Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6391 | 19 Nov 2024
Klinis : data subyektif dan objektif 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri kepala. 2. Mual berhubungan dengan efek samping obat hipertensi, ditandai dengan pasien mengeluhkan rasa mual. 3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, ditandai dengan pasien mengeluhkan nyeri kepala.
Data Subyektif: Pasien mengeluhkan nyeri kepala.
Data Objektif: Peningkatan tekanan darah.
2. Mual berhubungan dengan efek samping obat hipertensi, ditandai dengan pasien mengeluhkan rasa mual.
Data Subyektif: Pasien mengeluhkan rasa mual.
Data Objektif: Pasien sedang mengonsumsi obat hipertensi.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, ditandai dengan pasien mengeluhkan sesak napas.
Data Subyektif: Pasien mengeluhkan sesak napas.
Data Objektif: Peningkatan tekanan darah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah:
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri kepala.
- Pasien akan melaporkan tingkat nyeri yang terkontrol.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
2. Mual berhubungan dengan efek samping obat hipertensi:
- Pasien akan melaporkan penurunan rasa mual.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik manajemen mual yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan intake cairan.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah:
- Pasien akan melaporkan penurunan sesak napas.
- Pasien akan mendemonstrasikan pola napas yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan saturasi oksigen.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah:
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif.
- Kolaborasikan dengan tim kesehatan untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya, relaksasi, distraksi).
- Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
2. Mual berhubungan dengan efek samping obat hipertensi:
- Lakukan pengkajian mual yang komprehensif.
- Kolaborasikan dengan tim kesehatan untuk penyesuaian regimen obat, jika perlu.
- Ajarkan teknik manajemen mual non-farmakologis (misalnya, napas dalam, kompres dingin).
- Dorong peningkatan asupan cairan dan makanan.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan darah:
- Lakukan pengkajian pola napas yang komprehensif.
- Kolaborasikan dengan tim kesehatan untuk pemberian oksigen, jika perlu.
- Ajarkan teknik pernapasan yang efektif (misalnya, napas dalam, latihan pernapasan).
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
Harap diperhatikan bahwa intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi individu pasien dan prinsip-prinsip praktik keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 6392 | 19 Nov 2024
Klinis : KEJANG
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi KEJANG berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
Penjelasan:
Risiko Cedera merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi kejang. Kejang dapat menyebabkan risiko cedera bagi pasien, seperti terjatuh, membentur, atau mengalami trauma fisik lainnya selama episode kejang berlangsung.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerentanan untuk mengalami luka fisik yang dapat terjadi akibat lingkungan internal dan eksternal.
- Faktor Risiko: Gangguan neurologis, seperti kejang.
- Gejala dan Tanda: Perilaku berisiko, masalah lingkungan, riwayat cedera sebelumnya.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Utama: Integritas Fisik
- Indikator:
- Tidak terjadi cedera selama episode kejang
- Tidak terjadi jatuh selama episode kejang
- Tidak terjadi trauma selama episode kejang
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama:
- Manajemen Kejang
- Pencegahan Jatuh
- Aktivitas Keperawatan:
- Memantau tanda-tanda vital selama episode kejang
- Memposisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera
- Menjaga lingkungan agar aman dan bebas dari bahaya
- Memberikan obat antiseizure sesuai instruksi medis
- Mengajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan cedera saat kejang
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk pasien dengan kejang, perawat harus fokus pada pencegahan cedera dan manajemen kejang yang efektif untuk memastikan keselamatan pasien selama episode kejang. -
Article No. 6393 | 19 Nov 2024
Klinis : KEJANG
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi KEJANG dengan penjelasan yang terstruktur dan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.X
- Deskripsi: Epilepsi dan sindrom epileptik. Kode G40.X mencakup berbagai jenis kejang, termasuk kejang parsial, kejang umum, dan kejang yang tidak terklasifikasi di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektroensefalogram (EEG), yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengelola kondisi kejang.
Penjelasan:
Dalam konteks medis, kejang (seizure) adalah suatu kondisi di mana terjadi aktivitas listrik abnormal di otak yang menyebabkan perubahan sementara pada fungsi otak. Kejang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan otak, trauma kepala, infeksi, gangguan metabolik, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Untuk menegakkan diagnosis kejang, dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti EEG. Kode ICD-10 G40.X mencakup berbagai jenis kejang, termasuk kejang parsial (hanya melibatkan sebagian otak), kejang umum (melibatkan seluruh otak), dan kejang yang tidak terklasifikasi di tempat lain.
