Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20650 | 11 Aug 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut biasanya bersifat tiba-tiba, dapat diprediksi, dan berlangsung dalam waktu singkat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat mempertahankan aktivitas fungsional sehari-hari sesuai dengan toleransi nyeri.
4. Pasien dapat menunjukkan perilaku kooperatif selama intervensi penanganan nyeri.
5. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor pencetus nyeri dan strategi untuk menghindarinya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk mengidentifikasi karakteristik, penyebab, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai untuk mengatasi nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan teknik visualisasi.
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebabnya, dan strategi penanganan nyeri.
5. Lakukan monitoring tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri yang diberikan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
7. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengatasi dampak nyeri.
8. Dokumentasikan secara komprehensif semua tindakan dan respon pasien terhadap intervensi nyeri.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan nyeri akut merupakan masalah keperawatan yang umum dijumpai dalam praktik keperawatan. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis. Perawat berperan penting dalam mengkaji, merencanakan, dan mengevaluasi intervensi yang tepat untuk mengatasi nyeri akut yang dialami pasien.
Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, pemeliharaan aktivitas fungsional, perilaku kooperatif selama intervensi, serta identifikasi faktor pencetus dan strategi pencegahannya. Tujuan-tujuan ini menggambarkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi pengkajian nyeri komprehensif, kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk terapi farmakologis, pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, edukasi bagi pasien dan keluarga, monitoring tanda-tanda vital, evaluasi efektivitas intervensi, dukungan emosional, serta dokumentasi yang lengkap. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi nyeri akut secara holistik.
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk membantu pasien mengatasi nyeri akut, mempertahankan fungsi dan kualitas hidup, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri secara mandiri. Peran perawat sebagai mitra dalam proses perawatan sangat krusial untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 20587 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien anak umur 2 tahun dengan kejang 1x dan demam naik turun, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kejang Epileptik Berhubungan Dengan Demam
- Definisi: Keadaan yang berisiko mengalami kejang berulang akibat peningkatan suhu tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Demam, riwayat kejang, usia muda.
- Gejala dan Tanda: Perubahan pola tidur, perubahan perilaku, menggigil, peningkatan suhu tubuh.
Luaran/Output SLKI:
1. Kontrol Kejang
- Definisi: Kemampuan individu atau keluarga untuk mengenali tanda dan gejala kejang serta melakukan tindakan yang tepat.
- Indikator:
a. Mengenali tanda dan gejala kejang
b. Melakukan tindakan pertolongan pertama saat kejang
c. Mencegah terjadinya cedera saat kejang
d. Mengelola faktor pencetus kejang
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Kejang
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah, mengenali, dan menangani kejang.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji tanda dan gejala kejang
b. Letakkan pasien dalam posisi aman
c. Amankan area sekitar pasien
d. Berikan oksigen jika pernapasan terganggu
e. Berikan antikonvulsan sesuai instruksi medis
f. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
g. Kaji dan identifikasi faktor pencetus kejang
h. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Pasien anak umur 2 tahun dengan kejang 1x dan demam naik turun memiliki risiko mengalami kejang epileptik berhubungan dengan demam. Hal ini karena usia muda dan riwayat kejang merupakan faktor yang berhubungan dengan risiko kejang epileptik akibat peningkatan suhu tubuh.
2. Luaran/Output SLKI: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien atau keluarga dapat mencapai kontrol kejang. Hal ini ditandai dengan kemampuan mereka dalam mengenali tanda dan gejala kejang, melakukan tindakan pertolongan pertama yang tepat, mencegah terjadinya cedera saat kejang, serta mengelola faktor pencetus kejang.
