Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6227 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Risiko infeksi" (00004). Pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit campak, yang merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan gejala infeksi (1911)
- Indikator: Suhu tubuh normal, tidak ada ruam merah, tidak ada bintik Koplik di mukosa mulut, batuk berkurang
- Target: Suhu tubuh kembali normal, ruam merah dan bintik Koplik menghilang, batuk berkurang dalam 5 hari
2. Kontrol infeksi (1842)
- Indikator: Tidak terjadi komplikasi infeksi, tidak terjadi penularan ke orang lain
- Target: Tidak terjadi komplikasi infeksi dan tidak terjadi penularan ke orang lain selama perawatan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian tanda dan gejala infeksi (6550)
- Kaji tanda dan gejala infeksi seperti demam, ruam, bintik Koplik, batuk, dan mata merah
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen demam (3740)
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan demam
- Berikan obat penurun demam sesuai resep dokter
3. Perawatan kulit (3584)
- Lakukan perawatan kulit untuk mengurangi ruam merah
- Berikan pelembab kulit untuk menghidrasi kulit
4. Perawatan mukosa mulut (1710)
- Lakukan pembersihan mulut secara lembut untuk menghilangkan bintik Koplik
- Berikan obat topikal sesuai resep dokter
5. Manajemen batuk (3922)
- Berikan obat antitusif sesuai resep dokter untuk mengurangi batuk kering
- Ajarkan teknik batuk efektif
6. Edukasi pencegahan transmisi infeksi (6540)
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara mencegah penularan penyakit ke orang lain
- Anjurkan isolasi pasien selama masa infeksi
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (7140)
- Berkolaborasi dengan dokter untuk menetapkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk membantu pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan campak. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 6228 | 18 Nov 2024
Klinis : seorang perempuan usia 35 tahun di bawa ke udg dengan keluhan tidak sadarkan diri akibat jatuh dari motor hasil pemeriksaan terdapat luka pada wajah dan bahu kiri serta kepala sebelah kiri, pasien pucat dan tidak ada pergerakan dada, tindakan awal yang harus dilakukan kepada pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang ditampilkan, yaitu seorang perempuan usia 35 tahun yang tidak sadarkan diri akibat jatuh dari motor dengan luka pada wajah, bahu kiri, dan kepala sebelah kiri serta tidak ada pergerakan dada, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan trauma kepala.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan trauma dada.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik.
Tindakan Awal yang Harus Dilakukan:
Tindakan awal yang harus dilakukan pada pasien ini adalah:
1. Memastikan jalan napas terbuka dan memberikan oksigen melalui masker oksigen.
2. Melakukan penilaian tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).
3. Menghentikan perdarahan pada luka di wajah dan bahu kiri dengan menekan area yang berdarah.
4. Melakukan tindakan stabilisasi tulang belakang dan leher untuk mencegah cedera lebih lanjut.
5. Melakukan pemeriksaan pupil dan respons motorik untuk menilai status neurologis.
6. Melakukan monitoring keadaan umum dan mencatat respon pasien terhadap tindakan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
- Perfusi jaringan serebral membaik, ditandai dengan peningkatan kesadaran, pupil isokoria, dan respon motorik yang membaik.
- Tidak terjadi komplikasi akibat cedera kepala, seperti peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan intrakranial, atau infeksi.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Jalan napas terbuka dan bersih, ditandai dengan pergerakan dada yang adekuat dan bunyi napas yang normal.
- Tidak terjadi obstruksi jalan napas atau komplikasi pernapasan, seperti atelektasis atau pneumonia.
3. Nyeri Akut:
- Skala nyeri pasien menurun dari tingkat berat menjadi ringan atau tidak ada nyeri.
- Pasien dapat mengungkapkan rasa nyamannya dan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
- Memantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala.
- Menjaga posisi kepala netral untuk mempertahankan aliran darah serebral.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Menghindari hipotensi dan hipertermia untuk mencegah perburukan kondisi.
- Melakukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan kepala untuk mendeteksi cedera intrakranial.
- Berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk menentukan tindakan selanjutnya, seperti pembedahan atau pengobatan lainnya.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Memantau pergerakan dada dan suara napas untuk menilai adanya obstruksi jalan napas.
