Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8222 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Leukemia pada Tn. E.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun
Data Subjektif: Pasien mengeluh demam, batuk, dan hidung berlendir.
Data Objektif: Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 39,5°C, adanya purpura pada wajah, tangan, dan kaki, serta pembengkakan gusi. Hasil laboratorium menunjukkan leukositosis dan trombositopenia.
2. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Trombosit
Data Subjektif: Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan, serta mata dan gusi berdarah.
Data Objektif: Hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia 24.000/mm3.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia
Data Subjektif: Pasien mengeluh nafsu makan berkurang dan tubuhnya terlihat lebih kurus.
Data Objektif: Status gizi kurang dengan BB 46 kg, TB 155 cm, dan IMT 19,1 kg/m2.
4. Kelelahan Berhubungan dengan Anemia
Data Subjektif: Pasien mengeluh badan terasa lemas dan mudah lelah.
Data Objektif: Hasil laboratorium menunjukkan kadar Hb 6,6 g/dL.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan daftar diagnosa keperawatan yang disusun oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) sebagai acuan bagi perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan daftar luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia
|
|
v
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun
|
|
v
Demam, Batuk, Hidung Berlendir
|
|
v
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Trombosit
|
|
v
Linu-linu, Mata dan Gusi Berdarah
|
|
v
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia
|
|
v
Nafsu Makan Berkurang, Tubuh Kurus
|
|
v
Kelelahan Berhubungan dengan Anemia
|
|
v
Badan Terasa Lemas, Mudah Lelah
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Risiko Infeksi, Risiko Perdarahan, Ketidakseimbangan Nutrisi, dan Kelelahan, yang saling berhubungan sebagai dampak dari kondisi Leukemia pada Tn. E. -
Article No. 8223 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya akan membantu Anda dengan diagnosa keperawatan, data objektif dan subjektif, diagram panah etiologi, luaran asuhan keperawatan, serta intervensi keperawatan untuk kasus leukemia pada Tn. E.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas
Data Subjektif: Pasien mengeluh badan terasa lemah dan mudah lelah
Data Objektif: Pasien tampak lemah, TD: 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 39,5°C
2. Perdarahan
Data Subjektif: Pasien mengeluh gusi membengkak dan mata kemerahan tampak berdarah
Data Objektif: Pemeriksaan fisik didapatkan purpura pada wajah, tangan, dan kaki, serta pembengkakan gusi. Laboratorium: trombositopenia 24.000/mm3
3. Resiko Infeksi
Data Subjektif: Pasien mengeluh demam, pilek, dan batuk
Data Objektif: Suhu tubuh 39,5°C, leukositosis 231.600/mm3
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia → Penurunan Produksi Sel Darah Normal → Anemia, Trombositopenia, Leukositosis → Intoleransi Aktivitas, Perdarahan, Resiko Infeksi
Luaran/Output Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kelelahan Menurun
2. Perdarahan:
- Perdarahan Terkendali
- Risiko Perdarahan Menurun
3. Resiko Infeksi:
- Risiko Infeksi Terkendali
- Tidak Terjadi Infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Manajemen Kelelahan
- Peningkatan Latihan Fisik
2. Perdarahan:
- Manajemen Perdarahan
- Pemantauan Tanda-Tanda Perdarahan
- Terapi Cairan/Transfusi
3. Resiko Infeksi:
- Manajemen Infeksi
- Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi
- Pemberian Antibiotik
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengeluh badan terasa lemah dan mudah lelah, serta ditemukan tanda vital yang tidak stabil, menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas.
2. Perdarahan: Pasien mengeluh gusi membengkak dan mata kemerahan tampak berdarah, serta ditemukan purpura pada kulit dan trombositopenia, menunjukkan adanya risiko perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Pasien mengeluh demam, pilek, dan batuk, serta ditemukan peningkatan jumlah leukosit, menunjukkan adanya risiko infeksi.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia menyebabkan penurunan produksi sel darah normal, yang kemudian dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan leukositosis. Kondisi ini selanjutnya dapat menimbulkan intoleransi aktivitas, perdarahan, dan risiko infeksi pada pasien.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi kelelahan.
