dapat mengendalikan dan mengelola inkontinensia urin
3. Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kualitas tidur
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola berkemih normal, mengendalikan dan mengelola inkontinensia urin, serta menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kualitas tidur.
Luaran Utama:
1. Frekuensi berkemih
2. Kontrol berkemih
3. Kenyamanan tidur
Luaran Tambahan:
1. Pengetahuan tentang inkontinensia urin
2. Kemampuan melakukan latihan panggul (Kegel)
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pola berkemih pasien, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin
2. Jelaskan kepada pasien tentang inkontinensia urin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Ajarkan pasien tentang latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol berkemih
4. Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia urin, termasuk penggunaan alat bantu seperti pembalut atau kantung urin jika diperlukan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut, jika diperlukan
6. Pantau kenyamanan dan kualitas tidur pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengelola inkontinensia urin, meningkatkan kontrol berkemih, dan memperoleh kenyamanan serta kualitas tidur yang lebih baik. -
Article No. 5835 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien usia 29 th infertilitas selama 11 tahun, perempuan datang dari poli klinik mengeluhkan sakit hebat saat haid skala sakit 8/10, ditemukan adanya mioma uterus dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahim, saat dilakukan pengkajian, pasien merupakan seorang buruh pabrik yang berkerja selama 5 hari dalam seminggu, pasien terlihat gelisah, lemas dan mengeluh pusing saat dilakukan pengkajian. pasien memiliki gelang resiko jatuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N97.9
- Deskripsi: Infertilitas, perempuan, tidak terdefenisikan
2. Kode ICD-10:
- Kode: N80.0
- Deskripsi: Adenomiosis
3. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 68.4
- Deskripsi: Histerektomi total, abdominal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N97.9 (Infertilitas, perempuan, tidak terdefenisikan) digunakan untuk menggambarkan kondisi infertilitas pada pasien perempuan usia 29 tahun yang telah berlangsung selama 11 tahun.
2. Kode ICD-10 N80.0 (Adenomiosis) digunakan untuk menggambarkan kondisi mioma uterus yang ditemukan pada pasien dan memerlukan tindakan operasi pengangkatan rahim.
3. Kode ICD-9-CM 68.4 (Histerektomi total, abdominal) digunakan untuk menggambarkan prosedur operasi pengangkatan rahim yang harus dilakukan pada pasien.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien juga mengeluhkan sakit hebat saat haid dengan skala nyeri 8/10, gelisah, lemas, dan pusing saat dilakukan pengkajian, serta memiliki gelang risiko jatuh. Meskipun tidak ada kode diagnosis spesifik yang diberikan, kondisi-kondisi ini perlu dipertimbangkan dan dicatat dalam rekam medis pasien untuk manajemen perawatan yang tepat.