- Memberikan oksigen melalui masker oksigen atau ventilasi mekanis jika diperlukan.
- Melakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari sekret atau benda asing.
- Memposisikan pasien dengan kepala dan leher dalam posisi yang memfasilitasi ventilasi.
- Memberikan bronkodilator atau mukolitik sesuai indikasi untuk memperlancar jalan napas.
- Berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk menentukan tindakan lanjutan, seperti intubasi atau trakeostomi.
3. Nyeri Akut:
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, kualitas, intensitas, dan faktor yang memperberat atau meringankan.
- Memberikan analgesik sesuai resep dokter untuk mengurangi rasa nyeri.
- Melakukan tindakan non-farmakologis, seperti kompres dingin, distraksi, atau relaksasi untuk mengurangi nyeri.
- Memantau efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap pengurangan nyeri.
- Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan kenyamanan bagi pasien.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi yang baik dengan tim medis lainnya akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan dan memulihkan kondisinya. -
Article No. 6229 | 18 Nov 2024
Klinis : seorang perempuan usia 20 tahun P1A0 post partum hari ke 7 datang ke poli klinik kia untuk kontrol pasca persalinan hasil pengkajian pasien, pasien mengeluh nyeri dn keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi. observasi ttv td 110/70 mmhg nadi 92 rr 20x/menit suhu 38,50c nyeri daerah perinium skla 5 apakah pengkajian selanjutnya yang tepat dilakukan pada kasus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membahas diagnosa keperawatan SDKI, luaran SLKI, dan intervensi SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri pada daerah jahitan episiotomi, dengan skala nyeri 5. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut pada daerah tersebut.
2. Risiko Infeksi
Pasien mengeluh keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi, yang dapat mengindikasikan adanya risiko infeksi pada luka episiotomi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Nyeri
a. Pasien dapat mengendalikan nyeri pada daerah jahitan episiotomi dengan skala nyeri ≤3 dalam waktu 3 hari.
b. Pasien dapat mendeskripsikan strategi pengendalian nyeri yang efektif.
2. Bebas Infeksi
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada kemerahan, pembengkakan, atau drainase nanah) pada luka episiotomi dalam waktu 5 hari.
b. Pasien dapat merawat luka episiotomi dengan benar.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengendalian Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, intensitas, durasi, dan faktor pemicu/yang mempengaruhi).
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, dan kompres hangat.
d. Evaluasi efektivitas intervensi pengendalian nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Pencegahan Infeksi:
a. Lakukan pengkajian tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi (kemerahan, pembengkakan, drainase nanah, dll).
b. Ajarkan pasien cara merawat luka episiotomi dengan benar, termasuk menjaga kebersihan area, mengganti pembalut secara teratur, dan menerapkan prinsip aseptik.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik, jika diperlukan.
d. Pantau perkembangan luka episiotomi dan evaluasi efektivitas intervensi pencegahan infeksi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien adalah Nyeri Akut dan Risiko Infeksi. Nyeri akut disebabkan oleh luka episiotomi, sedangkan risiko infeksi disebabkan oleh adanya cairan kuning yang keluar dari luka episiotomi.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) adalah Pengendalian Nyeri dan Bebas Infeksi. Tujuan utamanya adalah mengatasi nyeri dan mencegah terjadinya infeksi pada luka episiotomi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi pengkajian nyeri dan tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien, dan evaluasi efektivitas intervensi. Intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pasien dapat mengendalikan nyeri dan bebas dari infeksi pada luka episiotomi.
Tone yang digunakan dalam penjelasan ini adalah akademis dan persona yang digunakan adalah pakar/perawat, sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 6230 | 18 Nov 2024
Klinis : seorang perempuan usia 20 tahun P1A0 post partum hari ke 7 datang ke poli klinik kia untuk kontrol pasca persalinan hasil pengkajian pasien, pasien mengeluh nyeri dn keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi. observasi ttv td 110/70 mmhg nadi 92 rr 20x/menit suhu 38,50c nyeri daerah perinium skla 5 apakah pengkajian selanjutnya yang tepat dilakukan pada kasus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyembuhan luka episiotomi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari diagnosa Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat menggunakan teknik penanganan nyeri yang efektif, dan pasien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgesik sesuai instruksi, mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan Luka: Membersihkan dan merawat luka episiotomi, memantau tanda infeksi, dan memberikan obat-obatan topikal sesuai instruksi.
3. Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai proses penyembuhan luka episiotomi, manajemen nyeri, dan tanda-tanda komplikasi.
Pengkajian Selanjutnya:
Selanjutnya, pengkajian yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengkaji lebih lanjut karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan intensitas).
2. Mengevaluasi efektivitas penanganan nyeri yang telah dilakukan.
3. Memeriksa tanda-tanda infeksi pada daerah episiotomi (kemerahan, bengkak, nyeri, pus).
4. Menilai kemampuan pasien dalam melakukan perawatan luka episiotomi.
5. Mengevaluasi pemahaman pasien dan keluarga mengenai proses penyembuhan dan komplikasi.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan berfokus pada pengelolaan nyeri dan perawatan luka episiotomi pasien, serta memberikan edukasi yang komprehensif agar pasien dapat pulih dengan optimal. -
Article No. 6231 | 18 Nov 2024
Klinis : seorang perempuan usia 20 tahun P1A0 post partum hari ke 7 datang ke poli klinik kia untuk kontrol pasca persalinan hasil pengkajian pasien, pasien mengeluh nyeri dn keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi. observasi ttv td 110/70 mmhg nadi 92 rr 20x/menit suhu 38,50c nyeri daerah perinium skla 5 apakah pengkajian selanjutnya yang tepat dilakukan pada kasus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.2
- Deskripsi: Infeksi luka episiotomi atau ruptur perineal pasca persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.92
- Deskripsi: Perawatan luka episiotomi atau ruptur perineal pasca persalinan
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, pasien perempuan usia 20 tahun dengan status P1A0 (gravida 1, paritas 1, abortus 0) pada hari ketujuh pasca persalinan datang ke poliklinik KIA dengan keluhan nyeri dan keluar cairan kuning dari daerah jahitan episiotomi. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal, dengan tanda vital yang meliputi tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, dan suhu 38,5°C. Skala nyeri pasien adalah 5.
Pengkajian selanjutnya yang tepat untuk dilakukan pada kasus ini adalah:
1. Anamnesis yang lebih rinci mengenai keluhan, riwayat persalinan, pemberian antibiotik, dan gejala infeksi lainnya.
2. Pemeriksaan fisik yang lebih komprehensif, termasuk pemeriksaan daerah perineum dan luka episiotomi untuk menilai tanda-tanda infeksi lokal, seperti erythema, edema, eksudat, dan nyeri tekan.
3. Pemeriksaan laboratorium, jika diperlukan, seperti pemeriksaan darah rutin (darah lengkap, LED, CRP) untuk mendeteksi adanya tanda-tanda infeksi sistemik.
4. Pertimbangan untuk pemberian antibiotik oral atau lokal, serta analgesik dan antiseptik sesuai dengan penilaian klinis.
5. Edukasi dan konseling kepada pasien mengenai perawatan luka episiotomi, tanda-tanda infeksi, dan pentingnya kontrol rutin pasca persalinan.
6. Pemantauan yang ketat terhadap perkembangan kondisi pasien dan respons terhadap pengobatan.
Tindakan yang cepat dan tepat diperlukan untuk menangani kondisi infeksi luka episiotomi pasca persalinan guna mencegah komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 6232 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien dengan keluhan sesak nafas:
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Jalan Napas Lancar
Definisi: Terbebas dari obstruksi dan mampu bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi paru dan oksigenasi.
