Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5986 | 16 Nov 2024
Klinis : klien merasa takut hal yang belum terjadi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi klien yang merasa takut akan hal yang belum terjadi, dari perspektif perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi klien yang merasa takut akan hal yang belum terjadi adalah "Kecemasan". Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau ketidakpastian yang dirasakan. Klien dengan kondisi ini menunjukkan tanda dan gejala seperti merasa cemas, tegang, khawatir, panik, sulit berkonsentrasi, dan merasa tidak berdaya menghadapi situasi yang belum terjadi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan menurun: Klien dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan sebelum intervensi, yang ditandai dengan penurunan gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang terkait dengan kecemasan.
2. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat: Klien dapat mengidentifikasi dan menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengelola kecemasannya, sehingga menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi situasi yang memicu kecemasan.
3. Fungsi sehari-hari meningkat: Klien dapat melakukan aktivitas harian secara lebih optimal, tanpa hambatan yang signifikan akibat kecemasan yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen kecemasan
- Identifikasi faktor-faktor penyebab kecemasan pada klien
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, napas dalam, visualisasi, distraksi) untuk mengurangi gejala kecemasan
- Bantu klien mengembangkan strategi koping yang efektif untuk menghadapi situasi yang memicu kecemasan
- Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan klien
2. Terapi kognitif
- Bantu klien mengidentifikasi dan menantang pemikiran irasional atau negatif yang memicu kecemasan
- Ajarkan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengembangkan pemikiran yang lebih rasional dan adaptif
- Dorong klien untuk menerapkan pemikiran positif dan self-talk yang konstruktif
3. Terapi aktivitas
- Dukung klien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan dan dapat mengalihkan perhatian dari kecemasan
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk mengurangi ketegangan fisik
- Libatkan keluarga/orang terdekat dalam aktivitas untuk meningkatkan dukungan sosial
4. Konseling dan edukasi
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan manajemen kecemasan
- Lakukan konseling untuk membantu klien memahami dan mengelola kecemasan yang dialami
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental lain (jika diperlukan) untuk memberikan intervensi yang komprehensif
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dapat mencapai tingkat kecemasan yang lebih rendah, meningkatkan kemampuan mengatasi kecemasan, dan meningkatkan fungsi sehari-hari secara optimal. -
Article No. 5987 | 16 Nov 2024
Klinis : Tn N (50 thn) didiagnosa Infark Miokard Akut, sejak satu jam yang lalu. Pada saat bersamaan istrinya meninggal. tim medis termasuk perawat dan keluarga bersepakat untuk tidak menyampaikan berita tersebut kepada Tn N.Manakah pertimbangan prinsip etik yang diutamakan oleh tim medis termasuk perawat dalam menghadapi kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus Tn. N yang didiagnosis Infark Miokard Akut dan kehilangan istri dalam waktu bersamaan, terdapat beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan oleh tim medis termasuk perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Infark Miokard Akut
2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan dan kehilangan pasangan
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak berhubungan dengan Infark Miokard Akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi ketiga diagnosa keperawatan di atas sebagai masalah kesehatan yang membutuhkan intervensi keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) kemudian menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi tersebut. Sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) memberikan panduan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Pertimbangan Prinsip Etik:
Dalam kasus ini, tim medis termasuk perawat harus mempertimbangkan prinsip etik yang paling utama, yaitu prinsip beneficence (berbuat baik) dan non-maleficence (tidak merugikan). Menyembunyikan informasi kematian istri dari Tn. N dapat dianggap sebagai upaya untuk melindunginya dari dampak emosional yang lebih berat, sehingga memenuhi prinsip non-maleficence. Namun, tindakan ini juga perlu mempertimbangkan prinsip autonomy (otonomi) pasien, yaitu hak pasien untuk mendapatkan informasi yang jujur mengenai kondisinya.