2. Perdarahan: Diharapkan pasien dapat mengendalikan perdarahan dan menurunkan risiko perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan dapat mengendalikan risiko infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen energi, manajemen kelelahan, dan peningkatan latihan fisik dapat membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas.
2. Perdarahan: Manajemen perdarahan, pemantauan tanda-tanda perdarahan, dan terapi cairan/transfusi dapat membantu pasien mengendalikan perdarahan.
3. Resiko Infeksi: Manajemen infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan pemberian antibiotik dapat membantu pasien mengendalikan risiko infeksi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan leukemia. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 8224 | 08 Dec 2024
Klinis : malu akan matanya menonjol
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi "malu akan matanya menonjol" adalah "Citra Tubuh Terganggu" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Citra Tubuh Terganggu didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap penampilan fisik yang menyebabkan perubahan perilaku.
Pada kasus ini, pasien merasa malu dengan kondisi matanya yang menonjol, yang merupakan perubahan fisik yang dapat memengaruhi persepsi diri dan perilaku pasien. Diagnosa ini menggambarkan masalah psikososial yang dialami pasien terkait dengan perubahanpenampilan fisiknya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, luaran/output yang diharapkan adalah "Citra Tubuh Positif" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Citra Tubuh Positif didefinisikan sebagai persepsi diri yang realistis dan penerimaan terhadap penampilan fisik.
Indikator luaran yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan ini antara lain:
1. Pasien menerima perubahan penampilan fisiknya.
2. Pasien mampu mengekspresikan perasaan positif terhadap dirinya.
3. Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan penerimaan diri.
4. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
5. Pasien menunjukkan kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Citra Tubuh Positif", beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Terapi Acceptance and Commitment (ACT)
- Membantu pasien menerima perubahan penampilan fisik yang terjadi.
- Mendorong pasien untuk berkomitmen melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
- Mengidentifikasi dan mengatasi pikiran serta perasaan negatif terkait perubahan penampilan.
2. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
- Mengidentifikasi dan memodifikasi pikiran, perasaan, serta perilaku negatif terkait citra tubuh.
- Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang adaptif.
- Meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri pasien.
3. Manajemen Stres
- Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengelola stres dan kecemasan.
- Mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis.
4. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi tentang perubahan penampilan fisik dan implikasinya.
- Mengajarkan teknik perawatan diri yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Melibatkan keluarga dalam proses penerimaan diri pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada penerimaan diri, diharapkan pasien dapat mengembangkan citra tubuh yang positif, meningkatkan kepercayaan diri, dan beradaptasi secara efektif dengan perubahan penampilan fisiknya. -
Article No. 8225 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Leukemia pada Tn. E, yaitu:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan massa otot akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh badan terasa lemas dan mudah lelah
- Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri
Data Objektif:
- Pasien tampak lemah
- Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2)
2. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh mata kemerahan dan berdarah
- Pasien mengeluh gusi membengkak
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik ditemukan purpura pada wajah, tangan dan kaki
- Pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia (24.000/mm3)
3. Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat leukemia
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh pilek dan batuk
- Pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis
- Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (231.600/mm3)
- Hasil apusan darah tepi menunjukkan blast (+) +/- 10%
Diagram panah etiologi:
Leukemia
|
|
v
Penurunan sistem imun
|
|
v
Infeksi
|
|
v
Perdarahan
|
|
v
Intoleransi Aktivitas
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Status Gizi Membaik
2. Perdarahan
- Kontrol Perdarahan
- Integritas Mukosa Membaik
3. Infeksi
- Kontrol Infeksi
- Status Imun Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Pemenuhan Nutrisi
- Terapi Aktivitas
2. Perdarahan
- Manajemen Perdarahan
- Perawatan Mukosa
- Terapi Suportif
3. Infeksi
- Manajemen Infeksi
- Peningkatan Imunitas
- Terapi Suportif
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Intoleransi Aktivitas
a. Manajemen Energi: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap intoleransi aktivitas, seperti kelelahan, penurunan massa otot, dan status gizi buruk. Membantu pasien untuk menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.