3. Intervensi Keperawatan SIKI: Intervensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran kontrol kejang meliputi manajemen kejang. Aktivitas keperawatan yang dilakukan antara lain mengkaji tanda dan gejala kejang, meletakkan pasien dalam posisi aman, mengamankan area sekitar, memberikan oksigen jika pernapasan terganggu, memberikan antikonvulsan sesuai instruksi medis, memantau tanda-tanda vital, mengkaji dan mengidentifikasi faktor pencetus kejang, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, perawat -
Article No. 20588 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Risiko kejang berhubungan dengan demam
Definisi: Rentan mengalami kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Pasien anak berusia 2 tahun dengan demam naik turun memiliki risiko mengalami kejang. Demam pada anak dapat memicu terjadinya kejang, terutama pada usia dini. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan ini tepat untuk menggambarkan kondisi pasien dan fokus perawatan yang dibutuhkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Tidak terjadi kejang
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh stabil dalam batas normal
- Tidak terjadi episode kejang selama perawatan
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
b. Pengetahuan keluarga tentang manajemen demam dan pencegahan kejang meningkat
Kriteria hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan gejala demam pada anak
- Keluarga dapat menjelaskan teknik manajemen demam yang tepat, seperti pemberian antipiretik, kompres hangat, dan lain-lain
- Keluarga dapat menjelaskan tindakan yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang
Luaran ini bertujuan untuk memastikan tidak terjadi kejang pada pasien dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengelola demam serta mencegah kejang pada anak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Pemantauan tanda-tanda vital
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Pantau adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
b. Manajemen demam
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi
- Lakukan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan keluarga untuk memberikan asupan cairan yang cukup
c. Pencegahan kejang
- Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
- Ajarkan keluarga tentang tindakan pertolongan pertama jika anak mengalami kejang
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiepilepsi jika diperlukan
d. Edukasi keluarga
- Berikan edukasi tentang penyebab, tanda, dan gejala demam pada anak
- Ajarkan teknik manajemen demam yang tepat, seperti pemberian antipiretik, kompres hangat, dan lain-lain
- Ajarkan tindakan yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang
Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang, menurunkan demam, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam mengelola demam dan mencegah kejang pada anak. -
Article No. 20589 | 10 Aug 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi nyeri akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu. Nyeri akut memiliki onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu singkat kurang dari 3 bulan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tingkat Nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dari sedang/berat menjadi ringan atau tidak ada nyeri.
2. Kontrol Nyeri: Pasien akan mampu mengontrol nyeri yang dirasakan dengan menggunakan teknik-teknik penanganan nyeri yang efektif.
3. Perilaku Mengatasi Nyeri: Pasien akan menunjukkan perilaku yang efektif dalam mengatasi nyeri, seperti menggunakan teknik relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
4. Kualitas Tidur: Pasien akan menunjukkan peningkatan kualitas tidur yang ditandai dengan pola tidur yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan pada kondisi nyeri akut adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi/pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik atau terapi lain yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologi untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, atau terapi komplementer.
- Motivasi pasien untuk menggunakan teknik-teknik yang efektif dalam mengatasi nyeri.
2. Peningkatan Tidur:
- Kaji pola dan kualitas tidur pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri, kecemasan, atau lingkungan yang tidak nyaman.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti pengaturan lingkungan yang mendukung tidur, teknik relaksasi, atau pemberian obat tidur jika perlu.
- Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berdasarkan standar yang ada, diharapkan pasien dengan kondisi nyeri akut dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri, peningkatan perilaku mengatasi nyeri, serta peningkatan kualitas tidur. -
Article No. 20590 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien perempuan umur 70 tahun dengan diagnosa adhf,dm dan hipertensi dengan oedem kaki dan ada suara ronkhi pada paru paru,mengeluhkan sesak, kardiomegali
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif (ADHF)
2. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi
3. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
4. Kode ICD-10:
- Kode: R60.1
- Deskripsi: Edema kaki
5. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea
6. Kode ICD-10:
- Kode: R19.1
- Deskripsi: Pembesaran organ (Kardiomegali)
7. Kode ICD-10:
- Kode: R09.1
- Deskripsi: Suara ronkhi pada paru-paru
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang spesifik tercantum, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur.
Penjelasan rinci:
1. Gagal jantung kongestif (ADHF) - Pasien memiliki gejala sesak napas, edema kaki, dan kardiomegali, yang menunjukkan kondisi gagal jantung kongestif.
2. Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi - Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 yang belum menunjukkan komplikasi.
3. Hipertensi esensial (primer) - Pasien memiliki riwayat hipertensi, yang merupakan hipertensi esensial atau primer.
4. Edema kaki - Pasien mengalami pembengkakan atau edema pada kaki.
5. Dispnea - Pasien mengeluhkan sesak napas.
6. Kardiomegali - Pembesaran jantung terlihat pada pemeriksaan.
7. Suara ronkhi pada paru-paru - Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara ronkhi pada paru-paru pasien. -
Article No. 20592 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien perempuan umur 70 tahun dengan diagnosa adhf,dm dan hipertensi dengan oedem kaki dan ada suara ronkhi pada paru paru,mengeluhkan sesak, kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau trakeal-alveolar.
