Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6217 | 18 Nov 2024
Klinis : pasien 12 tahun badan panas, sakit perut,rasa haus, kencing sedikit, ada petechie di lengan, takikardia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kondisi dengan gejala seperti badan panas, sakit perut, rasa haus, kencing sedikit, dan takikardia, yang mengindikasikan adanya risiko ketidakseimbangan cairan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti demam, diare, atau infeksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan intravaskular, interstisial, atau intrasellular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Hidrasi
3. Status Cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Pemantauan Cairan
3. Terapi Intravena
Jadi, dalam menangani kasus ini, perawat perlu fokus pada pemantauan dan manajemen cairan pasien, serta memastikan status rehidrasi yang adekuat. -
Article No. 6218 | 18 Nov 2024
Klinis : 21. Seorang perempuan, 19 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan dyspepsia. Hasil pengkajian : lemas, mual, merasa ingin muntah jika mencium bau menyengat, tidak nafsu makan, TD 100/70 mmHg, suhu 37oC, frekuensi nadi 70x/menit, ,dan frekuensi napas 20x/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat energi
2. Toleransi aktivitas
3. Kelelahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen aktivitas
2. Manajemen energi
3. Terapi aktivitas
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan lemas, mual, merasa ingin muntah, dan tidak nafsu makan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami intoleransi aktivitas. Hal ini terlihat dari kondisi umum pasien yang lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan terapi aktivitas untuk membantu pasien beradaptasi dengan kondisi saat ini dan mencapai toleransi aktivitas yang optimal. -
Article No. 6219 | 18 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 60 tahun dengan DM sejak 1 tahun sejak istrinya meninggal dunia. Hasil wawancara didapatkan klien inggin cepat bersama dipanggil Tuhan agar dapat bertemu kembali dengan istrinya. Hasil pemeriksaan didapatkan GDS 350 mg/dl dan klien sering mengalami kesemutan dan baal pada kakinya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri (RSBDI) berhubungan dengan keinginan untuk bertemu kembali dengan istri yang telah meninggal.
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Bunuh Diri (RSBDI) adalah keadaan di mana individu berada dalam risiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kematian.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mengenali dan mengatasi faktor risiko bunuh diri, serta menunjukkan perilaku yang mendukung keselamatan diri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, memantau tanda-tanda depresi atau keinginan bunuh diri, dan melibatkan keluarga dalam perawatan.
2. Hiperglikemia (HPGKI) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah (GDS 350 mg/dl).
Penjelasan:
- SDKI: Hiperglikemia (HPGKI) adalah keadaan di mana kadar glukosa darah meningkat melebihi batas normal.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengontrol asupan karbohidrat, melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara teratur, dan memberikan edukasi terkait pengelolaan diabetes.
3. Gangguan Sensibilitas Somatik (GNSS) berhubungan dengan keluhan kesemutan dan baal pada kaki.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan Sensibilitas Somatik (GNSS) adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan atau gangguan pada sensasi tubuh.
- SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah klien dapat mengenali dan melaporkan perubahan sensasi tubuh, serta menunjukkan perilaku yang mendukung peningkatan sensibilitas somatik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sensibilitas, perawatan kaki, dan edukasi terkait manajemen komplikasi diabetes.
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, terdapat 3 diagnosa keperawatan utama dengan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 6220 | 18 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 60 tahun dengan DM sejak 1 tahun sejak istrinya meninggal dunia. Hasil wawancara didapatkan klien inggin cepat bersama dipanggil Tuhan agar dapat bertemu kembali dengan istrinya. Hasil pemeriksaan didapatkan GDS 350 mg/dl dan klien sering mengalami kesemutan dan baal pada kakinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Berduka yang Disfungsional
Definisi: Respon individu terhadap kehilangan yang ditandai dengan gangguan fungsi emosional, kognitif, perilaku, sosial, dan spiritual yang berkepanjangan dan menghambat adaptasi.
Karakteristik Mayor: Ekspresi sedih yang berkepanjangan, Merindukan kehilangan, Menolak untuk menerima kenyataan kehilangan, Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa, Perubahan pola tidur.
Karakteristik Minor: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi, Gangguan fungsi sosial, Gangguan fungsi spiritual.
2. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Karakteristik Mayor: Kadar gula darah di atas atau di bawah rentang normal, Penurunan berat badan tidak sengaja, Kelelahan, Poliuria, Polidipsia, Polifagia.