Intervensi:
- Lakukan pemeriksaan fisik jalan napas
- Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi
- Berikan oksigen jika perlu
- Lakukan suction jika ada sekret
- Latih teknik batuk efektif
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen jalan napas
Penjelasan singkat:
Pasien dengan keluhan sesak napas menunjukkan adanya masalah dalam bersihan jalan napas yang tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh obstruksi atau adanya sekret yang menghambat aliran udara. Tujuan keperawatan adalah mempertahankan jalan napas agar tetap lancar, sehingga intervensi yang dilakukan meliputi manajemen jalan napas, seperti pemeriksaan fisik, pemberian oksigen, suction, dan latihan batuk efektif. Edukasi juga penting diberikan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola jalan napas. -
Article No. 6233 | 18 Nov 2024
Klinis : Resiko perfusi serebral tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi:
Risiko ketidakcukupan aliran darah dan oksigen ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
Penyebab:
1. Penyakit kardiovaskular
2. Penyakit serebrovaskular
3. Trauma kepala
4. Perubahan hemodinamik
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Perfusi Serebral
3. Manajemen Perfusi Serebral
4. Manajemen Oksigenasi
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
2. Perfusi Serebral Adekuat
3. Oksigenasi Adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Neurologi
3. Manajemen Oksigenasi
4. Manajemen Perfusi
Jadi, dalam kasus "Risiko perfusi serebral tidak efektif", perawat perlu melakukan pemantauan ketat tanda-tanda vital, perfusi serebral, dan oksigenasi pasien, serta melakukan manajemen yang tepat untuk mempertahankan perfusi serebral yang adekuat dan mencegah kerusakan otak. Pemahaman yang baik tentang SDKI, SLKI, dan SIKI sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 6234 | 18 Nov 2024
Klinis : Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan embolisme
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko perfusi serebral tidak efektif adalah:
1. Pasien tidak mengalami penurunan fungsi serebral.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi serebral yang adekuat.
3. Pasien bebas dari komplikasi akibat penurunan perfusi serebral.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani risiko perfusi serebral tidak efektif meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan neurologis pasien.
2. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
3. Manajemen posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyebab, seperti pemberian antikoagulan atau tindakan revaskularisasi.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala penurunan perfusi serebral dan pentingnya pengawasan.
Persona: Sebagai pakar keperawatan, saya memahami bahwa risiko perfusi serebral tidak efektif merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Melalui pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, saya dapat memberikan rekomendasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, dengan tujuan mempertahankan perfusi serebral yang adekuat dan mencegah disfungsi neurologis. -
Article No. 6235 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan keluar darah dihidung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perdarahan Hidung (Epistaksis)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perdarahan Hidung (Epistaksis) adalah keluarnya darah dari rongga hidung yang dapat terjadi spontan atau dipicu oleh faktor tertentu.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kontrol Perdarahan: Kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan dari hidung.
b. Integritas Jaringan: Kondisi utuh dan fungsinya jaringan di rongga hidung.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Perdarahan: Tindakan untuk menghentikan perdarahan dari hidung.
b. Perawatan Luka: Tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesembuhan luka di rongga hidung.
c. Edukasi Perawatan Diri: Pemberian informasi dan pelatihan kepada pasien dan keluarga tentang cara menangani perdarahan hidung.
Dalam kondisi ini, pasien datang dengan keluhan keluar darah dari hidung (epistaksis). Perawat perlu melakukan penilaian awal, stabilisasi kondisi pasien, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk menghentikan perdarahan, menjaga integritas jaringan, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan diri dalam menangani episodic perdarahan hidung. -
Article No. 6236 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata gatal,merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan yang Anda sampaikan, yaitu mata gatal dan merah, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidaknyamanan Sensori: Penglihatan (00016)
Penjelasan Singkat:
Ketidaknyamanan Sensori: Penglihatan adalah pengalaman subjektif dari ketidaknyamanan pada fungsi penglihatan, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala umum dapat berupa rasa gatal, mata merah, iritasi, dan sensasi terbakar pada mata.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman subjektif dari ketidaknyamanan pada fungsi penglihatan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik Utama: Rasa tidak nyaman pada mata, mata merah, iritasi mata.
- Faktor yang Berhubungan: Paparan iritan, alergi, infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien melaporkan kenyamanan visual meningkat.
- Kriteria Hasil: Mata tidak merah, tidak gatal, tidak iritasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Manajemen Alergi, Perawatan Mata.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab ketidaknyamanan visual, pemberian obat tetes mata, kompres hangat/dingin, edukasi perawatan mata.
Dengan tone akademis, persona sebagai pakar, dan dalam kapasitas perawat, penjelasan di atas dapat menjadi acuan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan mata gatal dan merah.