Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5796 | 15 Nov 2024
Klinis : S (Sign) Pasien mengeluh merasa mual dan lemas, pusing (+), batuk tidak berdahak dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium - hipokondrium sinistra A (Allergies) Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan M (Medication) Pasien mengkonsumsi obat oral sebelumnya yaitu : Neoral 25 mg/12 jam PO, sulfasalazin 500 mg/ 24 jam PO, Carvedilol 12,5 mg / 12 jam PO, Klonidin tab 3x0,15 mg (saat makan), Candesartan 1x16 mg (pagi), Asam folat 1x1 mg P (Past medical history) Pasien memiliki riwayat SLE, pasca biopsi ginjal bulan oktober karena curiga lupus nefritis dan riwayat DM +, terakhir sudah tidak menggunakan obat DM karena cenderung rendah L (Last oral intake) Pasien mengatakan tidak makan apapun SMRS karena mual E (Even leading up to incident) Karena pasien mual dan tidak mengkonsumsi makanan pasien menjadi lemas hingga mengalami penurunan kesadaran berupa apatis Pengkajian Fisik Sistem Pernapasan Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20 x/menit, dengan pernafasan reguler, suara nafas normal, tidak tampak adanya penggunaan otot nafas bantuan Sistem Kardiovaskuler Frekuensi nadi pada saat pengkajian 98 x/menit dengan nadi kuat dan reguler. Tekanan darah pada pasien 70/50 mmHg. Tidak terdapat edema Sistem Persyarafan Kesadaran pasien composmentis E4V5M6 dengan total GCS 15. Tidak terdapat riwayat kejang. Pada pengkajian fungsi saraf tidak ada keluhan dari pasien Sistem Penginderaan Penglihatan : bentuk normal, pupil mata isokor, tidak buta warna serta, pupil berespon terhadap cahaya Penciuman : bentuk hidung simetris, tidak terdapat polip, pasien mampu membedakan bau Pendengaran : tidak memiliki gangguan pendengaran Peraba : Tampak tidak ada lesi ataupun jejas, pasien mampu membedakan tekstur benda Pengecap : tampak sedikit kotor, pasien mampu membedakan rasa Sistem Perkemihan Pasien mengatakan mampu buang air kecil seperti biasa, hari ini pasien sudah BAK 1 x berwarna kuning jernih, tidak ada nyeri / keluhan saat BAK Sistem Pencernaan Mukosa bibir lembab dan tidak terjadi sianosis, tidak terjadi adanya pembesaran thyroid, gigi tampak bersih. Terdapat nyeri tekan pada area abdomen epigastrium - hipokondrium sinistra. Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, hari ini brlum BAB Sistem Muskuloskeletal Pergerakan ROM normal, Tidak terdapat fraktur maupun dislokasi tulang. Sistem Integumen Keadaan kulit tampak pucat, elastis, akral hangat, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik. kulit tidak ada perdarahan dan tidak terdapat lesi,. Sistem Reproduksi Pasien berjenis kelamin perempuan dan tidak memiliki masalah pada sistem reproduksinya. Sistem Endokrin Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (NANDA-I)
2. Intoleransi aktivitas (NANDA-I)
3. Gangguan perfusi perifer (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
1. Mual (NANDA-I)
- SDKI: Sensasi tidak menyenangkan di daerah perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sensasi tidak menyenangkan di daerah perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi sensasi tidak menyenangkan di daerah perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Intoleransi aktivitas (NANDA-I)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Gangguan perfusi perifer (NANDA-I)
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Penjelasan singkat:
Pasien mengeluh mual, lemas, pusing, dan nyeri tekan pada epigastrium-hipokondrium sinistra. Hal ini dapat menimbulkan diagnosa keperawatan mual, intoleransi aktivitas, dan gangguan perfusi perifer. Diagnosa tersebut berkaitan dengan kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran, tekanan darah rendah, dan kemungkinan adanya gangguan pencernaan. -
Article No. 5797 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain: pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin: 236, EKG: ST segment elevasi pada lead inferior. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas dan intervensinya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan intervensi yang sesuai dengan kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, sebagaimana ditunjukkan oleh gejala nyeri dada yang menyebar ke punggung, sesak napas, keringat dingin, nadi lemah, dan hasil tes EKG yang menunjukkan elevasi segmen ST pada lead inferior.
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, dapat beraktivitas tanpa nyeri, dan tidak ada komplikasi yang timbul akibat nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi medis yang sesuai.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor yang mempengaruhi.
