Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5929 | 15 Nov 2024
Klinis : 10. Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun dirawat di ICU. Pasien mengalami syok kardiogenik dan diberikan terapi oleh dokter Dopamin 10 mcg/kg/mnt melalui syringe pump. Berat badan pasien 60 kg. Sediaan obat 10 ml terdapat 200 mg dopamine. Diberikan dalam syringe 50ml.1 mg = 1000 mcg (Rumus : v = dosis x BB x 60 x Volume ) Sediaan obat.Berapa volume yang diberikan setiap jam? A. 7 B. 8 C. 9 D. 10 E. 11
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Penjelasan:
Kondisi pasien dengan syok kardiogenik memerlukan pemberian terapi dopamin untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif, yang mengindikasikan adanya risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan akibat gangguan pada sistem kardiovaskular.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan/atau nutrisi ke jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Efektif, yang ditandai dengan parameter seperti tekanan darah, frekuensi jantung, saturasi oksigen, dan tanda-tanda vital lainnya yang berada dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat
2. Pemberian terapi obat sesuai dengan resep dokter (dalam hal ini pemberian dopamin)
3. Manajemen syok
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Terkait perhitungan volume dopamin yang diberikan, berdasarkan informasi yang diberikan:
Dosis dopamin = 10 mcg/kg/menit
Berat badan pasien = 60 kg
Sediaan obat = 10 ml terdapat 200 mg dopamine
Syringe yang digunakan = 50 ml
Maka, volume dopamin yang diberikan setiap jam adalah:
v = (dosis x BB x 60 x Volume syringe) / Sediaan obat
v = (10 mcg/kg/mnt x 60 kg x 60 mnt/jam x 50 ml) / (200 mg/10 ml)
v = 9 ml/jam
Jadi, jawaban yang tepat adalah C. 9 ml/jam. -
Article No. 5930 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien laki-laki berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas, sesak napas memberat saat beraktifitas, letih dan lemah, serta edema ekstremitas bawah. Hasil X- Ray terdapat Cardiomegali. Pasien mendapatkan terapi digitalis IV. Apakah prioritas tindakan pada pasien ? A. Memantau hemodinamik B. Memantau curah jantung C. Memantau saturasi oksigen D. Memantau pola pernapasan E. Memantau status cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang disediakan, pasien ini tampaknya mengalami kondisi gagal jantung kongestif. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan beban jantung, seperti yang ditunjukkan oleh sesak napas dan edema ekstremitas bawah.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan pola napas: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Peningkatan beban jantung, kelelahan otot pernapasan, dan edema paru.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar, tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Memantau pola pernapasan, auskultasi bunyi napas, bantu pasien untuk posisi yang nyaman, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen dan diuretik.
Berdasarkan informasi yang diberikan, prioritas tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
D. Memantau pola pernapasan
Alasan: Memantau pola pernapasan merupakan intervensi keperawatan yang penting untuk menilai efektivitas ventilasi dan mendeteksi adanya perubahan yang dapat menandakan adanya peningkatan beban jantung atau gangguan pernapasan lainnya. -
Article No. 5931 | 15 Nov 2024
Klinis : 12. Laki-laki (50thn) dengan congestif heart failure, mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.Manakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus tersebut di atas? A. Memberikan pasien minum B. Mengukur balance cairan C. Kolaborasi dengan dokter D. Tidak memberikan pasien minum E. Mengnjurkan pasien untuk membantasi asupan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan congestive heart failure yang mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan (Fluid Volume Imbalance) terkait dengan retensi cairan, yang ditandai dengan keluhan pasien yang sangat haus dan ingin minum terus.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyatakan bahwa Ketidakseimbangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana ada peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, salah satunya adalah Keseimbangan Cairan yang Membaik. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyarankan beberapa intervensi keperawatan, di antaranya:
1. Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan mengelola kebutuhan cairan pasien.
2. Pemantauan status cairan secara ketat, termasuk pengukuran intake dan output cairan.
3. Pembatasan asupan cairan sesuai dengan kondisi klinis pasien.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan asupan cairan.
