Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6109 | 17 Nov 2024
Klinis : Saat Masuk Rumah Sakit Klien datang ke IGD pada hari Rabu, 11 November 2024 pukul 05:00 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak pukul 03.00 Subuh. sesak di sertai batuk berdahak, sebelumnya klien tidak memiliki keluhan apapun, klien memiliki riwayat Asma Bronkial dan sering kambuh. TTV : TD : 110/70 mmHg MAP : 83 N : 105x/menit RR : 28x/ menit S : 36,5°C - Saat Pengkajian Pada saat di kaji pada tanggal 23 September 2024, klien mengatakan masih sesak nafas, sesaknya akan kambuh pada malam hari, dan di sertai batuk berdahak, terdengar whezzing, dengan tanda tanda vital tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 100x/ menit, suhu: 36,2 ℃ frekuensi nafas 24 x/menit. TTV : TD : 100/60 mmHg N : 112x/menit RR : 26x/ menit S : 36,5°C SPO2 : 92%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Bronkospasme, peningkatan sekresi mukus, inflamasi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari sistem pernapasan.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekresi, penurunan mekanisme batuk, dan obstruksi jalan napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Napas Tidak Efektif: Karakteristik utama adalah klien mengalami sesak napas, perubahan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan suara napas abnormal (wheezing).
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Karakteristik utama adalah klien mengalami batuk yang tidak produktif, sputum berlebihan, dan suara napas abnormal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Napas Tidak Efektif: Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menunjukkan pola napas yang efektif, menurunnya sesak napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan yang minimal.
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menunjukkan jalan napas yang bersih, produksi sputum yang berkurang, dan suara napas yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi untuk Gangguan Pola Napas Tidak Efektif: Manajemen airway, manajemen oksigen, manajemen bronkodilator, dan edukasi terkait pola napas.
- Intervensi untuk Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Manajemen jalan napas, manajemen sputum, manajemen bronkodilator, dan edukasi terkait teknik batuk.
Dalam kasus ini, klien mengalami sesak napas, batuk berdahak, dan wheezing yang disebabkan oleh eksaserbasi asma bronkial. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas Tidak Efektif dan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen airway, oksigen, bronkodilator, dan edukasi terkait teknik batuk yang efektif. -
Article No. 6110 | 17 Nov 2024
Klinis : majemen kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi "manajemen kesehatan tidak efektif" yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Klien mampu mengidentifikasi sumber daya untuk memelihara kesehatan.
2. Klien mampu mengelola sumber daya untuk memelihara kesehatan.
3. Klien mampu mempertahankan sumber daya untuk memelihara kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Kesehatan
- Kaji kemampuan klien dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya manajemen kesehatan yang efektif.
- Bantu klien dalam menyusun rencana manajemen kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
- Monitoring dan evaluasi efektivitas manajemen kesehatan yang dilakukan klien.
Sebagai perawat, saya dapat membantu klien dalam meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan yang tidak efektif melalui intervensi keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada klien. Tujuannya adalah agar klien mampu mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan secara optimal. -
Article No. 6111 | 17 Nov 2024
Klinis : majemen kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen kesehatan tidak efektif dalam format akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengambil tindakan untuk mempertahankan kesehatan yang optimal.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, manajemen kesehatan tidak efektif didefinisikan sebagai "Gagal untuk mengidentifikasi, mengontrol, atau mengambil tindakan untuk mempertahankan kesehatan yang optimal".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Peningkatan Manajemen Kesehatan, yang mencakup peningkatan pengetahuan tentang kesehatan, partisipasi aktif dalam perawatan kesehatan, dan pengambilan keputusan yang tepat dalam manajemen kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi manajemen kesehatan tidak efektif meliputi:
1. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi yang terkait dengan kesehatan, penyakit, dan cara pengelolaan yang efektif.
2. Manajemen Perawatan Kesehatan: Membantu klien dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi rencana perawatan kesehatan.
3. Dukungan Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan terkait perawatan kesehatan yang sesuai dengan kondisinya.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang komprehensif, diharapkan dapat membantu klien dalam meningkatkan manajemen kesehatannya secara efektif. -
Article No. 6112 | 17 Nov 2024
Klinis : udema anasarka,sesak nafas,urine sedikit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
Kelebihan volume cairan adalah keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang intraseluler, interstitial, atau intravaskular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi ginjal, peningkatan asupan cairan, atau gangguan keseimbangan elektrolit.
