Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7934 | 04 Dec 2024
Klinis : pasien kejang kompleks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan kejang kompleks.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Aktivitas Tidur (00198)
- Definisi: Perubahan kuantitas dan kualitas pola tidur yang menyebabkan gangguan fungsi sehari-hari.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan neurologis, seperti kejang kompleks.
2. Risiko Aspirasi (00039)
- Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, sekret, benda padat, atau gas ke dalam saluran napas.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan refleks batuk dan menelan, serta perubahan kesadaran akibat kejang.
3. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (00204)
- Definisi: Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan aktivitas otonom akibat kejang.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam kasus ini, SDKI terkait dengan gangguan pola tidur, risiko aspirasi, dan gangguan perfusi jaringan serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Luaran yang dapat diharapkan dalam kasus ini antara lain:
- Pola tidur yang membaik
- Tidak terjadi aspirasi
- Perfusi jaringan serebral yang membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan dalam kasus ini antara lain:
- Manajemen Aktivitas Tidur
- Pencegahan Aspirasi
- Manajemen Perfusi Serebral
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi spesifik pasien, serta menggunakan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7935 | 04 Dec 2024
Klinis : Pasien dengan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan respirasi yang memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor Terkait:
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Gejala dan Tanda Mayor:
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Perubahan pola pernapasan
- Perubahan warna kulit dan membran mukosa
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00030
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan respirasi yang memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Perubahan frekuensi, kedalaman, dan pola pernapasan, serta perubahan warna kulit dan membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00401
- Judul: Pertukaran Gas
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan respirasi yang memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kriteria Hasil:
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
2. Kedalaman pernapasan dalam rentang normal
3. Pola pernapasan dalam rentang normal
4. Warna kulit dan membran mukosa normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00030
- Judul: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan jalan napas yang efektif.
- Aktivitas Keperawatan:
1. Pantau status pernapasan
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Latih teknik pernapasan
Dalam konteks ini, perawat berperan dalam mengevaluasi kondisi pernapasan pasien, memberikan intervensi yang sesuai, dan memantau perkembangan pasien untuk memastikan pertukaran gas yang adekuat. -
Article No. 7687 | 03 Dec 2024
Klinis : defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Penjelasan:
Defisit Nutrisi adalah keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan nafsu makan, makan yang tidak teratur, malabsorpsi, atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah penjelasan singkat terkait kondisi Defisit Nutrisi:
SDKI:
Definisi: Ketidakcukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Mayor: Penurunan berat badan, penurunan intake makanan, perubahan laboratorium terkait nutrisi.
Karakteristik Minor: Kelemahan, perubahan turgor kulit, perubahan kadar serum albumin, perubahan kadar hemoglobin.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, Klien menunjukkan berat badan yang stabil, Klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
SIKI:
Intervensi Keperawatan: Asuhan Nutrisi, Manajemen Berat Badan, Terapi Nutrisi, Monitor Status Nutrisi.
Secara akademis, sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat memberikan penjelasan lebih rinci terkait diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Defisit Nutrisi. -
Article No. 7688 | 03 Dec 2024
Klinis : Ny. V, usia 36 tahun, G2P1A0 hamil 37 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan merasakan pusing dan pandangan kabur. Hasil pengkajian: TD 150/90 mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 20 x/menit, DJJ 160 x/menit, proteinuria +2, tampak edema di wajah dan kaki. Ada riwayat hipertensi Setelah dilakukan observasi selama 4 jam Ibu mulai merasakan kontraksi uterus yang teratur 3-4 kali dalam 10 menit dengan durasi 35 detik. Keluar lendir darah dengan jumlah sedang. Perawat kembali melakukan monitoring kemajuan persalinan dan memotivasi ibu untuk tetap semangat menjalani proses kelahirannya. 4 jam kemudian ibu mengatakan sudah ingin mengejan, pembukaan sudah lengkap, perineum menonjol dan anus membuka. Kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 45 detik, dan kuat apa diagnosa SDKI SLKI SIKI yang bisa muncul di periode intranatal terkait kasus di atas, tolong beri kode nya juga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Sindrom Hipertensi Kehamilan (00978)
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00025)
3. Inpartu (00007)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Sindrom Hipertensi Kehamilan (NOC 0929)
- Stabilitas Tekanan Darah: Tanda-tanda vital stabil, tekanan darah dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda preeklampsia/eklampsia.