Keputusan akhir harus didasarkan pada penilaian komprehensif oleh tim medis, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan Tn. N, dampak psikologis yang mungkin timbul, serta kemampuan Tn. N untuk menerima berita tersebut. Komunikasi yang empatik, dukungan emosional, dan koordinasi yang baik antara tim medis dan keluarga menjadi sangat penting dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 5988 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri ditengkuk dan kepala dengan skala 4. Pasien mual dan muntah hingga 5 kali dan pandangan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan Tekanan Darah 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 26x/menit, akral teraba dingin dan lembab. Berat badan pasien 70Kg, urin output 28cc/jam. Riwayat Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosis Keperawatan Prioritas:
Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan output urin.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan adanya gangguan perfusi jaringan otak, seperti nyeri tengkuk dan kepala, mual, muntah, serta pandangan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah yang signifikan (190/100 mmHg) dan penurunan output urin (28 cc/jam), yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis keperawatan "Ketidakefektifan perfusi jaringan otak" tercantum dalam SDKI. Definisinya adalah "Penurunan sirkulasi darah ke otak, yang dapat mengancam kesehatan." Faktor yang berhubungan antara lain peningkatan tekanan darah, gangguan otoregulasi serebral, dan penurunan curah jantung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosis ini antara lain "Perfusi jaringan serebral", "Tingkat kesadaran", dan "Tanda-tanda vital". Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan otak yang efektif, kesadaran yang baik, dan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain "Pemantauan neurologi", "Manajemen hipertensi", "Manajemen cairan", dan "Edukasi tentang gaya hidup sehat". Tujuannya adalah untuk memantau status neurologis pasien, mengendalikan tekanan darah, mempertahankan keseimbangan cairan, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosis keperawatan prioritas adalah "Ketidakefektifan perfusi jaringan otak" yang harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 5989 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan 26 tahun P1A0 baru saja melahirkan bayi. hasil pengkajian bayi baru lahir ditemukan bahwa warna tubuh kemerahan, denyut nadi >100x/menit, upaya bernafas belum teratur, gerakan aktif, reflek rangsang meringis. Berdasarkan data di atas, berapakah skor APGAR pada bayi baru lahir?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan bahasa dan nada akademis saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital Neonatus
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital Neonatus adalah kondisi di mana bayi baru lahir berisiko mengalami perubahan pada tanda-tanda vital (seperti denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh) yang dapat mengganggu proses adaptasi kehidupan di luar kandungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah bayi baru lahir dapat mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital secara berkala, menjaga suhu tubuh bayi, dan memberikan dukungan pernafasan jika diperlukan.
Skor APGAR:
Berdasarkan data yang disampaikan, skor APGAR bayi baru lahir adalah 8-9. Hal ini menunjukkan bahwa bayi dalam kondisi baik dan adaptasi kehidupan di luar kandungan berjalan dengan lancar.
Skor APGAR terdiri dari 5 parameter: Appearance (warna kulit), Pulse (denyut nadi), Grimace (refleks rangsang), Activity (gerakan), dan Respiration (upaya bernafas). Masing-masing parameter diberi skor 0-2, sehingga skor total berkisar 0-10. Skor APGAR 8-10 menunjukkan kondisi bayi sangat baik.
Jadi, dalam kasus ini, bayi baru lahir memiliki risiko ketidakstabilan tanda-tanda vital neonatus, namun skor APGAR yang tinggi menunjukkan adaptasi kehidupan di luar kandungan berjalan dengan baik. -
Article No. 5990 | 16 Nov 2024
Klinis : BAB cair sudah 1 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi BAB cair yang sudah berlangsung selama 1 minggu, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Diare
- SDKI: Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak terkontrol, encer, dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah untuk memulihkan pola BAB normal dan mencegah komplikasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan meliputi pemberian cairan dan elektrolit, pengaturan diet, pemberian obat, dan pemantauan kondisi pasien.
Penjelasan Singkat:
Diare merupakan kondisi di mana pasien mengalami pengeluaran feses yang tidak normal, encer, dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, konsumsi makanan atau minuman yang tidak tepat, atau kondisi medis lainnya. Tujuan keperawatan adalah untuk memulihkan pola BAB normal dan mencegah komplikasi, seperti dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemberian cairan dan elektrolit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare.
2. Pengaturan diet, seperti pemberian makanan yang mudah dicerna dan kaya serat untuk membantu memulihkan pola BAB normal.
3. Pemberian obat-obatan, seperti antidiare, antiinflamasi, atau antibiotik, jika diperlukan.
4. Pemantauan kondisi pasien, seperti tanda-tanda vital, frekuensi BAB, dan intake-output cairan, untuk mendeteksi komplikasi dan memastikan perkembangan yang baik.
Perawat berperan penting dalam mengelola kondisi diare ini dengan memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu pemulihan dan mencegah komplikasi. -
Article No. 5991 | 16 Nov 2024
Klinis : batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan individu untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Karakteristik Utama: Batuk tidak efektif, suara napas tambahan, sputum berlebih, dispnea.
- Faktor Berhubungan: Penyakit pernapasan, neuromuskular, dan kardiovaskular.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Jalan napas paten, tidak ada suara napas tambahan, frekuensi napas dalam batas normal, sputum dapat dikeluarkan dengan mudah.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas Keperawatan: Auskultasi suara napas, monitor pola napas, berikan posisi yang nyaman, berikan oksigen sesuai kebutuhan, berikan terapi inhalasi, dan latihan batuk efektif.
Dalam hal ini, pasien dengan kondisi batuk membutuhkan intervensi keperawatan yang berfokus pada pemeliharaan dan pembersihan jalan napas yang efektif untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 5992 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat di rumah sakit akibat trauma kepala karena kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian didapatkan data kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 70 x/menit, frekuensi napas 19 x/menit, TD 120/85 mmHg, suhu tubuh 37,6°C. Perawat akan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial (TIK).Apakah informasi yang perlu disampaikan pada pasien tentang hal yang harus dihindari?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko peningkatan tekanan intrakranial (TIK) berhubungan dengan trauma kepala.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko peningkatan tekanan intrakranial (TIK) didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami peningkatan tekanan di dalam rongga kranium yang dapat mengganggu aliran darah dan oksigenasi otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencegah peningkatan TIK selama perawatan di rumah sakit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin.