Dalam kasus ini, pasien mengalami edema anasarka yang menunjukkan kelebihan volume cairan di dalam ruang interstitial. Selain itu, pasien juga mengalami sesak nafas dan produksi urine yang sedikit, yang dapat menjadi gejala dari kelebihan volume cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang intravaskular, interstitial, atau intrasellular.
- Penyebab: Penurunan fungsi ginjal, peningkatan asupan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.
- Tanda dan Gejala: Edema, sesak nafas, peningkatan berat badan, distensi vena leher, dan produksi urine yang sedikit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Volume Cairan: Kemampuan individu untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batas normal.
- Tanda Vital Stabil: Kemampuan individu untuk mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pola Napas Efektif: Kemampuan individu untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk mengatur asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
- Pemantauan Tanda Vital: Intervensi untuk memantau dan mengevaluasi tanda-tanda vital secara berkala.
- Terapi Oksigen: Intervensi untuk memberikan oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen. -
Article No. 6113 | 17 Nov 2024
Klinis : udema anasarka,sesak nafas,urine sedikit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema anasarka, sesak napas, dan output urin yang sedikit.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kelebihan Volume Cairan: Kondisi klinis dimana individu mengalami penumpukan cairan yang berlebihan di dalam tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi ginjal, gagal jantung, malnutrisi, obstruksi aliran balik vena.
- Karakteristik: Edema, sesak napas, output urin yang menurun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Beberapa luaran yang diharapkan: Keseimbangan Cairan Terpelihara, Perfusi Jaringan Membaik, Pola Napas Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Manajemen Cairan, Manajemen Respirasi, Terapi Cairan.
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada pasien. Tujuannya adalah membantu pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 6114 | 17 Nov 2024
Klinis : pasien mengalami infeksi luka operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Risiko Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan adalah diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien yang mengalami infeksi luka operasi. Diagnosis ini menggambarkan adanya peningkatan risiko terjadinya infeksi pada luka operasi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti prosedur pembedahan yang tidak aseptis, kondisi kesehatan pasien, dan faktor lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan beberapa luaran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan dalam mengatasi risiko infeksi terkait prosedur pembedahan, seperti:
1. Tingkat Infeksi: Pasien menunjukkan tanda-tanda infeksi yang minimal atau tidak terjadi infeksi.
2. Perilaku Pencegahan Infeksi: Pasien menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang adekuat.
3. Pemulihan Luka: Pasien menunjukkan proses penyembuhan luka yang baik.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi terkait prosedur pembedahan, antara lain:
1. Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka secara aseptis untuk mencegah infeksi.
2. Manajemen Infeksi: Mengidentifikasi dan mengelola tanda-tanda infeksi serta memberikan pengobatan yang sesuai.
3. Edukasi Pencegahan Infeksi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mencegah infeksi.
4. Kolaborasi Terapeutik: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengelola infeksi secara komprehensif.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang terstruktur dan sesuai dengan praktik keperawatan profesional dalam mengatasi risiko infeksi terkait prosedur pembedahan pada pasien. -
Article No. 6115 | 17 Nov 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi nyeri akut sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.7
- Deskripsi: Manajemen nyeri, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R52 "Nyeri, tidak terspesifikasi" digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri akut yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik. Kode ini mencakup berbagai jenis nyeri yang tidak dapat dihubungkan dengan penyakit atau kondisi medis tertentu.
2. Kode ICD-9-CM 89.7 "Manajemen nyeri, tidak terspesifikasi" dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan atau prosedur yang dilakukan untuk mengelola atau menangani nyeri akut, seperti pemberian analgetik, teknik relaksasi, atau terapi fisik. Kode ini digunakan ketika tindakan yang dilakukan tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kode yang lebih spesifik.