- Pengetahuan: Peningkatan pengetahuan klien tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan penanganannya.
- Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan: Klien aktif berpartisipasi dalam pemantauan kondisi kehamilan dan segera melaporkan tanda-tanda bahaya.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (NOC 0604)
- Status Neurologi: Peningkatan status neurologis, tidak ada tanda-tanda pusing atau pandangan kabur.
- Fungsi Kognitif: Peningkatan fungsi kognitif, klien mampu berespons dengan baik terhadap pertanyaan dan perintah.
- Tanda-tanda Vital: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada peningkatan tekanan darah.
3. Inpartu (NOC 0875)
- Kecukupan Kontraksi Uterus: Kontraksi uterus efektif, teratur, dan adekuat untuk kemajuan persalinan.
- Kemajuan Persalinan: Pembukaan serviks, penurunan bagian presentasi, dan penipisan serviks sesuai dengan fase persalinan.
- Pemantauan Fetal: Detak jantung janin dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda distress janin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Sindrom Hipertensi Kehamilan (NIC 6680, 6710, 6720)
- Pemantauan Tanda-tanda Vital: Pemantauan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara berkala.
- Manajemen Hipertensi: Pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi, modifikasi gaya hidup.
- Edukasi Kesehatan: Edukasi klien dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, pentingnya kontrol kehamilan, dan pemantauan gejala.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (NIC 6680, 2620, 2260)
- Pemantauan Tanda-tanda Vital: Pemantauan tekanan darah, nadi, respirasi, dan status neurologis secara berkala.
- Manajemen Tekanan Intrakranial: Pengaturan posisi kepala, manajemen pemberian oksigen, dan pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Terapi Oksigen: Pemberian oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
3. Inpartu (NIC 6720, 6772, 6730)
- Edukasi Kesehatan: Edukasi klien dan keluarga tentang kemajuan persalinan, kontraksi uterus, dan tindakan yang harus dilakukan.
- Dukungan Emosional: Pemberian dukungan emosional, motivasi, dan pendampingan selama proses persalinan.
- Manajemen Persalinan: Pemantauan kemajuan persalinan, penanganan komplikasi, serta pengelolaan nyeri persalinan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang muncul terkait dengan kasus ini adalah Risiko Sindrom Hipertensi Kehamilan, Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral, dan Inpartu. Setiap diagnosa ini memiliki luaran SLKI yang harus dicapai, seperti stabilitas tanda-tanda vital, peningkatan pengetahuan, dan kemajuan persalinan yang adekuat. Intervensi keperawatan SIKI yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipertensi dan cedera otak, serta edukasi kesehatan dan dukungan emosional selama proses persalinan. Penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kondisi ibu dan janin akan membantu mencapai tujuan yang diharapkan. -
Article No. 7689 | 03 Dec 2024
Klinis : Ny. V, usia 36 tahun, G2P1A0 hamil 37 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan merasakan pusing dan pandangan kabur. Hasil pengkajian: TD 150/90 mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 20 x/menit, DJJ 160 x/menit, proteinuria +2, tampak edema di wajah dan kaki. Ada riwayat hipertensi Setelah dilakukan observasi selama 4 jam Ibu mulai merasakan kontraksi uterus yang teratur 3-4 kali dalam 10 menit dengan durasi 35 detik. Keluar lendir darah dengan jumlah sedang. Perawat kembali melakukan monitoring kemajuan persalinan dan memotivasi ibu untuk tetap semangat menjalani proses kelahirannya. 4 jam kemudian ibu mengatakan sudah ingin mengejan, pembukaan sudah lengkap, perineum menonjol dan anus membuka. Kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 45 detik, dan kuat apa diagnosa SDKI SLKI SIKI yang bisa muncul di periode intranatal terkait kasus di atas, tolong beri kode nya juga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu V yang terhormat. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi Ibu V berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko komplikasi persalinan (kode: 00211)
Definisi: Keadaan di mana ibu hamil berisiko mengalami komplikasi selama proses persalinan.
Faktor Risiko: Hipertensi, proteinuria, edema, kontraksi uterus yang tidak teratur.