Faktor yang Berhubungan:
- Penyakit kardiovaskular (Gagal jantung)
- Penyakit ginjal
- Obat-obatan
- Pembatasan natrium
- Pembatasan cairan
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Faktor yang Berhubungan:
- Hipersekresi mukus
- Kelemahan otot pernapasan
- Peningkatan produksi sekret
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Berat badan stabil
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Pola napas efektif
- Tidak ada suara napas tambahan
- Klien dapat batuk dan bernapas dalam secara efektif
- Sekresi saluran napas minimal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Pantau intake dan output cairan
- Timbang berat badan harian
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik, agen anti-hipertensi, dan pembatasan cairan
- Ajarkan klien tentang pembatasan cairan dan natrium
- Observasi tanda-tanda edema
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Pantau pola napas dan suara napas tambahan
- Lakukan fisioterapi dada dan teknik batuk yang efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan klien teknik batuk dan napas dalam yang efektif
- Bantu klien untuk mempertahankan posisi yang nyaman
Penjelasan Rinci:
Pasien perempuan berusia 70 tahun dengan diagnosa ADHF (Acute Decompensated Heart Failure), DM, dan hipertensi menunjukkan gejala klinis yang mengindikasikan adanya kelebihan volume cairan dan bersihan jalan napas yang tidak efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (gagal jantung), penyakit ginjal, dan diabetes mellitus.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Kelebihan Volume Cairan (00026) dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031). Kelebihan volume cairan dapat ditandai dengan edema kaki dan kardiomegali, sedangkan bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara ronki pada paru-paru dan keluhan sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya tanda-tanda edema, seimbangnya intake dan output cairan, serta berat badan yang stabil untuk Kelebihan Volume Cairan (00026). Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031), diharapkan pola napas yang efektif, tidak ada suara napas tambahan, kemampuan klien untuk batuk dan bernapas dalam secara efektif, serta sekresi saluran napas yang minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta berat badan harian. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik, agen anti-hipertensi, dan pembatasan cairan juga diperlukan. Selain itu, edukasi kepada klien tentang pembatasan cairan dan natrium, serta observasi tanda-tanda edema juga penting dilakukan.
Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031), intervensi yang diperlukan adalah pemantauan pola napas dan suara napas tambahan, fisioterapi dada dan teknik batuk yang efektif, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik, pemberian oksigen sesuai kebutuhan, serta edukasi kepada klien tentang teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim medis, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan membantu pasien dalam pemulihan kondisinya. -
Article No. 20593 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan latar belakang dan masalah nutrisi yang disampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O26.0
- Deskripsi: Defisiensi asam folat dalam kehamilan
Penjelasan:
Kode ICD-10 O26.0 (Defisiensi asam folat dalam kehamilan) sesuai dengan kondisi Sarah, yang mengalami kekurangan asam folat selama awal kehamilan. Kondisi ini meningkatkan risiko cacat tabung saraf pada janin, seperti spina bifida.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V78.2
- Deskripsi: Skrining prenatal untuk kelainan tabung saraf
Penjelasan:
Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, dapat diasumsikan bahwa dokter melakukan skrining prenatal untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan tabung saraf pada janin. Kode ICD-9-CM V78.2 (Skrining prenatal untuk kelainan tabung saraf) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemeriksaan ini.
Selain itu, dokter juga memberikan edukasi intensif kepada Sarah mengenai pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan intervensi terhadap risiko cacat lahir akibat defisiensi asam folat. -
Article No. 20594 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan latar belakang kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Nutrisi Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan (SDKI Kode: 00235)
Penjelasan Singkat:
Risiko Ketidakefektifan Nutrisi Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat, yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00235
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1814
Judul: Pengetahuan: Manajemen Nutrisi
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang perencanaan dan pelaksanaan nutrisi yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6550
Judul: Edukasi Nutrisi
Definisi: Membantu individu memahami dan menerapkan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang sehat.