b. Pemenuhan Nutrisi: Mengevaluasi status gizi pasien, memberikan asupan nutrisi yang adekuat, dan memantau perubahan berat badan.
c. Terapi Aktivitas: Merancang program aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien, meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap, dan melakukan latihan fisik yang sesuai.
2. Perdarahan
a. Manajemen Perdarahan: Memonitor tanda-tanda perdarahan, memfasilitasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau jumlah trombosit, dan mengidentifikasi serta mengelola faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perdarahan.
b. Perawatan Mukosa: Melakukan perawatan oral dan konjungtiva untuk mencegah dan mengelola perdarahan pada mukosa.
c. Terapi Suportif: Memberikan terapi transfusi produk darah sesuai indikasi, dan memastikan tersedianya obat-obatan yang dapat memperbaiki fungsi pembekuan darah.
3. Infeksi
a. Manajemen Infeksi: Memonitor tanda-tanda infeksi, memfasilitasi pemeriksaan laboratorium untuk memantau status infeksi, dan mengidentifikasi serta mengelola sumber infeksi.
b. Peningkatan Imunitas: Memfasilitasi pemberian terapi imunosupresan sesuai indikasi, dan mengoptimalkan status nutrisi untuk mendukung sistem imun.
c. Terapi Suportif: Memberikan terapi antibiotik dan antiviral sesuai indikasi, serta memastikan tersedianya obat-obatan dan tindakan suportif lainnya yang diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu Tn. E dalam menghadapi kondisi leukemianya. Kolaborasi yang erat dengan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 8226 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. cari kan diagnosa beserta dengan data objektif data subjectif dari kasus diatas dan diagram panah etiologinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Leukemia pada pasien Tn. E.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia yang ditandai dengan pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan tampak kurus.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia yang ditandai dengan pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia yang ditandai dengan pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun yang ditandai dengan pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan anemia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan badan terasa lemas dan mudah lelah.
- Data Objektif: Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum lemah, Hb 6,6 g/dL.
- Etiologi: Anemia, infiltrasi sel-sel leukemia.
2. Penurunan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
- Data Subjektif: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang.
- Data Objektif: Pasien tampak kurus, BB saat ini 46 kg, IMT 19,1 kg/m2.
- Etiologi: Anoreksia, efek samping pengobatan.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
- Data Subjektif: Pasien mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta tampak bintik-bintik merah di wajah, tangan, dan kaki.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia 24.000/mm3.
- Etiologi: Penurunan produksi trombosit oleh sel-sel leukemia.
4. Nyeri akut berhubungan dengan infiltrasi sel-sel leukemia
- Data Subjektif: Pasien mengeluh linu-linu pada kaki dan tangan.
- Data Objektif: Pasien menunjukkan ekspresi wajah kesakitan.
- Etiologi: Infiltrasi sel-sel leukemia ke dalam jaringan.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
- Data Subjektif: Pasien mengalami demam, pilek, dan batuk.
- Data Objektif: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis 231.600/mm3.
- Etiologi: Penurunan jumlah dan fungsi sel-sel darah putih akibat sel-sel leukemia.
