Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7767 | 03 Dec 2024
Klinis : sdki obs febris h7, susp leptospirosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI: Febris)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai respons fisiologis terhadap proses patologis.
Penyebab: Infeksi, dehidrasi, kondisi medis lainnya.
Tanda dan Gejala: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit terasa panas, menggigil, sakit kepala, kelelahan.
2. Risiko Infeksi (SDKI: Suspek Leptospirosis)
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Penyebab: Paparan agen patogen, penurunan sistem imun, prosedur invasif.
Tanda dan Gejala: Demam, sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot, konjungtivitis.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Memuat definisi, penyebab, tanda dan gejala dari berbagai diagnosis keperawatan.
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Memuat berbagai kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menetapkan tujuan dan evaluasi asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan panduan standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Memuat berbagai tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan.
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan.
Semoga penjelasan di atas dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 7768 | 03 Dec 2024
Klinis : anemia hemoroid
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anemia hemoroid dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan anemia hemoroid.
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang biasa dilakukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi. Pada kasus anemia hemoroid, kondisi ini dapat terjadi karena penurunan kadar hemoglobin dalam darah, yang dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang biasa dilakukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan, kelemahan, atau kurangnya energi.
Faktor Berhubungan: Anemia, Hemoroid.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Hasil yang Diharapkan:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
2. Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas.
3. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji aktivitas sehari-hari pasien.
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas.
3. Bantu pasien menyusun rencana aktivitas yang realistis.
4. Ajarkan teknik-teknik manajemen energi.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi penyebab intoleransi aktivitas.
Dengan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi anemia hemoroid dan penanganan keperawatannya. -
Article No. 7769 | 03 Dec 2024
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan, ditandai dengan mudah lelah, palpitasi, dan sesak napas.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan dan dibutuhkan, akibat keterbatasan energi.
- Etiologi: Penurunan suplai oksigen, anemia, malnutrisi, penyakit kronis.
- Tanda dan Gejala: Mudah lelah, palpitasi, sesak napas, perubahan irama jantung.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang memadai.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan saat beraktivitas, dan tidak mengalami gangguan pernapasan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Perawatan Anemia, Manajemen Nutrisi.
- Tindakan Keperawatan: Mengevaluasi status fisik dan kapasitas fungsional, mengatur aktivitas sesuai toleransi, memantau tanda-tanda vital, memberikan nutrisi yang sesuai, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat sangat penting untuk memastikan perawatan yang efektif dan terpusat pada pasien. Dengan mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan anemia. -
Article No. 7770 | 03 Dec 2024
Klinis : diagnosa yang melakukan tranfusi darah akibat anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk diagnosis dan prosedur terkait transfusi darah akibat anemia:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D64.9
- Deskripsi: Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi anemia yang memerlukan transfusi darah sebagai intervensi terapeutik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah total. Kode ini digunakan untuk mencatat prosedur transfusi darah yang dilakukan sebagai tindakan untuk mengatasi anemia.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 D64.9 digunakan untuk mengkodekan kondisi anemia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Anemia ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti defisiensi nutrisi, kehilangan darah, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, anemia telah menyebabkan kebutuhan akan transfusi darah sebagai intervensi terapeutik.
- Kode ICD-9-CM 99.04 adalah kode prosedur yang digunakan untuk mencatat transfusi darah total yang dilakukan sebagai tindakan medis untuk mengatasi anemia. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan memperbaiki kondisi pasien.
Pengkodean yang tepat berdasarkan sistem ICD-10 dan ICD-9-CM ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, dan memastikan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 7771 | 03 Dec 2024
Klinis : diagnosa yang melakukan tranfusi darah akibat anemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang melakukan transfusi darah akibat anemia, dari sudut pandang perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang melakukan transfusi darah akibat anemia adalah "Defisiensi volume cairan" (Fluid Volume Deficit). Diagnosa ini menggambarkan penurunan volume cairan sirkulasi yang disebabkan oleh penurunan volume darah, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara input dan output cairan dalam tubuh.
Penjelasan:
Pasien dengan anemia mengalami penurunan volume darah dan eritrosit, yang menyebabkan penurunan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, pusing, sesak napas, dan membutuhkan transfusi darah untuk mengembalikan volume darah dan kadar hemoglobin yang adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen yang dalam rentang normal.
2. Peningkatan volume cairan: Pasien menunjukkan peningkatan volume cairan dan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan warna kulit yang membaik, pengisian kapiler yang cepat, dan diuresis yang memadai.
3. Tidak terjadi komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi selama proses transfusi darah, seperti reaksi alergi, demam, atau gejala lainnya.
4. Peningkatan pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami pentingnya transfusi darah, proses, dan tindakan yang harus dilakukan selama serta setelah prosedur.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien mencapai stabilitas hemodinamik, peningkatan volume cairan dan perfusi jaringan yang adekuat, tidak terjadi komplikasi selama transfusi darah, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya transfusi darah dan perawatan yang diperlukan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring hemodinamik: Memantau tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan output urin secara berkala.