Karakteristik Minor: Parestesia, Perubahan penglihatan, Perubahan kulit.
Luaran/Output SLKI:
1. Berduka yang Disfungsional
- Klien dapat mengekspresikan perasaan sedih terkait kehilangan istrinya.
- Klien dapat menerima kenyataan kehilangan istrinya.
- Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
2. Kadar Gula Darah Terkendali
- Klien dapat mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal.
- Klien dapat mengelola tanda dan gejala hiperglikemia.
- Klien dapat menerapkan perilaku manajemen diri yang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Berduka yang Disfungsional
a. Fasilitasi ekspresi emosi
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, rindu, dan emosi lainnya terkait kehilangan istrinya.
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mempermudah klien mengekspresikan emosi.
b. Terapi kognitif
- Bantu klien mengidentifikasi pikiran negatif dan irasional terkait kehilangan.
- Bimbing klien untuk mengganti pikiran negatif dengan lebih positif dan realistis.
c. Terapi aktivitas
- Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas yang biasa dilakukan bersama istri.
- Bantu klien merencanakan aktivitas harian yang menyenangkan dan bermakna.
d. Manajemen tidur
- Identifikasi pola tidur klien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
2. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
a. Manajemen Diabetes Melitus
- Kaji pemahaman klien tentang Diabetes Melitus dan pengobatannya.
- Ajarkan klien tentang diet, aktivitas fisik, dan pemantauan kadar gula darah yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menyesuaikan pengobatan sesuai kondisi klien.
b. Manajemen Hiperglikemia
- Monitor kadar gula darah secara rutin.
- Identifikasi tanda dan gejala hiperglikemia serta tindakan yang perlu dilakukan.
- Ajarkan klien tentang penggunaan insulin atau obat antidiabetes yang tepat.
c. Edukasi Manajemen Diri
- Beri edukasi tentang pentingnya manajemen diri dalam Diabetes Melitus.
- Bantu klien menetapkan tujuan dan rencana tindakan dalam mengelola diabetes.
- Pantau kemampuan klien dalam menerapkan perilaku manajemen diri yang efektif.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Berduka yang Disfungsional
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi klien yang mengalami kesedihan dan kerinduan yang berkepanjangan setelah kehilangan istrinya. Klien ingin segera meninggal agar dapat bertemu kembali dengan istrinya, menunjukkan adanya gangguan fungsi emosional dan spiritual. Diagnosa ini juga didukung oleh karakteristik mayor dan minor yang tampak pada klien.
2. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Diagnosa ini sesuai dengan kondisi klien yang mengalami diabetes melitus dengan hasil pemeriksaan GDS 350 mg/dl, serta tanda dan gejala hiperglikemia seperti parestesia dan perubahan kulit. Kondisi ini menunjukkan ketidakmampuan klien untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Luaran/Output SLKI:
1. Berduka yang Disfungsional
- Klien dapat mengekspresikan perasaan sedih terkait kehilangan istrinya, menunjukkan kemampuan klien untuk memproses emosi duka secara sehat.
- Klien dapat menerima kenyataan kehilangan istrinya, menandakan adaptasi yang baik terhadap kehilangan.
- Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam aktivitas yang biasa dilakukan, mengindikasikan pemulihan fungsi sosial dan perilaku.
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat, menunjukkan perbaikan fungsi fisiologis.
2. Kadar Gula Darah Terkendali
- Klien dapat mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal, menandakan pencapaian stabilitas metabolik.
- Klien dapat mengelola tanda dan gejala hiperglikemia, mengindikasikan kemampuan klien dalam mengenali dan mengatasi komplikasi diabetes.
- Klien dapat menerapkan perilaku manajemen diri yang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah, menunjukkan kemandirian klien dalam pengelolaan diabetes.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Berduka yang Disfungsional
a. Fasilitasi ekspresi emosi
- Membantu klien untuk mengungkapkan emosi-emosi negatif yang dialami terkait kehilangan istrinya, sehingga dapat memproses duka secara sehat.
- Menggunakan teknik komunikasi terapeutik seperti refleksi, klarifikasi, dan validasi untuk mempermudah klien mengekspresikan perasaan.
b. Terapi kognitif
- Membantu klien mengidentifikasi pemikiran negatif dan irasional terkait kehilangan, seperti tidak menerima kenyataan atau berharap cepat menyusul istrinya.