Dalam kasus ini, Sarah berisiko mengalami Risiko Ketidakefektifan Nutrisi Berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan karena ia sering melewatkan sarapan, tidak menyukai sayuran hijau, dan tidak mengonsumsi suplemen asam folat selama awal kehamilan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Edukasi Nutrisi, yang bertujuan untuk membantu Sarah memahami dan menerapkan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang sehat, terutama asupan asam folat selama kehamilan. -
Article No. 20595 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan latar belakang dan masalah nutrisi yang disampaikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nutrisi Tidak Adekuat: Kebutuhan Tubuh Kurang
- Definisi: Asupan makanan dan/atau zat gizi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Berat badan tidak sesuai usia gestasi, intake makanan tidak adekuat, ditemukan defisiensi nutrisi spesifik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemenuhan Nutrisi
- Kriteria Hasil:
- Asupan nutrisi mencapai kebutuhan tubuh
- Tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi
- Berat badan sesuai usia gestasi
- Tidak ada komplikasi kesehatan terkait defisiensi nutrisi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi dan pola makan
- Edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan, terutama asam folat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen asam folat
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk rencana diet yang kaya asam folat
- Monitor asupan nutrisi dan progress berat badan
- Evaluasi dan modifikasi intervensi sesuai respon pasien
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Nutrisi Tidak Adekuat: Kebutuhan Tubuh Kurang" dipilih karena Sarah memiliki defisiensi asam folat, yang merupakan zat gizi penting untuk perkembangan janin. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan serius, sehingga perlu segera diatasi.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Pemenuhan Nutrisi, dimana asupan nutrisi, terutama asam folat, dapat tercukupi sehingga tidak ada tanda-tanda defisiensi dan perkembangan janin dapat berjalan normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Nutrisi, yaitu pengkajian status nutrisi, edukasi, kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk pemberian suplemen dan rencana diet yang tepat, serta monitor dan evaluasi secara berkala. Tujuannya adalah untuk memastikan kebutuhan nutrisi Sarah dan janin terpenuhi. -
Article No. 20596 | 10 Aug 2025
Klinis : Latar Belakang: Sarah usia 28 tahun adalah seorang desainer grafis yang sibuk dan sering melewatkan sarapan. Ia juga tidak terlalu menyukai sayuran hijau. Sebelum dan selama awal kehamilan, ia tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena ia merasa "cukup sehat." Masalah Nutrisi: Selama pemeriksaan rutin trimester pertama, dokter menemukan bahwa kadar asam folat Sarah sangat rendah. Kekurangan asam folat pada awal kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir serius pada janin, seperti spina bifida (cacat tabung saraf). Dampak: Dokter memberikan edukasi intensif kepada Sarah tentang pentingnya asam folat untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang janin. Sarah kini harus mengonsumsi suplemen asam folat dosis tinggi setiap hari dan menambah asupan makanan kaya folat seperti bayam, brokoli, dan kacang-kacangan. Ia merasa sangat menyesal karena kurangnya pengetahuan ini berpotensi membahayakan bayinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami risiko kekurangan asupan makanan dan/atau cairan yang dibutuhkan untuk metabolisme normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator:
a. Mencapai/mempertahankan berat badan yang sesuai untuk usia dan kondisi
b. Tingkat energi dalam rentang normal
c. Tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien (riwayat makan, berat badan, dll.)
- Identifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai, termasuk asupan asam folat yang cukup
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat selama kehamilan, terutama asam folat
- Monitor asupan nutrisi dan respons pasien terhadap intervensi
2. Peningkatan Pengetahuan
- Identifikasi pemahaman pasien tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan
- Berikan edukasi tentang sumber-sumber makanan kaya asam folat dan pentingnya suplemen asam folat
- Dorong pasien untuk aktif bertanya dan terlibat dalam perencanaan diet
3. Dukungan Emosional
- Diskusikan perasaan pasien terkait kondisinya dan kemungkinan dampak pada janin
- Berikan dukungan dan validasi atas upaya pasien untuk memperbaiki asupan nutrisi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memberi dukungan komprehensif
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" sesuai dengan kondisi Sarah yang memiliki riwayat asupan asam folat yang tidak adekuat selama awal kehamilan. Luaran yang diharapkan adalah tercapainya keseimbangan nutrisi, ditandai dengan berat badan yang sesuai, energi yang memadai, dan tidak ada tanda-tanda defisiensi nutrisi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, peningkatan pengetahuan, dan dukungan emosional untuk membantu Sarah mencapai tujuan tersebut.