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
3. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, nadi, dan respirasi.
4. Berikan manajemen nyeri yang sesuai, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan distraksi.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis yang diperlukan, seperti pemberian obat-obatan, tindakan intervensi koroner, atau tindakan lainnya.
6. Edukasikan pasien dan keluarga mengenai penyakit jantung koroner, pemantauan gejala, dan pentingnya mengikuti regimen pengobatan.
7. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengatasi kecemasan dan stres.
Diharapkan dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol, dapat beraktivitas tanpa nyeri, dan tidak ada komplikasi yang timbul akibat nyeri. -
Article No. 5798 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 42 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri ulu hati dan sering BAB. Hasil pengkajian ditemukan: pasien tampak kurus dan lemah, nafsu makan menurun, tampak membrane mukosa bibir menebal dan berawarnah putih, berat badan menurun 5 kg sejak 2 bulan terakhir. Hasil CD4: 200/ml. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas dan intervensinya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari saya bantu menganalisis kasus tersebut dan memberikan diagnosa keperawatan utama serta intervensinya berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki kondisi malnutrisi terkait infeksi HIV/AIDS. Berikut adalah diagnosa keperawatan utama dan intervensinya:
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat, seperti terlihat dari penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan perubahan membran mukosa.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Malnutrisi didefinisikan sebagai keadaan ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dan kebutuhan tubuh yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh, dan gangguan fungsi tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi ini adalah pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai, asupan nutrisi adekuat, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kaji status nutrisi pasien secara komprehensif
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
c. Pantau asupan makan dan timbang berat badan secara berkala
d. Berikan edukasi terkait pentingnya nutrisi yang adekuat
e. Motivasi dan support pasien untuk meningkatkan nafsu makan
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi faktor penyebab malnutrisi
Dengan memperhatikan diagnosa keperawatan utama dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan dan mencegah komplikasi akibat malnutrisi. Saya siap untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 5799 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Biopsi paru, tertutup (transtoraks)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Pada kasus ini, pasien pria usia 45 tahun datang dengan gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta ditemukan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru pada pemeriksaan radiologis. Temuan ini sesuai dengan kriteria untuk diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Biopsi paru, tertutup (transtoraks)) dapat dipertimbangkan jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi diagnosis, seperti pengambilan sampel jaringan paru melalui prosedur biopsi untuk pemeriksaan bakteriologis dan histologis.
Perekam medis atau dokter dapat menggunakan kode-kode tersebut untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan kondisi tuberkulosis paru. -
Article No. 5800 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi jalan napas yang berlebihan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI merupakan panduan yang mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Dalam kasus ini, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI, yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan Intoleransi aktivitas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI merupakan panduan yang menetapkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Contoh luaran yang dapat dicapai antara lain: bersihan jalan napas yang efektif, status nutrisi yang membaik, dan toleransi aktivitas yang meningkat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI merupakan panduan yang menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: fisioterapi dada, pemberian nutrisi enteral, dan latihan aktivitas bertahap.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk pasien dengan tuberkulosis paru.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan sampaikan. Wassalamualaikum. -
Article No. 5801 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas dan intervensinya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Suster Raisa, seorang perawat profesional. Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, serta elevasi ST segmen pada EKG.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di tingkat tubuh.
SLKI: Target luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik, didukung dengan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, manajemen kardiovaskular, manajemen nyeri, serta edukasi terkait aktivitas yang aman bagi pasien.
Contoh intervensi spesifik:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan dan pantau saturasi oksigen.
3. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai toleransi, seperti mobilisasi bertahap.
4. Berikan manajemen nyeri yang adekuat untuk mengurangi nyeri dada.
5. Edukasikan kepada pasien dan keluarga tentang aktivitas yang aman dan manajemen gejala.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan utama dan intervensi yang sesuai untuk kasus ini. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 5802 | 15 Nov 2024
Klinis : 2. Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat diruang interna dengan tumor otak . Hasil pengkajian : sakit kepala skala 5 dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat saat ini, pasien tampak lemah, pasien tampak memegang kepalanya dan meringis, kekuatan otot 2 pada ekstremitas sebelah kanan, ADL dibantu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan tumor otak
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Karakteristik: Melaporkan nyeri, ekspresi wajah yang menunjukkan rasa sakit, perubahan tanda-tanda vital, perilaku protektif.
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera biologis (tumor otak).
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan perilaku yang mengindikasikan kontrol nyeri yang efektif.