- Membimbing klien untuk mengganti pemikiran tersebut dengan lebih positif dan realistis, sehingga dapat membantu penerimaan kehilangan.
c. Terapi aktivitas
- -
Article No. 6221 | 18 Nov 2024
Klinis : Pasien laki-laki, umur 19 tahun, mengalami kecelakaan motor, kepala bengkak, mata bengkak, berbicara meracau, lebam di mata, kesadaran apatis, ngorok, pasien difiksasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan cedera kepala.
2. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan trauma pada kepala.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan cedera kepala:
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
- SLKI: Perfusi Jaringan Serebral
- SIKI: Pemantauan Perfusi Jaringan Serebral
2. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan trauma pada kepala:
- SDKI: Gangguan Pola Napas
- SLKI: Pola Napas
- SIKI: Pemantauan Pola Napas
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran:
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Keamanan
- SIKI: Manajemen Keamanan
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang harus dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kondisi pasien ini, fokus utama perawatan adalah pada stabilisasi kondisi pasien, pemantauan perfusi jaringan serebral, penanganan gangguan pola napas, serta upaya pencegahan cedera akibat penurunan kesadaran. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan pemulihan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6222 | 18 Nov 2024
Klinis : terpasang ngt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan terpasang NGT.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Aspirasi Berhubungan dengan Terpasang Nasogastrik Tube (NGT)
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Aspirasi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran napas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, tidak terjadi aspirasi, dan tidak terjadi komplikasi lain terkait NGT.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau posisi NGT, mengatur posisi pasien, memantau tanda-tanda aspirasi, dan memberikan edukasi kepada pasien/keluarga.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessmen yang komprehensif, memantau tanda-tanda vital, dan mengambil tindakan sesuai dengan standar praktik keperawatan untuk mencegah terjadinya aspirasi pada pasien yang terpasang NGT. Saya juga akan berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6223 | 18 Nov 2024
Klinis : ny p berusia 75 tahun dengan kelurahan penurunan kesadaran, berbicara ngaco dan bingung 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terpasang O2, IV line, NGT, dan DC
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Berhubungan dengan Perubahan Fisiologis Akibat Usia
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan fungsi kognitif yang ditandai dengan gangguan kemampuan berpikir, memori, persepsi, dan orientasi.
- Faktor yang berhubungan: perubahan fisiologis akibat usia, seperti penurunan aliran darah otak, neurodegenerasi, dan penurunan neurotransmiter.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan fungsi kognitif, mempertahankan tingkat orientasi, dan mampu mengingat informasi penting.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Stimulasi kognitif, latihan orientasi, manajemen lingkungan, dan penggunaan alat bantu sebagai pendukung fungsi kognitif.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Ny. P adalah Risiko Penurunan Fungsi Kognitif Berhubungan dengan Perubahan Fisiologis Akibat Usia. Penjelasan singkat mengenai diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan juga telah dipaparkan di atas. -
Article No. 6224 | 18 Nov 2024
Klinis : klien ingin bunuh diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan tanggapan yang rinci dan terperinci sebagai seorang perawat profesional terkait kondisi klien yang ingin bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi klien yang ingin bunuh diri adalah "Risiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri". Diagnosa ini mencerminkan adanya ancaman atau kemungkinan bahaya yang dihadapi klien terhadap dirinya sendiri, berupa keinginan untuk melukai atau mengakhiri hidup.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai beberapa luaran/output, antara lain:
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor pencetus atau pemicu keinginan bunuh diri.
2. Klien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi keinginan bunuh diri.
3. Klien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengontrol perilaku kekerasan terhadap diri sendiri.
4. Klien dapat melaporkan berkurangnya intensitas dan frekuensi keinginan bunuh diri.
5. Klien dapat menyatakan perasaan aman dan terlindungi dari risiko bunuh diri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, perawat perlu melakukan beberapa intervensi keperawatan, antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko bunuh diri, meliputi riwayat percobaan bunuh diri, penyakit fisik dan mental, riwayat keluarga, dan kondisi lingkungan.
2. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap risiko bunuh diri, termasuk riwayat, intensitas, frekuensi, dan metode yang direncanakan.
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk mencegah upaya bunuh diri, seperti membatasi akses terhadap alat-alat berbahaya.