Diagram Panah Etiologi:
Leukemia Akut
|
|
v
Infiltrasi sel-sel leukemia
|
|
v
Anemia, Trombositopenia, Penurunan sistem imun
|
|
v
Intoleransi Aktivitas, Perdarahan, Risiko Infeksi, Nyeri Akut, Penurunan Nutrisi -
Article No. 8227 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny. S, 36 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Selain itu, Ny. S juga melaporkan bahwa siklus menstruasinya menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dari biasanya dan terkadang bercak darah muncul di luar siklus haid. Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa beberapa gejala ini dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi. Ny. S memiliki dua anak dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dalam dua tahun terakhir. Setelah mendengarkan keluhan Ny. S, dokter merekomendasikan agar ia menjalani pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penyebab dari gejala keputihan abnormal dan gangguan menstruasi yang dialaminya. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan panggul, USG transvaginal, serta tes laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya infeksi atau kelainan pada organ reproduksi. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan Ny. S dalam kondisi stabil, dengan tekanan darah 112/74 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 18 kali/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Keputihan Abnormal
Penjelasan Singkat:
Ny. S mengalami keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Kondisi ini meningkatkan risiko Ny. S terinfeksi, terutama infeksi pada organ reproduksi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00004
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Perubahan pada integritas kulit/membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1803
- Judul: Kontrol Infeksi
- Definisi: Pencegahan dan pengendalian penyebaran infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 3440
- Judul: Perawatan Luka
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit/membran mukosa dan mencegah komplikasi. -
Article No. 8228 | 08 Dec 2024
Klinis : LEUKEMIA Tn. E, 28 tahun, dirawat diruangan penyakit dalam dengan keluhan badan terasa lemas dan demam. Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badanya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit gigi dan gusi membengkak. Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah pasien dirasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya merah. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badanya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Status gizi kurang (BB saat ini 46 kg, tinggi badan 155 cm, indeks massa tubuh 19,1 kg/m2) Saat rawatan hari-1 mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien membengkak. Kemudian pasien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernah periksa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang dialami oleh pasien saat ini. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 100/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 39.50 C. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu didapatkan edema palpebra pada kedua mata serta terdapat pembengkakan gusi. Tidak tampak pembesaran dan tidak teraba KGB leher. Pemeriksaan jantung; inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus kordis tidak teraba, perkusi: dalam batas normal, auskultasi : bunyi jantung regular S1 = S2. Pemeriksaan paru; inspeksi: simetris, tidak terdapat retraksi, palpasi: fremitus kiri = kanan, perkusi: sonor di seluruh lapang paru, auskultasi: suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada. Pemeriksaan abdomen; inspeksi: cembung, ausklutasi : bising usus normal, palpasi : hepar tidak teraba, perkusi: timpani Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Hasil evaluasi apusan darah tepi didapatkan: • Eritrosit : Hipokrom normositter, anisositosis, sel polikromasia (+), normoblast + 1 -2% • Leukosit : kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear, bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10% • Trombosit : kesan jumlah menurun, anisotosis. Kesan leukimia akut (AML M5-M6). Hasil pemeriksaan urinalisa didapatkan hasil pH 6,0, protein (+), sedimen leukosit negatif, sedimen eritrosit positif, dan terdapat kristal oksalat. Terapi : Infus RL 20 tpm Cefotaxime 3 x 1 gr (IV) Kalnex 3 x 1 amp (IV) Sotatik 3 x 1 amp (IV) Aspar 3 x 1 tab (PO) Tranfusi PRC 1 kolf/hr Pasien direncanakan untuk mendapatkan regimen kemoterapi dengan Daunorubisin dan Sitarabin. diagnosa beserta kodenya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus Tn. E dengan leukemia yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kodenya sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan (00206)
Penjelasan: Pasien dengan leukemia memiliki risiko perdarahan yang tinggi akibat trombositopenia (penurunan jumlah trombosit). Hal ini dapat menyebabkan perdarahan pada gusi, mata, atau kulit.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Penjelasan: Pasien mengalami kelelahan dan kelemahan yang signifikan akibat anemia dan efek penyakit leukemia, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Penjelasan: Pasien mengalami penurunan berat badan dan status gizi kurang akibat penurunan nafsu makan yang merupakan salah satu gejala leukemia.