2. Manajemen cairan: Memberikan cairan infus sesuai kebutuhan, memantau masukan dan pengeluaran cairan, serta mengevaluasi respons pasien terhadap terapi cairan.
3. Manajemen transfusi darah: Mempersiapkan dan melakukan transfusi darah sesuai prosedur, memantau reaksi pasien selama transfusi, serta melakukan dokumentasi yang lengkap.
4. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan informasi tentang proses dan pentingnya transfusi darah, serta anjuran untuk perawatan selanjutnya.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen cairan dan transfusi darah, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Semua tindakan ini dilakukan secara komprehensif untuk memastikan stabilitas kondisi pasien, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pemahaman pasien serta keluarga. -
Article No. 7772 | 03 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki bernama Tn. SY berusia 72 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Sakinah dengan keluhan utama rasa nyeri dan berat di dada dan sesak napas, yang semakin memburuk dalam seminggu terakhir. Pasien melaporkan sering merasa lelah dan kehabisan tenaga, bahkan hanya dengan berjalan sebentar di dalam rumah. la juga merasakan jantung berdebar-debar dan kakinya bengkak hingga ke pergelangan. Riwayat penyakit pasien menunjukkan bahwa ia memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Saat pemeriksaan fisik, nyeri semakin bertambah, skala nyeri 9/10, tampak gelisah, tampak meringis, TD 150/90 mmHg, HR 120 kali per menit, dan terdapat distensi vena jugularis. Pemeriksaan paru-paru menunjukkan adanya bunyi crackles basal. Tungkai bawah terlihat bengkak, dengan edema pitting (+2), dan kulit tampak pucat serta dingin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, yaitu:
1. Ketidakefektifan pola napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penyebab: Perubahan mekanik pernapasan, kelelahan otot pernapasan, dan peningkatan kerja pernapasan.
2. Ketidakseimbangan volume cairan
Definisi: Kelebihan dan/atau kekurangan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler.
Penyebab: Penurunan intake cairan, peningkatan kehilangan cairan, dan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Agen cedera fisik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
- Pasien dapat bernapas dengan pola yang efektif.
- Pasien dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan perbaikan pola napas.
2. Ketidakseimbangan volume cairan:
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang memadai.
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Pasien dapat melaporkan perbaikan gejala kelebihan atau kekurangan cairan.
3. Nyeri akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien dapat mengenali dan melaporkan perbaikan nyeri.
- Pasien dapat menerapkan strategi manajemen nyeri yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan pola napas:
- Monitor pola napas dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai
2. Ketidakseimbangan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
- Berikan intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai
3. Nyeri akut:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh perawatan yang komprehensif. -
Article No. 7773 | 03 Dec 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki bernama Tn. SY berusia 72 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Sakinah dengan keluhan utama rasa nyeri dan berat di dada dan sesak napas, yang semakin memburuk dalam seminggu terakhir. Pasien melaporkan sering merasa lelah dan kehabisan tenaga, bahkan hanya dengan berjalan sebentar di dalam rumah. la juga merasakan jantung berdebar-debar dan kakinya bengkak hingga ke pergelangan. Riwayat penyakit pasien menunjukkan bahwa ia memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Saat pemeriksaan fisik, nyeri semakin bertambah, skala nyeri 9/10, tampak gelisah, tampak meringis, TD 150/90 mmHg, HR 120 kali per menit, dan terdapat distensi vena jugularis. Pemeriksaan paru-paru menunjukkan adanya bunyi crackles basal. Tungkai bawah terlihat bengkak, dengan edema pitting (+2), dan kulit tampak pucat serta dingin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.9
- Deskripsi: Gagal jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.07
- Deskripsi: Pemberian penyekat beta
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien Tn. SY, yaitu rasa nyeri dan berat di dada, sesak napas yang semakin memburuk, sering merasa lelah dan kehabisan tenaga, jantung berdebar-debar, serta pembengkakan pada kaki hingga pergelangan, diduga pasien mengalami kondisi gagal jantung (heart failure). Hal ini didukung oleh temuan pemeriksaan fisik seperti peningkatan tekanan darah, denyut jantung yang cepat, distensi vena jugularis, adanya crackles basal pada pemeriksaan paru-paru, serta edema pitting pada tungkai bawah.
Berdasarkan klasifikasi ICD-10, kode diagnosis yang sesuai adalah I50.9 (Gagal jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain). Kode ini mencakup gejala umum dari gagal jantung, seperti sesak napas, edema, dan intoleransi latihan.
Sementara itu, dalam penatalaksanaan gagal jantung, salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah pemberian obat penyekat beta (beta-blocker). Pada ICD-9-CM, kode prosedur yang sesuai untuk tindakan ini adalah 99.07 (Pemberian penyekat beta). -
Article No. 7775 | 03 Dec 2024
Klinis : Diare 6 kali air ada ampas , mual, badan panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare Akut
2. Mual
3. Hipertermia
Penjelasan singkat:
1. Diare Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Peningkatan frekuensi dan keenceran eliminasi feses, yang dapat disertai dengan nyeri abdomen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan pola eliminasi feses normal, Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi, Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen diare, Pemantauan tanda vital, Edukasi perawatan diare.
2. Mual
- SDKI: Sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk memuntahkan isi lambung.
- SLKI: Tidak ada mual, Tidak ada muntah.
- SIKI: Manajemen mual dan muntah, Pemantauan tanda vital, Edukasi manajemen mual dan muntah.
3. Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal.
- SLKI: Suhu tubuh kembali normal.
- SIKI: Manajemen hipertermia, Pemantauan tanda vital, Edukasi manajemen hipertermia.
Dalam konteks ini, perawat berperan untuk melakukan pengkajian menyeluruh, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai, serta melakukan evaluasi secara berkelanjutan untuk memantau perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 7776 | 03 Dec 2024
Klinis : kornea mata tertusuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Kornea Mata Tertusuk:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kornea mata tertusuk adalah "Integritas Jaringan Rusak". Integritas Jaringan Rusak didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh faktor-faktor internal dan/atau eksternal. Dalam kasus kornea mata tertusuk, terjadi kerusakan pada lapisan kornea mata akibat trauma dari benda asing yang menusuk.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Jaringan: Pasien menunjukkan perbaikan pada integritas jaringan kornea mata dengan adanya proses penyembuhan yang normal.
2. Kontrol Rasa Sakit: Pasien melaporkan berkurangnya rasa sakit pada area kornea mata yang tertusuk.
3. Tidak Terjadi Komplikasi: Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi, seperti infeksi, perdarahan, atau kerusakan jaringan yang semakin parah.
4. Peningkatan Fungsi Visus: Pasien menunjukkan peningkatan fungsi penglihatan setelah proses penyembuhan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Luka:
- Membersihkan luka kornea mata dengan cairan steril dan menghilangkan benda asing.
- Menutup luka kornea dengan perban atau penutup mata untuk melindungi dan mempertahankan kelembaban.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan melakukan tindakan pencegahan.
2. Manajemen Nyeri:
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi rasa sakit.
- Menggunakan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres dingin, relaksasi, dan distraksi.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri dan menyesuaikannya sesuai kebutuhan.
3. Edukasi dan Konseling Pasien:
- Menjelaskan proses penyembuhan luka kornea mata dan potensi komplikasi.
- Memberikan instruksi tentang perawatan luka, penggunaan obat-obatan, dan aktivitas yang diperbolehkan.
- Mendorong pasien untuk mematuhi rencana perawatan dan memantau perkembangan.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain:
- Berkoordinasi dengan dokter oftalmologi untuk pemeriksaan dan pengobatan lanjutan.
- Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi untuk membantu pemulihan fungsi visus.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan integritas jaringan kornea, kontrol rasa sakit, pencegahan komplikasi, dan peningkatan fungsi visus. -
Article No. 7777 | 03 Dec 2024
Klinis : anafilaktik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi anafilaktik berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anafilaktik:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi anafilaktik adalah "Respon Alergi Akut". Respon Alergi Akut didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas yang terjadi secara cepat akibat paparan terhadap alergen yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan ancaman pada kehidupan. Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah adanya respons imunologis yang berlebihan terhadap alergen, yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ vital dan ancaman pada kehidupan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kardiovaskular: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan dalam batas normal.
2. Fungsi Pernapasan: Pasien menunjukkan pola pernapasan yang adekuat dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
3. Kontrol Nyeri: Pasien melaporkan nyeri yang terkontrol dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
4. Pengetahuan Manajemen Kondisi: Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dan penanganan kondisi anafilaktik.
5. Partisipasi Perawatan Diri: Pasien dan keluarga aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan terkait kondisi anafilaktik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh.
- Mengidentifikasi perubahan tanda-tanda vital yang dapat mengindikasikan penurunan fungsi kardiovaskular atau pernapasan.
2. Manajemen Airway
- Memastikan jalan napas pasien terbuka dan pernapasan yang adekuat.
- Menyiapkan alat-alat pendukung pernapasan, seperti oksigen, nebulizer, atau alat bantu pernapasan lainnya jika diperlukan.
3. Pemberian Terapi Farmakologis
- Memberikan obat-obatan yang sesuai, seperti epinefrin, kortikosteroid, atau antihistamin, sesuai dengan resep dokter.
- Memantau efek dan reaksi samping obat-obatan yang diberikan.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Memberikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan penanganan kondisi anafilaktik.
- Mengajarkan pasien dan keluarga tentang penggunaan alat-alat yang dibutuhkan, seperti epinefrin auto-injector.
- Membantu pasien dan keluarga dalam mengembangkan rencana tindakan darurat jika terjadi reaksi anafilaktik.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Berkolaborasi dengan dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya dalam mengelola perawatan pasien dengan kondisi anafilaktik.
- Koordinasi tindakan, pemberian obat, dan pemantauan respons pasien terhadap pengobatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dengan kondisi anafilaktik dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas kardiovaskular, fungsi pernapasan yang adekuat, kontrol nyeri, peningkatan pengetahuan, dan partisipasi aktif dalam perawatan diri.