Penggunaan kode-kode ini membantu dalam pendokumentasian yang akurat dan memfasilitasi pengkodean yang tepat dalam rekam medis pasien. -
Article No. 6116 | 17 Nov 2024
Klinis : pasien kekurangan kalim
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien kekurangan kalium.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.6
- Deskripsi: Hipokaliemia (kekurangan kalium)
Hipokaliemia adalah kondisi dimana kadar kalium dalam darah lebih rendah dari normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan kalium yang tidak cukup, kehilangan kalium yang berlebihan melalui urin, saluran pencernaan, atau keringat, serta gangguan metabolisme kalium dalam tubuh.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Dalam kasus kekurangan kalium, pemberian cairan intravena yang mengandung kalium mungkin diperlukan untuk mengoreksi kadar kalium yang rendah dalam darah. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat hipokaliemia.
Pemeriksaan dan pemantauan yang lebih lanjut mungkin juga diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab kekurangan kalium dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 6117 | 17 Nov 2024
Klinis : pasien kekurangan kalim
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah lebih rendah dari normal. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalium yang tidak adekuat, kehilangan kalium yang berlebihan melalui urin, saluran cerna, atau keringat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia adalah pasien menunjukkan kadar kalium dalam batas normal, tidak terjadi gejala hipokalemia, dan pasien tidak mengalami komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakseimbangan Elektrolit: Hipokalemia meliputi:
1. Pemantauan nilai laboratorium elektrolit.
2. Pemberian suplemen kalium oral atau parenteral sesuai indikasi.
3. Identifikasi dan penanganan penyebab hipokalemia.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan kalium yang adekuat.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan yang komprehensif.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memantau kondisi pasien, memberikan intervensi yang tepat, dan memastikan pasien mendapatkan penanganan yang optimal untuk mengatasi kondisi hipokalemia. -
Article No. 6118 | 17 Nov 2024
Klinis : pasien kekurangan kalim
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan kekurangan kalium adalah "Ketidakseimbangan elektrolit: Hipokalemia". Hipokalemia adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah di bawah normal, yang dapat menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Dalam rentang normal
- Indikator: Kadar kalium dalam darah kembali normal, Keluhan gejala hipokalemia berkurang/hilang.
2. Fungsi Kardiovaskular: Membaik
- Indikator: Irama jantung teratur, Tekanan darah stabil, Tidak ada tanda-tanda aritmia.
3. Pengetahuan: Meningkat
- Indikator: Pasien mengetahui penyebab, tanda-tanda, dan tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi hipokalemia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan:
- Pantau kadar kalium dalam darah secara teratur.
- Pantau tanda-tanda vital, status cairan, dan fungsi kardiovaskular.
- Dokumentasikan semua temuan dan perubahan yang terjadi.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Berikan suplemen kalium sesuai dengan resep dokter.
- Pantau asupan dan output cairan.
- Jika diperlukan, berikan cairan intravena yang mengandung kalium.
3. Edukasi Kesehatan:
- Edukasikan pasien tentang penyebab, tanda-tanda, dan komplikasi hipokalemia.
- Ajarkan pasien tentang pentingnya mengikuti regimen pengobatan, termasuk minum suplemen kalium.
- Beri informasi tentang makanan yang kaya akan kalium dan pentingnya menjaga asupan kalium yang adekuat.
4. Kolaborasi:
- Kolaborasikan dengan dokter untuk menentukan dosis dan frekuensi pemberian suplemen kalium.
- Koordinasikan dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang kaya akan kalium.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan "Ketidakseimbangan elektrolit: Hipokalemia" dipilih karena pasien mengalami kekurangan kalium dalam darah. Hipokalemia dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan otot, kram, aritmia jantung, dan komplikasi yang lebih serius jika tidak segera diatasi.
Luaran yang diharapkan (SLKI) berfokus pada pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit, stabilitas fungsi kardiovaskular, serta peningkatan pengetahuan pasien. Indikator-indikator tersebut menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengatasi hipokalemia dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
Intervensi Keperawatan (SIKI) mencakup pemantauan yang ketat, manajemen cairan dan elektrolit yang tepat, edukasi kesehatan yang komprehensif, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Tujuannya adalah untuk memulihkan kadar kalium dalam darah, menjaga stabilitas fungsi tubuh, dan membekali pasien dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola kondisinya.
Dengan pendekatan yang sistematis dan menyeluruh, diharapkan asuhan keperawatan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan status elektrolit, fungsi kardiovaskular yang stabil, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam mengelola hipokalemia.