4. Nyeri Akut (00132)
Penjelasan: Pasien mengeluh nyeri atau rasa linu pada kaki dan tangan, yang merupakan gejala umum pada leukemia.
5. Infeksi (00004)
Penjelasan: Pasien mengalami tanda-tanda infeksi, seperti demam, pilek, dan batuk, yang dapat disebabkan oleh penurunan sistem imun akibat leukemia.
6. Gangguan Penglihatan (00059)
Penjelasan: Pasien mengalami mata merah dan berdarah, yang dapat disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemia pada area mata.
7. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00201)
Penjelasan: Pasien dengan leukemia berisiko mengalami gangguan perfusi jaringan serebral akibat perubahan hematologis, seperti anemia, trombositopenia, dan kemungkinan terjadi infiltrasi sel-sel leukemia pada otak.
Kode Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan (00206)
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
4. Nyeri Akut (00132)
5. Infeksi (00004)
6. Gangguan Penglihatan (00059)
7. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral (00201) -
Article No. 8229 | 08 Dec 2024
Klinis : cemas dengan penyakitnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus "cemas dengan penyakitnya" dalam format akademis dan dari sudut pandang seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "cemas dengan penyakitnya" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Kecemasan". Kecemasan didefinisikan sebagai respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik. Dalam kasus ini, pasien mengalami kecemasan terkait dengan penyakit yang dideritanya. Kecemasan yang dialami dapat menyebabkan gejala seperti perasaan takut, khawatir, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan gangguan tidur.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan menurun
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (TD, nadi, respirasi, suhu)
c. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan nyenyak
2. Pasien mampu mengenali dan mengungkapkan penyebab kecemasan
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya dengan baik
c. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang lebih tenang
3. Pasien mampu menerapkan strategi koping yang efektif
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mempraktikkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dst)
b. Pasien dapat mengalihkan perhatian dari sumber kecemasan
c. Pasien menunjukkan perilaku yang lebih tenang dan terkendali
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap kecemasan pasien
- Kaji penyebab, gejala, dan dampak kecemasan yang dialami pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
- Evaluasi respons fisiologis dan psikologis pasien terhadap kecemasan
2. Berikan informasi dan edukasi terkait penyakit dan proses perawatannya
- Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai diagnosis, prognosis, dan rencana perawatan
- Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kekhawatirannya
- Berikan umpan balik yang positif dan berikan rasa aman kepada pasien
3. Latih pasien dalam menggunakan teknik relaksasi dan manajemen koping
- Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, dan distraksi
- Dorong pasien untuk menggunakan teknik-teknik tersebut secara rutin
- Bantu pasien mengidentifikasi dan menerapkan strategi koping yang efektif
4. Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Berkoordinasi dengan psikolog/psikiater untuk intervensi psikologis yang lebih komprehensif
- Konsultasikan obat-obatan yang dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan
- Libatkan keluarga sebagai bagian dari sistem pendukung pasien
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat kecemasan, kemampuan mengenali dan mengungkapkan penyebab kecemasan, serta kemampuan menerapkan strategi koping yang efektif. -
Article No. 8230 | 08 Dec 2024
Klinis : integritas jaringan kulit paska operasi ada luka
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi integritas jaringan kulit pasca operasi dengan ada luka adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosa ini menggambarkan adanya perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menyebabkan terjadinya luka akibat intervensi pembedahan. Diagnosa ini mencakup adanya gangguan pada lapisan kulit, kerusakan pada lapisan dermis dan epidermis, serta kemungkinan terjadinya infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Luaran ini menggambarkan proses penyembuhan luka pasca operasi dengan indikator seperti perubahan warna kulit, terbentuknya jaringan granulasi, dan berkurangnya eksudat pada luka.
2. Bebas Infeksi: Luaran ini menggambarkan kondisi bebas dari tanda-tanda infeksi pada luka, seperti tidak ada erythema, edema, nyeri, atau peningkatan suhu di sekitar luka.