- Indikator:
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2) Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
3) Pasien menunjukkan perilaku yang mengindikasikan kontrol nyeri yang efektif.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi:
1) Manajemen Nyeri
- Tujuan: Membantu pasien untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi nyeri.
- Aktivitas: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
2) Peningkatan Mobilitas
- Tujuan: Memfasilitasi mobilitas pasien sesuai kemampuan.
- Aktivitas: Membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari, memfasilitasi latihan gerak pasif dan aktif pada ekstremitas.
Dalam konteks ini, perawat akan berfokus pada manajemen nyeri dan peningkatan mobilitas pasien untuk membantu pasien mengatasi nyeri kepala dan meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 5803 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya karena marah-marah dan mengamuk dirumah. Dia sering membanting barang-barang, kalau marah susah dikendalikan, kalau diajak bicara malah menantang. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. sebutkanpula SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang untuk pasien dan obat-obatan yang sesuai untuknya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien tersebut memiliki gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis gangguan bipolar. Berikut adalah penjelasan lebih detail:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F31.9
- Deskripsi: Gangguan bipolar, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.24
- Deskripsi: Observasi psikiatri, 24 jam atau lebih
3. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Diagnosis Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
- Kode SDKI: 00138
4. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran Keperawatan: Kontrol Agresi
- Kode SLKI: 1205
5. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Marah
- Kode SIKI: 5330
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, dan fungsi ginjal untuk mengetahui kondisi umum pasien.
- Pemeriksaan psikologis atau asesmen psikiatri untuk mengevaluasi kondisi mental pasien.
7. Pengobatan:
- Pemberian obat-obatan antipsikotik, seperti olanzapine atau risperidone, untuk mengendalikan gejala agitasi dan perilaku kekerasan.
- Pemberian obat-obatan stabilisator suasana hati, seperti lithium atau valproat, untuk menstabilkan mood pasien.
- Terapi psikososial, seperti psikoterapi dan konseling, untuk membantu pasien mengelola emosi dan perilaku yang menyimpang.
Diagnosa dan tatalaksana yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien secara individual, serta mempertimbangkan riwayat medis dan faktor-faktor psikososial lainnya. Kolaborasi antara dokter, perawat, dan tim kesehatan mental lainnya diperlukan untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terbaik bagi pasien. -
Article No. 5804 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya karena marah-marah dan mengamuk dirumah. Dia sering membanting barang-barang, kalau marah susah dikendalikan, kalau diajak bicara malah menantang. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI. sebutkanpula SLKI, SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang untuk pasien dan obat-obatan yang sesuai untuknya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan ICD:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (ICD: RC-00004)
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI: 13042)
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Rencana Asuhan Keperawatan:
SLKI:
1. Kontrol Emosi (SLKI: L-02-01)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan emosi yang berlebihan.
2. Manajemen Marah (SLKI: L-02-02)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol dan mengekspresikan amarah dengan cara yang tepat.
SIKI:
1. Pembatasan Lingkungan (SIKI: 00238)
- Definisi: Tindakan untuk membatasi stimulasi eksternal pada individu yang berpotensi berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain.
2. Manajemen Perilaku (SIKI: 00312)
- Definisi: Tindakan untuk membantu individu mengontrol perilaku yang tidak sesuai.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Laboratorium:
- Profil Hematologi
- Profil Biokimia
- Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Obat-obatan:
1. Antipsikotik (misalnya Haloperidol, Risperidon, Olanzapin)
2. Anxiolitik (misalnya Diazepam, Lorazepam)
3. Mood Stabilizer (misalnya Valproat, Karbamazepin)
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien tersebut mengalami Risiko Perilaku Kekerasan, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam mengontrol emosi dan marah, serta pembatasan lingkungan dan manajemen perilaku. Pemeriksaan penunjang dan obat-obatan diberikan untuk mendukung penanganan yang komprehensif. -
Article No. 5805 | 15 Nov 2024
Klinis : sulit batuk, slem produktif,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih dari sekret atau obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring frekuensi, kedalaman, dan irama napas
2. Memposisikan pasien untuk memudahkan drainase sekret
3. Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret
4. Mengajarkan teknik batuk efektif
5. Memberikan hidrasi yang adekuat untuk melunakkan sekret
6. Kolaborasi pemberian terapi oksigen, bronkodilator, atau mukolitik jika indikasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik dan melakukan intervensi yang sesuai untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.