2. Kesiapan proses kelahiran (kode: 00208)
Definisi: Keadaan di mana ibu hamil memperlihatkan tanda-tanda awal proses kelahiran.
Karakteristik Definisi: Kontraksi uterus yang teratur, penipisan dan pembukaan serviks, serta keluarnya lendir darah.
Diagnosa Keperawatan SLKI:
1. Manajemen Komplikasi Persalinan (kode: 30022)
Definisi: Upaya perawat dalam mengelola komplikasi yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
Luaran yang Diharapkan: Kondisi ibu dan janin stabil, tidak terjadi komplikasi yang membahayakan.
2. Dukungan Emosional (kode: 30054)
Definisi: Upaya perawat dalam memberikan dukungan emosional kepada ibu selama proses persalinan.
Luaran yang Diharapkan: Ibu merasa tenang, rileks, dan termotivasi dalam menghadapi proses kelahiran.
Diagnosa Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Hipertensi dalam Kehamilan (kode: 30036)
Definisi: Tindakan perawat dalam mengelola kondisi hipertensi yang terjadi selama kehamilan.
Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat-obatan antihipertensi, edukasi gaya hidup sehat.
2. Manajemen Persalinan (kode: 30024)
Definisi: Tindakan perawat dalam mengelola proses kelahiran, mulai dari tahap awal hingga akhir persalinan.
Intervensi: Memantau kemajuan persalinan, memberikan dukungan emosional, mengkaji tanda-tanda vital ibu dan janin.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu V dalam memahami kondisi kesehatannya saat ini. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Saya siap memberikan bantuan dan dukungan terbaik bagi Ibu V. -
Article No. 7690 | 03 Dec 2024
Klinis : Isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi Isolasi Sosial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Isolasi Sosial adalah "Gangguan Interaksi Sosial" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Gangguan Interaksi Sosial didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam memulai dan mempertahankan hubungan interpersonal yang memuaskan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti harga diri rendah, depresi, kecemasan, atau penyakit kronis yang membatasi kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan luaran atau hasil yang ingin dicapai adalah "Peningkatan Interaksi Sosial" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Peningkatan Interaksi Sosial didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memulai, mempertahankan, dan mengembangkan hubungan interpersonal yang memuaskan. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pencapaian luaran ini mencakup kemampuan individu dalam memulai percakapan, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dalam situasi sosial.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Peningkatan Interaksi Sosial", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Terapi Kelompok: Memfasilitasi individu untuk berpartisipasi dalam kelompok sosial atau terapi kelompok untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial.
2. Terapi Aktivitas: Mengembangkan dan mendorong partisipasi individu dalam aktivitas sosial atau rekreasi untuk meningkatkan interaksi dan koneksi dengan orang lain.
3. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional, empati, dan validasi perasaan individu untuk meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri dalam berinteraksi.
4. Manajemen Stres: Mengajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan atau hambatan yang dapat mengganggu interaksi sosial.
5. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi tentang pentingnya interaksi sosial bagi kesehatan mental dan fisik, serta cara-cara untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat.
Dengan penerapan intervensi-intervensi ini secara komprehensif, diharapkan dapat membantu individu dengan kondisi Isolasi Sosial untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 7691 | 03 Dec 2024
Klinis : Defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Defisit Pengetahuan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi defisit pengetahuan adalah "Defisit Pengetahuan" (00126). Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai "Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu". Kondisi ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kurangnya paparan informasi, keterbatasan kemampuan memproses informasi, atau ketidakmampuan mengingat informasi yang telah diterima.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk kondisi Defisit Pengetahuan adalah "Peningkatan Pengetahuan" (1824). Peningkatan Pengetahuan didefinisikan sebagai "Perolehan atau perbaikan informasi kognitif". Luaran ini mencakup indikator-indikator seperti:
a. Klien dapat menjelaskan penyebab masalah kesehatannya.
b. Klien dapat menjelaskan rencana perawatan yang direkomendasikan.
c. Klien dapat menjelaskan tindakan yang harus dilakukan untuk mengelola masalah kesehatannya.
d. Klien dapat menyebutkan sumber informasi yang dapat diakses.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Peningkatan Pengetahuan" (1824) pada kondisi Defisit Pengetahuan adalah:
a. Edukasi Kesehatan (5510): Memberikan informasi terstruktur dan terencana kepada klien dan keluarga mengenai kondisi kesehatan, rencana perawatan, dan tindakan yang harus dilakukan.