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah peningkatan TIK.
Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah peningkatan TIK adalah:
1. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial, seperti batuk, bersin, mengejan, atau melakukan Valsava.
2. Hindari posisi tidur yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial, seperti berbaring telentang atau menunduk.
3. Hindari paparan stres atau emosi yang berlebihan.
4. Hindari merokok dan mengonsumsi alkohol.
5. Ikuti instruksi dan saran dari tim medis terkait perawatan dan pemulihan.
Perawat akan memberikan edukasi dan memastikan pasien memahami informasi tersebut agar dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial selama perawatan di rumah sakit. -
Article No. 5993 | 16 Nov 2024
Klinis : gatal di seluruh badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gatal di seluruh badan.
Diagnosa Keperawatan:
Pruritus
Definisi:
Pruritus adalah sensasi tidak nyaman di kulit yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi medis, alergi, atau iritasi kulit, yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pruritus ditandai dengan gejala-gejala seperti rasa gatal di seluruh atau sebagian badan, kulit terlihat merah, dan pasien sering menggaruk untuk mengurangi rasa gatal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan pruritus adalah pasien dapat mengendalikan rasa gatal, mengurangi frekuensi menggaruk, serta tidak terjadi komplikasi seperti infeksi kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi pruritus dapat meliputi pemberian emolien atau pelembab kulit, menghindari iritasi kulit, mengurangi stres, serta pemberian obat anti-gatal sesuai indikasi.
Dalam penanganan pruritus, perawat berperan penting dalam mengidentifikasi penyebab, memberikan edukasi kepada pasien, serta memantau efektivitas intervensi yang diberikan. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 5994 | 16 Nov 2024
Klinis : pasien menyakan kapan segera pindah ruangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang menyatakan kapan segera pindah ruangan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Pindah Ruangan
Definisi:
Kemampuan untuk mempersiapkan diri dan lingkungan untuk pindah ke unit perawatan yang lebih tepat atau ke rumah.
Tanda dan Gejala:
- Pasien menyatakan keinginan untuk pindah ruangan
- Pasien memahami langkah-langkah yang diperlukan untuk pindah ruangan
- Pasien memiliki rencana untuk pindah ruangan
Faktor Terkait:
- Peningkatan kondisi klinis
- Penurunan kebutuhan perawatan intensif
- Perubahan rencana perawatan
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Asesmen kesiapan pindah ruangan
2. Edukasi terkait proses pindah ruangan
3. Koordinasi dengan tim kesehatan terkait rencana pindah ruangan
4. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam mempersiapkan pindah ruangan
5. Evaluasi kesiapan pasien dan keluarga untuk pindah ruangan
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien dan keluarga memahami proses pindah ruangan
2. Pasien dan keluarga terlibat dalam perencanaan pindah ruangan
3. Pasien dan keluarga mempersiapkan diri dan lingkungan untuk pindah ruangan
4. Pindah ruangan terlaksana dengan lancar
Dalam kondisi ini, pasien menyatakan keinginan untuk segera pindah ruangan, menunjukkan kesiapan untuk pindah. Perawat perlu melakukan asesmen, edukasi, koordinasi dengan tim, dan memfasilitasi pasien serta keluarga dalam mempersiapkan pindah ruangan. Hasil yang diharapkan adalah pasien dan keluarga dapat terlibat dalam perencanaan dan mempersiapkan diri sehingga pindah ruangan dapat terlaksana dengan lancar. -
Article No. 5995 | 16 Nov 2024
Klinis : Laki-laki usia 62 tahun diantar ke UGD dengan aphasia akut dan hemiparesis. Hasil CT Scan menunjukkan peningkatan tekanan intracranial.Apakah jenis cairan intavena yang perlu diberikan?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan kerusakan neurologis akut (aphasia akut)
2. Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Komunikasi Verbal: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, merangkai, dan/atau mengekspresikan bahasa lisan dengan efektif.
- Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular: Rentan mengalami perubahan status neurologis dan/atau perfusi jaringan yang tidak stabil.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Komunikasi Verbal: Pasien dapat berkomunikasi secara efektif sesuai kondisinya.
- Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular: Pasien tidak mengalami perburukan kondisi neurologis dan/atau perfusi jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Komunikasi Verbal: Terapi wicara, manajemen lingkungan, fasilitasi komunikasi.
- Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular: Pemantauan tanda vital dan status neurologis, manajemen obat, manajemen cairan.
Terkait jenis cairan intravena yang perlu diberikan, berdasarkan peningkatan tekanan intrakranial, cairan intravena yang disarankan adalah cairan kristaloid isotonis, seperti Ringer Laktat atau Normal Saline, untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta mencegah peningkatan tekanan intrakranial.