3. Manajemen Nyeri: Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri yang mungkin dirasakan akibat luka operasi, dengan indikator seperti intensitas nyeri yang menurun dan pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka: Intervensi ini mencakup berbagai tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan luka, seperti membersihkan luka, mengganti balutan, dan mengaplikasikan agen topikal yang sesuai.
2. Pencegahan Infeksi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka, seperti mengedukasi pasien tentang tanda-tanda infeksi, memantau tanda vital, dan menerapkan teknik aseptik saat merawat luka.
3. Manajemen Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengelola nyeri yang mungkin dirasakan, seperti memberikan analgesik, mengajarkan teknik relaksasi, dan memantau efektivitas pengelolaan nyeri.
4. Edukasi Pasien: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam merawat luka, mengenali tanda-tanda infeksi, dan mengelola nyeri.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Intervensi ini bertujuan untuk melibatkan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, dalam memberikan asuhan yang komprehensif untuk mendukung proses penyembuhan luka.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengalami pemulihan integritas kulit, bebas dari infeksi, dan dapat mengelola nyeri dengan baik pasca operasi. -
Article No. 8231 | 08 Dec 2024
Klinis : Ny. S, 36 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan yang tidak biasa selama dua bulan terakhir. Keputihan yang dialaminya berwarna kekuningan, berbau tidak sedap, dan terkadang disertai rasa gatal serta nyeri ringan di bagian bawah perut. Selain itu, Ny. S juga melaporkan bahwa siklus menstruasinya menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dari biasanya dan terkadang bercak darah muncul di luar siklus haid. Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa beberapa gejala ini dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi. Ny. S memiliki dua anak dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dalam dua tahun terakhir. Setelah mendengarkan keluhan Ny. S, dokter merekomendasikan agar ia menjalani pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi penyebab dari gejala keputihan abnormal dan gangguan menstruasi yang dialaminya. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan panggul, USG transvaginal, serta tes laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya infeksi atau kelainan pada organ reproduksi. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan Ny. S dalam kondisi stabil, dengan tekanan darah 112/74 mmHg, nadi 76 kali/menit, suhu tubuh 36,8°C, dan pernapasan 18 kali/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan pada vagina dan serviks.
Kondisi Ny. S dengan keluhan keputihan abnormal, bau tidak sedap, dan gatal-gatal menunjukkan adanya risiko infeksi pada organ reproduksinya.
2. Gangguan Pola Menstruasi berhubungan dengan perubahan hormon.
Ny. S mengalami perubahan pada siklus menstruasinya, yakni menjadi tidak teratur, dengan perdarahan yang lebih lama dan terkadang bercak darah di luar siklus haid.
3. Kecemasan berhubungan dengan masalah kesehatan.
Ny. S tampak cemas dan khawatir dengan kondisinya, terutama karena ia mendengar bahwa gejala yang dialaminya dapat berkaitan dengan masalah serius pada organ reproduksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
a. Tanda-tanda infeksi berkurang
b. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi meningkat
c. Perilaku hidup bersih dan sehat meningkat
2. Gangguan Pola Menstruasi:
a. Siklus menstruasi kembali normal
b. Lama perdarahan menstruasi kembali normal
c. Keluhan terkait gangguan menstruasi berkurang
3. Kecemasan:
a. Tingkat kecemasan berkurang
b. Kemampuan mengatasi kecemasan meningkat
c. Perilaku tenang dan rileks meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
a. Identifikasi tanda dan gejala infeksi
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Atur posisi yang nyaman
d. Edukasi tentang pencegahan infeksi
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan
2. Gangguan Pola Menstruasi:
a. Kaji pola menstruasi
b. Anjurkan istirahat yang cukup
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri menstruasi
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan
3. Kecemasan:
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Berikan dukungan psikologis
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Libatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) secara rinci dan terperinci. Tone yang digunakan adalah akademis, sesuai dengan persona sebagai pakar perawat.