Tindakan Utama:
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus ini adalah:
C. Kolaborasi dengan dokter
Alasannya, pasien dengan congestive heart failure memerlukan pengelolaan yang komprehensif, termasuk evaluasi dan penanganan medis oleh dokter. Kolaborasi dengan dokter sangat penting untuk mengevaluasi kondisi pasien, menentukan strategi pengurangan retensi cairan yang tepat, dan membuat rencana perawatan yang sesuai. -
Article No. 5932 | 15 Nov 2024
Klinis : 13. Seorang laki-laki usia 54 th dengan keluhan ada luka pada telapak kaki sebelah kiri terkena pecahan kaca 1 minggu yang lalu, terasa nyeri, skala nyeri 4 dan keadaan luka mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, teraba hangat disekitar luka, terdapat pus. Perawat sedang melakukan perawatan luka, saat ini balutan sudah dibuka.Apakah tindakan keperawatan selanjutnya? A. Irigasi luka B. Mengeluarkan pus C. Membersihkan luka D. Menyiapkan NaCl 0,9% E. Ganti sarung tangan steril
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi pada luka, yaitu pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan luka terbuka pada telapak kaki kiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko Infeksi didefinisikan sebagai peningkatan risiko terjadinya infeksi yang disebabkan oleh organisme patogen.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi, dengan kriteria hasil seperti luka tidak mengalami infeksi, tanda-tanda infeksi tidak ada, dan tidak ada peningkatan nyeri.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Irigasi luka dengan NaCl 0,9% untuk membersihkan luka dan mengurangi risiko infeksi.
2. Mengeluarkan pus dari luka untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Membersihkan luka dengan teknik aseptik menggunakan kasa steril untuk mengurangi bakteri dan mencegah infeksi.
4. Menyiapkan NaCl 0,9% sebagai cairan irigasi luka.
5. Mengganti sarung tangan steril saat melakukan perawatan luka untuk mencegah kontaminasi.
Jadi, tindakan keperawatan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah A. Irigasi luka, B. Mengeluarkan pus, C. Membersihkan luka, D. Menyiapkan NaCl 0,9%, dan E. Ganti sarung tangan steril. -
Article No. 5933 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut? A. Resiko infeksi B. Kerusakan integritas kulit C. Nyeri akut D. Ganguan mobilitas fisik E. Gangguan intoleransi aktifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, prioritas diagnosis keperawatan yang tepat untuk pasien tersebut adalah:
B. Kerusakan integritas kulit
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami luka pada telapak kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama 2 bulan. Luka tersebut memiliki karakteristik yang menunjukkan adanya kerusakan integritas kulit, yaitu:
- Luka kotor dengan penumpukan eksudat pada area luka
- Terdapat jaringan mati pada tepian luka
- Warna tepian luka kehitaman
- Skala nyeri 2, menunjukkan adanya nyeri pada luka
Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit, yang mengindikasikan adanya proses inflamasi atau infeksi. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah "Kerusakan integritas kulit".
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dapat digunakan sebagai panduan untuk merumuskan dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 5934 | 15 Nov 2024
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis hipertensi, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial (primer) adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang persisten. Ini merupakan salah satu kondisi yang paling umum ditemukan dalam praktik klinis. Faktor risiko dapat mencakup usia, riwayat keluarga, obesitas, diet tinggi garam, kurang aktivitas fisik, dan stres.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.9
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah, tidak dispesifikasi
Kode ICD-9-CM 93.9 mencakup berbagai prosedur untuk memantau dan mengukur tekanan darah pasien, termasuk pemeriksaan rutin, pengukuran di rumah, atau pemantauan berkelanjutan. Prosedur ini sangat penting dalam diagnosis, pengelolaan, dan pemantauan hipertensi.
Selain itu, kode ICD-9-CM lain yang mungkin terkait dengan hipertensi dan pengelolaannya mencakup:
- 99.27 - Pemberian obat antihipertensi
- 99.23 - Pemberian diuretik
- 00.66 - Pemantauan ambulatori tekanan darah
Pengelolaan hipertensi dapat melibatkan berbagai intervensi, seperti modifikasi gaya hidup, penggunaan obat-obatan antihipertensi, pemantauan berkala, dan tindakan lainnya untuk mencapai kontrol tekanan darah yang optimal. -
Article No. 5935 | 15 Nov 2024
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
Tinggi Tekanan Darah
Penjelasan:
1. Definisi SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Tinggi Tekanan Darah adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi rentang normal.
2. Definisi SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tekanan Darah Terkendali adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik berada dalam rentang normal.