Selain itu, pemantauan EEG (kode ICD-9-CM 89.14) dapat dilakukan untuk membantu dalam mendiagnosis dan mengelola kondisi kejang. EEG merekam aktivitas listrik otak dan dapat membantu mengidentifikasi pola abnormal yang terkait dengan kejang.
Penanganan kejang dapat meliputi pengobatan farmakologis (seperti obat anti-epilepsi), penanganan penyebab mendasar, dan intervensi lainnya sesuai dengan kondisi pasien. Peran perekam medis adalah mendokumentasikan informasi yang relevan, termasuk kode diagnosis dan tindakan yang dilakukan, untuk mendukung perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6394 | 19 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati saat makan dan merasa mual saat makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati saat makan dan merasa mual saat makan, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):
Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat:
Nyeri akut merupakan suatu kondisi di mana pasien mengalami pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati saat makan, yang dapat mengganggu aktivitas makan dan mempengaruhi kesehatan secara umum.
2. Status Keperawatan (SLKI):
Nyeri terkontrol
Definisi: Titik kontrol yang mampu dicapai oleh individu untuk mengatasi nyeri.
Penjelasan singkat:
Status keperawatan "Nyeri terkontrol" mengacu pada kemampuan pasien untuk mengendalikan atau mengatasi nyeri yang dialaminya. Dalam kasus ini, intervensi keperawatan yang tepat dapat membantu pasien mencapai status nyeri terkontrol, sehingga dapat melakukan aktivitas makan dengan lebih nyaman.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
Manajemen nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
Penjelasan singkat:
Intervensi keperawatan "Manajemen nyeri" bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri yang dialami oleh pasien. Dalam kasus ini, intervensi ini dapat meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi nonfarmakologis, dan pemantauan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan terukur untuk mengatasi masalah nyeri dan mual yang dialami oleh pasien. -
Article No. 6395 | 19 Nov 2024
Klinis : Penyumbatan napas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sebutkan, yaitu "Penyumbatan napas", maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J96.0
- Deskripsi: Insufisiensi pernapasan akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Intubasi endotrakeal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J96.0 (Insufisiensi pernapasan akut) menggambarkan kondisi di mana terjadi gangguan pada pertukaran gas dalam paru-paru, yang dapat menyebabkan penyumbatan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obstruksi jalan napas, penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.
2. Dalam kasus penyumbatan napas, jika diperlukan intervensi medis, prosedur yang mungkin dilakukan adalah intubasi endotrakeal, yang direpresentasikan oleh kode ICD-9-CM 96.04. Prosedur ini melibatkan memasukkan tabung ke dalam trakea untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan memfasilitasi ventilasi mekanik jika diperlukan.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM digunakan untuk klasifikasi dan dokumentasi diagnosa dan prosedur medis. Penentuan kode yang tepat membantu dalam perawatan medis, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 6396 | 19 Nov 2024
Klinis : Penyumbatan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi yang dapat mengakibatkan perubahan pada oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, ditandai dengan kadar oksigen darah (PaO2) dan kadar karbon dioksida darah (PaCO2) dalam batas normal, serta tidak terjadi komplikasi respirasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memantau status pernapasan dan oksigenasi
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Mengatur posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
4. Melakukan fisioterapi dada atau suction untuk membantu membersihkan jalan napas
5. Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
6. Memonitor dan mengatasi kelelahan otot pernapasan
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi penyumbatan napas pada pasien. -
Article No. 6397 | 19 Nov 2024
Klinis : Penyumbatan napas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi penyumbatan napas, dapat diidentifikasikan dengan kode dan deskripsi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J98.1
- Deskripsi: Penyumbatan napas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lain-lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J98.1 (Penyumbatan napas) digunakan untuk mengkodekan kondisi di mana terjadi penyumbatan atau hambatan pada saluran napas, baik pada saluran napas bagian atas maupun bawah, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
2. Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian oksigen, lain-lain) dapat digunakan untuk mengkodekan prosedur medis yang dilakukan untuk mengatasi penyumbatan napas, seperti pemberian oksigen tambahan atau bantuan pernapasan lainnya. Prosedur ini bertujuan untuk membantu pasien agar dapat bernapas dengan lebih lancar.