b. Pengajaran: Individu (5602): Mengajarkan dan mendemonstrasikan tindakan-tindakan spesifik yang harus dilakukan oleh klien, seperti penggunaan obat, perawatan luka, atau latihan fisik.
c. Bimbingan: Proses Penyakit (5614): Memberikan panduan dan dukungan kepada klien dalam memahami proses penyakit yang dialaminya, serta tujuan dan rencana perawatannya.
d. Sarana Pendidikan (5510): Menyediakan sumber informasi yang dapat diakses oleh klien, seperti buku, pamflet, atau video edukasi, untuk memperkuat pemahaman klien.
Tujuan utama dari intervensi-intervensi ini adalah memfasilitasi klien untuk memperoleh informasi yang relevan, memahami kondisi kesehatannya, dan mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengelola masalah kesehatannya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat mencapai Luaran "Peningkatan Pengetahuan" dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses perawatannya. -
Article No. 7692 | 03 Dec 2024
Klinis : Isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Isolasi Sosial:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi isolasi sosial adalah "Gangguan Interaksi Sosial" (Impaired Social Interaction). Gangguan Interaksi Sosial didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara konsisten dan efektif". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecemasan sosial, kurangnya keterampilan sosial, atau pengalaman negatif sebelumnya dalam berinteraksi dengan orang lain.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan untuk mengatasi Gangguan Interaksi Sosial, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran, antara lain:
1. Partisipasi Sosial yang Meningkat: Pasien dapat terlibat dalam kegiatan sosial yang sesuai dengan kemampuannya dan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Komunikasi yang Efektif: Pasien mampu mengekspresikan dirinya secara verbal dan non-verbal serta dapat memahami pesan yang disampaikan oleh orang lain.
3. Peningkatan Harga Diri: Pasien memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri dan merasa diterima oleh lingkungan sosialnya.
4. Pengembangan Strategi Koping: Pasien dapat mengidentifikasi dan menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi tantangan dalam berinteraksi sosial.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, perawat dapat melakukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Terapi Kelompok: Memfasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam kelompok terapi, di mana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain, berlatih keterampilan sosial, dan memperoleh dukungan dari sesama.
2. Pelatihan Keterampilan Sosial: Memberikan edukasi dan latihan kepada pasien terkait keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal, kemampuan memulai dan mempertahankan percakapan, serta mengelola situasi sosial yang sulit.
3. Konseling Individu: Melakukan konseling individual untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat interaksi sosial, seperti kecemasan, rasa rendah diri, atau pengalaman negatif sebelumnya.
4. Pengembangan Dukungan Sosial: Membantu pasien untuk membangun dan memelihara jaringan dukungan sosial, baik dari keluarga, teman, maupun komunitas, sehingga dapat memperoleh rasa aman, diterima, dan dihargai.
5. Terapi Kognitif-Perilaku: Menerapkan pendekatan terapi kognitif-perilaku untuk membantu pasien mengubah pola berpikir dan perilaku yang menghambat interaksi sosial menjadi lebih adaptif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada kebutuhan individu, diharapkan pasien dengan kondisi isolasi sosial dapat mencapai luaran yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 7693 | 03 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penyakit paru, infeksi.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit kronis, paparan lingkungan.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan dalam toleransi melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit pernapasan, gejala tubuh.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mendokumentasikan masalah kesehatan klien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
- SDKI mencakup definisi, faktor yang berhubungan, dan karakteristik definisi dari setiap diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh klien setelah dilakukan intervensi keperawatan.
- SLKI mencakup definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran dari setiap luaran keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- SIKI mencakup definisi, aktivitas, dan kriteria intervensi keperawatan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 7694 | 03 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sesuai dengan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen thoraks, AP dan lateral
Penjelasan:
Kode ICD-10 A15.0 mengacu pada tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikroskopik positif. Hal ini sesuai dengan gejala pasien yang mengalami batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya lesi di paru, yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru.
Kode ICD-9-CM 87.44 untuk rontgen thoraks, AP dan lateral, adalah tindakan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA) dan pemeriksaan lanjutan lainnya mungkin diperlukan untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.