3. Definisi SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Hipertensi adalah serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan Utama:
a. Monitor tekanan darah secara berkala
b. Anjurkan pasien untuk mengurangi asupan garam, lemak, dan alkohol
c. Anjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur
d. Berikan edukasi tentang hipertensi dan pengelolaannya
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan antihipertensi
Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. -
Article No. 5936 | 15 Nov 2024
Klinis : 16. Seorang laki-laki usia 36 tahun di rawat hari pertama di RS dengan diagnosis CKD grade 5.Hasil pemeriksaan terdapat edema anasarka, sesak nafas, BAK tidak lebih dari 50 ml/24 jam. Apakah pengkajian lanjutan yang perlu dilakukan ? A. Urin rutin B. Darah rutin C. Frekuensi nafas D. Balance cairan E. Analisis gas darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan retensi cairan sekunder akibat Penyakit Ginjal Kronis (CKD) Grade 5.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan cairan adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan antara input dan output cairan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau intake dan output cairan, melakukan terapi cairan intravena, dan mengatur diet cairan sesuai kondisi pasien.
Pengkajian Lanjutan yang Perlu Dilakukan:
Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, pengkajian lanjutan yang perlu dilakukan adalah:
A. Urin rutin - Untuk mengetahui volume, berat jenis, dan komposisi urin yang terkait dengan fungsi ginjal.
B. Darah rutin - Untuk mengetahui profil darah yang dapat menggambarkan fungsi ginjal, seperti ureum, kreatinin, elektrolit.
D. Balance cairan - Untuk memantau keseimbangan cairan, mendeteksi adanya retensi cairan, dan menyesuaikan pemberian cairan.
E. Analisis gas darah - Untuk mengetahui keseimbangan asam-basa dan kadar oksigen/karbondioksida yang terkait dengan kondisi sesak napas.
Jadi, pengkajian lanjutan yang paling sesuai untuk kondisi pasien ini adalah urin rutin, darah rutin, balance cairan, dan analisis gas darah. -
Article No. 5937 | 15 Nov 2024
Klinis : Gangguan Rasa Nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI-SLKI-SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Gangguan Rasa Nyaman" dengan gaya akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman
Definisi:
Gangguan Rasa Nyaman adalah keadaan subyektif yang tidak menyenangkan yang dialami individu akibat adanya ancaman, tantangan, atau hambatan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehingga menganggu kenyamanan.
Karakteristik Definisi:
1. Keadaan subyektif yang tidak menyenangkan
2. Adanya ancaman, tantangan, atau hambatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
3. Menganggu kenyamanan individu
Faktor Risiko:
1. Faktor fisik: nyeri, pruritus, mual, kelelahan, perubahan suhu tubuh
2. Faktor psikologis: kecemasan, depresi, stres, ketakutan
3. Faktor lingkungan: suhu, cahaya, kebisingan, privasi yang tidak memadai
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Lingkungan
2. Manajemen Nyeri
3. Terapi Relaksasi
4. Terapi Suportif
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Tingkat Kenyamanan Meningkat
2. Distres Berkurang
3. Kemampuan Mengatasi Masalah Meningkat
Dengan demikian, diagnosa keperawatan "Gangguan Rasa Nyaman" dapat diterapkan pada pasien yang mengalami ketidaknyamanan fisik maupun psikologis, dan perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 5938 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis anemia, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: D64.9
- Deskripsi: Anemia, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah dan komponen darah
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 D64.9 (Anemia, tidak spesifik) merupakan kode yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi anemia tanpa spesifikasi etiologi atau subtype yang lebih spesifik. Ini termasuk dalam kategori "Anemia lainnya" dalam Bab III (Penyakit darah dan organ pembentuk darah) dari Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait Lainnya, Edisi Kesepuluh (ICD-10).
2. Kode ICD-9-CM 99.04 (Transfusi darah dan komponen darah) adalah kode yang digunakan untuk mengidentifikasi prosedur transfusi darah atau komponen darah yang mungkin dilakukan sebagai bagian dari penanganan anemia. Prosedur ini melibatkan pemberian darah atau produk darah lainnya kepada pasien untuk mengatasi defisiensi atau kehilangan darah.
Kode-kode ini digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dalam proses perawatan pasien dengan anemia. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, tagihan yang sesuai, dan analisis epidemiologi yang efektif.