4. Berikan pendidikan kesehatan tentang bunuh diri, dampak, dan cara mengatasi keinginan untuk bunuh diri.
5. Libatkan keluarga atau significant others dalam memberikan dukungan emosional dan pengawasan terhadap klien.
6. Latih klien dalam mengembangkan strategi koping yang efektif, seperti teknik relaksasi, manajemen stres, dan pengalihan perhatian.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, untuk memberikan intervensi terapeutik yang sesuai.
8. Pantau secara berkala respons klien terhadap intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penanganan klien yang ingin bunuh diri membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya. Tujuan utamanya adalah mencegah upaya bunuh diri, meningkatkan kemampuan klien dalam mengatasi keinginan bunuh diri, dan memfasilitasi pemulihan yang optimal. -
Article No. 6225 | 18 Nov 2024
Klinis : klien ingin bunuh diri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi klien ingin bunuh diri:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Bunuh Diri" (Risk of Suicide). Menurut SDKI, diagnosa ini didefinisikan sebagai "Kerentanan untuk mengakhiri hidup secara sengaja, yang dapat menyebabkan cedera atau kematian, yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasi".
Klien yang mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri menunjukkan adanya risiko bunuh diri yang membutuhkan penanganan segera. Diagnosa ini mengidentifikasi bahwa klien berada dalam kondisi yang rentan dan memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah upaya bunuh diri.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Beberapa Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk "Risiko Bunuh Diri" adalah:
a. Integritas Diri: Klien menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri dan penerimaan diri yang positif.
b. Keyakinan Diri: Klien menunjukkan keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah dan tantangan dalam hidup.
c. Kontrol Diri: Klien menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan impuls dan perilaku yang dapat membahayakan dirinya.
d. Stabilitas Emosional: Klien menunjukkan stabilitas emosional yang memadai untuk mengatasi masalah dan stressor dalam hidupnya.
e. Kepatuhan Terhadap Pengobatan: Klien patuh dalam mengikuti rencana perawatan dan pengobatan yang telah disepakati.
Pencapaian Luaran/Output ini akan menunjukkan bahwa klien telah dapat mengatasi risiko bunuh diri dan mencapai kondisi yang lebih stabil secara psikologis.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Beberapa Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Risiko Bunuh Diri" adalah:
a. Manajemen Krisis: Melakukan intervensi segera untuk mengatasi krisis dan mencegah upaya bunuh diri.
b. Terapi Suportif: Memberikan dukungan emosional, empati, dan validasi perasaan klien.
c. Kontrak Keselamatan: Membuat kesepakatan dengan klien untuk tidak melakukan upaya bunuh diri dan mencari bantuan saat memiliki pikiran atau keinginan untuk bunuh diri.
d. Pembatasan Akses ke Sarana Bunuh Diri: Menghilangkan atau membatasi akses klien terhadap alat-alat atau sarana yang dapat digunakan untuk bunuh diri.
e. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi dan konseling kepada klien dan keluarga tentang manajemen stres, strategi koping, dan sumber dukungan yang tersedia.
f. Koordinasi Perawatan: Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan mental, rumah sakit, atau layanan lainnya untuk memastikan kontinuitas perawatan.
Implementasi yang komprehensif dari intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat membantu klien mengatasi risiko bunuh diri dan mencapai Luaran/Output yang diharapkan.
Penting untuk diingat bahwa penanganan risiko bunuh diri membutuhkan pendekatan yang holistik dan melibatkan kolaborasi dengan tim kesehatan mental, keluarga, dan sumber daya masyarakat yang tersedia. Evaluasi dan penyesuaian intervensi harus dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan keberhasilan penanganan dan keselamatan klien. -
Article No. 6226 | 18 Nov 2024
Klinis : hiperbilirubin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hiperbilirubin
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan hati, hemolisis, atau hambatan aliran empedu. Hal ini dapat menyebabkan gejala klinis seperti ikterus (kuning pada kulit dan mukosa) serta komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hiperbilirubin meliputi penurunan kadar bilirubin dalam darah, tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi, serta tidak terjadi diskolorasi kulit dan mukosa.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan hiperbilirubin antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pengkajian kadar bilirubin, pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi, serta edukasi kepada pasien dan keluarga terkait penyebab, pencegahan, dan penanganan kondisi hiperbilirubin.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, serta merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan standar profesi untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan.