Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6238 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan badannya lemas semenjak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan lemas dirasakan kambuh-kambuhan dan semakin berat, pasien merasakan badannya terasa lelah, sesak, dan semakin lemas jika digunakan beraktivitas lebih dari 5 menit, akan tetapi bisa berkurang jika pasien beristirahat dan mengkonsumsi makanan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai 'Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan akibat adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis'. Dalam kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan tanda intoleransi aktivitas, seperti:
- Tubuh terasa lemas, lelah, dan sesak saat beraktivitas lebih dari 5 menit
- Keluhan kelelahan dan kelemahan badan yang kambuh-kambuhan
- Merasa lebih baik setelah beristirahat dan mengkonsumsi makanan
Berdasarkan standar SDKI, gejala-gejala ini menunjukkan adanya penurunan toleransi fisik pasien terhadap aktivitas, sehingga menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas harian yang diinginkan.
Rencana Keperawatan (SLKI):
- Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Peningkatan Mobilitas
- Manajemen Energi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Atur aktivitas dan istirahat
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Berikan dukungan emosional dan motivasi untuk meningkatkan toleransi aktivitas
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi faktor penyebab intoleransi aktivitas
Harapan saya penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. -
Article No. 6239 | 18 Nov 2024
Klinis : Hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipovolemia dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Hipovolemia: Penurunan volume cairan intravaskuler yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
- Karakteristik Definisi: Penurunan volume darah, penurunan tekanan darah, takikardi, kulit pucat, dan kelemahan.
- Faktor yang Berhubungan: Kehilangan cairan dan elektrolit akibat perdarahan, diare, muntah, atau dehidrasi.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan volume cairan yang adekuat, tanda-tanda vital dalam batas normal, serta tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
- Kriteria Hasil: Tekanan darah dalam batas normal, frekuensi nadi dalam batas normal, turgor kulit baik, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, serta edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan dan penanganan hipovolemia.
- Tujuan Intervensi: Mempertahankan volume cairan yang adekuat, mencegah komplikasi, serta meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga dalam penanganan hipovolemia.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi hipovolemia. -
Article No. 6240 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba-tiba, dengan intensitas bervariasi dari ringan sampai berat, dan biasanya memiliki awitan yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan dari asuhan keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut adalah pasien dapat mengendalikan nyeri, dengan indikator:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor penyebab nyeri
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengendalian nyeri
3. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola nyeri akut pada pasien antara lain:
1. Pengkajian nyeri komprehensif
2. Manajemen farmakologis nyeri
3. Terapi non-farmakologis nyeri (distraksi, relaksasi, kompres hangat/dingin)
4. Edukasi tentang nyeri dan pengelolaannya
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll)
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, saya berusaha menjelaskan diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia secara singkat dan terstruktur. -
Article No. 6241 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan buka hecting
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan buka hecting.
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Integritas Kulit Terganggu adalah kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit dan jaringan pendukung.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien menunjukkan penyembuhan luka yang adekuat, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak terjadi komplikasi.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain perawatan luka, pemberian obat-obatan, edukasi pasien dan keluarga, serta pemantauan kondisi pasien secara berkala.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan peran perawat, penjelasan di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 6242 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan luka dikaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan luka di kaki, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan luka di kaki
Penjelasan SDKI:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap masuknya dan berkembangbiaknya mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor risiko terkait kondisi ini antara lain: integritas kulit yang terganggu, prosedur invasif, dan paparan lingkungan yang tidak higienis.
Penjelasan SLKI:
Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit dan mencegah terjadinya infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: perawatan luka, pemberian antibiotik sesuai indikasi, edukasi terkait perawatan luka dan kebersihan diri.
Penjelasan SIKI:
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi: pemeriksaan kondisi luka, membersihkan luka, merawat luka dengan prinsip asepsis, memantau tanda-tanda infeksi, dan melakukan edukasi kepada pasien terkait perawatan luka.
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar, perawat dapat memberikan penjelasan secara rinci mengenai diagnosa keperawatan, faktor risiko, intervensi, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko infeksi pada pasien dengan luka di kaki. -
Article No. 6243 | 18 Nov 2024
Klinis : Risiko cairan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko cairan elektrolit, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko cairan elektrolit adalah:
Judul: Risiko Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit
Definisi: Keadaan berisiko mengalami perubahan pada volume dan/atau komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh yang dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan klorida
- Perubahan pada volume cairan tubuh, seperti hipovolemia atau hipervolemia
- Gejala-gejala ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti mual, muntah, diare, letargi, otot lemah, dan irama jantung abnormal
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian Asuhan Keperawatan untuk kondisi risiko cairan elektrolit adalah:
Judul: Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang normal.
Kriteria Hasil:
- Mempertahankan status hidrasi yang adekuat
- Mempertahankan nilai elektrolit dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
- Mempertahankan intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada keluhan terkait gangguan cairan dan elektrolit
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran keseimbangan cairan pada kondisi risiko cairan elektrolit adalah:
a. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau nilai laboratorium elektrolit (natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium)
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
- Identifikasi penyebab ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Atur pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan cairan dan elektrolit
c. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Jelaskan pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Ajarkan teknik pemantauan cairan dan elektrolit yang dapat dilakukan di rumah
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya elektrolit
- Motivasi pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien, sehingga mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 6244 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sakit pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal, berdasarkan keluhan pasien sakit pinggang.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat beraktivitas sesuai toleransi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut meliputi manajemen nyeri, terapi relaksasi, terapi farmakologis, dan modifikasi aktivitas. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, dan memfasilitasi pemulihan.
Dalam konteks akademis dan dengan persona pakar/perawat, pendekatan yang dapat digunakan adalah memberikan edukasi yang komprehensif kepada pasien mengenai penyebab nyeri, menjelaskan proses diagnosis dan rencana perawatan, serta melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan nyeri. -
Article No. 6245 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien 35 tahun suara napas mengorok, tidak sadar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, yaitu pasien berusia 35 tahun dengan gejala suara napas mengorok dan tidak sadar, maka Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan frekuensi, kedalaman, dan ritme pernapasan yang efektif.
Penjelasan singkat:
- SLKI: Peningkatan Ventilasi, Pemantauan Pernapasan, Manajemen Jalan Napas
- SIKI: Pengaturan Posisi, Fisioterapi Dada, Terapi Oksigen
2. Ketidaksadaran (SDKI)
Definisi: Keadaan yang ditandai dengan hilangnya respon terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Penjelasan singkat:
- SLKI: Pemantauan Tingkat Kesadaran, Manajemen Jalan Napas, Manajemen Trauma
- SIKI: Pemberian Oksigen, Suction, Pemberian Obat
Dalam kondisi ini, pasien memerlukan pemantauan yang ketat, manajemen jalan napas yang efektif, dan intervensi untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat. Perawat juga harus melakukan pemantauan tingkat kesadaran dan melakukan manajemen trauma jika diperlukan.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa dan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan bukti ilmiah terbaru. Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memperoleh hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6246 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien 35 tahun suara napas mengorok, tidak sadar, stridor, gurgling
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Pasien mengalami suara napas mengorok, stridor, dan gurgling, yang menunjukkan adanya gangguan dalam pola napasnya.
2. Ketidaksadaran
Penjelasan: Pasien dalam kondisi tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan neurologis, trauma, atau kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Faktor Risiko: Obstruksi jalan napas, gangguan neuromuskuler, kondisi medis.
- Tanda dan Gejala: Perubahan irama napas, suara napas abnormal (mengorok, stridor, gurgling), sianosis.
2. Ketidaksadaran
- Definisi: Keadaan tidak responsif terhadap rangsangan internal maupun eksternal.
- Faktor Risiko: Trauma, penyakit sistem saraf pusat, penyakit metabolik.
- Tanda dan Gejala: Tidak responsif terhadap rangsangan, pupil tidak bereaksi, gangguan fungsi vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Luaran: Perbaikan Pola Napas
- Indikator: Irama napas teratur, suara napas normal, oksigenasi adekuat.
2. Ketidaksadaran
- Luaran: Peningkatan Kesadaran
- Indikator: Responsif terhadap rangsangan, pupil berreaksi, fungsi vital stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Pemberian Oksigen, Observasi Tanda-tanda Vital.
2. Ketidaksadaran
- Intervensi: Pemantauan Tanda-tanda Vital, Pemberian Perawatan Suportif, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
Sebagai perawat, saya akan segera melakukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kedua masalah keperawatan ini dan memperbaiki kondisi pasien. Saya akan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan penanganan yang komprehensif. -
Article No. 6247 | 18 Nov 2024
Klinis : Stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi stroke.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan untuk kondisi stroke berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan/paralisis pada satu sisi tubuh (hemiparesis) atau kedua sisi tubuh (quadriparesis) akibat stroke.
2. Komunikasi Verbal Terganggu berhubungan dengan kesulitan berbicara, membaca, dan menulis (afasia) akibat kerusakan pada area otak yang bertanggung jawab untuk fungsi bahasa.
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak akibat sumbatan pembuluh darah (trombosis, emboli) atau pecahnya pembuluh darah (hemoragik) yang menyebabkan kematian jaringan otak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas fisik yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi verbal yang ditandai dengan kemampuan untuk berbicara, membaca, dan menulis dengan lancar.
3. Pasien menunjukkan perfusi jaringan serebral yang efektif yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda kekurangan oksigen pada otak, seperti penurunan kesadaran, kejang, atau defisit neurologis lainnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik:
a. Latihan Rentang Gerak (ROM) untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot.
b. Latihan Ambulasi Terkontrol untuk melatih kemampuan berjalan.
c. Pelatihan Aktivitas Sehari-hari (ADL) untuk meningkatkan kemandirian pasien.
d. Pemberian Alat Bantu Gerak (walker, kursi roda) sesuai kebutuhan.
2. Intervensi untuk Komunikasi Verbal Terganggu:
a. Terapi Wicara untuk melatih kembali kemampuan berbicara, membaca, dan menulis.
b. Komunikasi Alternatif (gestur, menulis, komunikasi gambar) selama pasien belum dapat berkomunikasi verbal.
c. Melibatkan keluarga dalam proses komunikasi untuk memfasilitasi interaksi.
3. Intervensi untuk Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala.
b. Pemberian Oksigen sesuai kebutuhan untuk mencukupi oksigenasi otak.
c. Pengaturan posisi kepala untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
d. Pemberian obat-obatan (antiplatelet, antikoagulan) sesuai resep dokter.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu pasien stroke untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memaksimalkan pemulihan fungsi.