Dalam penanganan penyumbatan napas, evaluasi klinis menyeluruh serta pemeriksaan penunjang yang sesuai sangat diperlukan untuk menentukan penyebab dan menerapkan tatalaksana yang tepat. Kode-kode tersebut dapat digunakan dalam dokumentasi medis untuk memastikan pencatatan yang akurat dan memudahkan pengkodean, serta untuk tujuan administratif dan epidemiologi. -
Article No. 6398 | 19 Nov 2024
Klinis : Penyumbatan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci terkait kondisi Penyumbatan Napas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Penyumbatan Jalan Napas yang ditandai dengan:
- Kesulitan bernapas
- Penggunaan otot tambahan untuk bernapas
- Bunyi napas tambahan (wheezing, stridor)
- Perubahan frekuensi dan kedalaman napas
Luaran/Output SLKI yang Diharapkan:
1. Pemeliharaan Jalan Napas
- Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan
- Pasien dapat bernapas dengan mudah dan tidak ada tanda-tanda kerja napas yang meningkat
- Tidak ada infeksi saluran napas yang muncul
2. Pengendalian Gejala
- Pasien melaporkan berkurangnya sesak napas dan rasa tidak nyaman saat bernapas
- Tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam rentang normal
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Jalan Napas
- Identifikasi penyebab penyumbatan jalan napas
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas
- Atur posisi pasien untuk memfasilitasi pernafasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan definitif penyumbatan
2. Manajemen Oksigenasi
- Pantau saturasi oksigen dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi inhalasi bronkodilator
3. Edukasi Kesehatan
- Ajarkan teknik pernapasan dan latihan untuk mempertahankan jalan napas terbuka
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai faktor pencetus dan tindakan pencegahan
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan, mengendalikan gejala sesak napas, serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 6399 | 19 Nov 2024
Klinis : gangguan tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi gangguan tidur.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari. Tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain sulit memulai atau mempertahankan tidur, tidur tidak restoratif, mengantuk di siang hari, dan perubahan ritme sirkadian.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan untuk gangguan pola tidur antara lain pola tidur yang adekuat, kualitas tidur yang baik, dan tidak ada gejala kantuk di siang hari. Indikator keberhasilan dapat dinilai melalui jumlah jam tidur, latency onset tidur, dan kualitas tidur yang dirasakan pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola tidur meliputi manajemen lingkungan (menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur), terapi relaksasi (teknik pernafasan, distraksi, dan relaksasi otot), edukasi terkait higiene tidur, dan pemberian terapi farmakologis jika diperlukan. Intervensi dilakukan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal.
Secara umum, penanganan gangguan pola tidur memerlukan pendekatan holistik dengan memperhatikan faktor fisik, psikologis, dan lingkungan untuk memfasilitasi perbaikan kualitas dan kuantitas tidur pasien. Peran perawat sangat penting dalam melakukan asesmen, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 6164 | 18 Nov 2024
Klinis : Ibu berusia 24 tahun memiliki anak berusia 15 bulan mengeluhkan bahwa asinya sudah seret atau tidak keluar. Terdapat lecet disekitaran puting. Ibu menginginkan agar asinya dapat kembali membaik dengan teknik pijat oksitosin. Ibu mengetahui bahwa asi lebih baik dibanding dengan susu formula. Bayi dari si ibu sudah jarang diberi asi dari umur 4 bulan. Tidak ada riwayat penyakit apapun yang di derita oleh ibu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Menyusui: Penurunan atau penghentian produksi ASI yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi tidak adekuat.
Karakteristik Definisional:
- Ibu mengeluhkan ASI yang seret atau tidak keluar
- Terdapat lecet di sekitar puting
- Bayi jarang diberi ASI sejak usia 4 bulan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Produksi ASI
- Kriteria Hasil:
- Ibu melaporkan produksi ASI kembali memadai
- Bayi mendapatkan asupan ASI yang cukup
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi pada bayi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Laktasi
- Kaji penyebab penurunan produksi ASI (faktor fisiologis, psikologis, atau gaya hidup)
- Ajarkan teknik menyusui yang benar
- Ajarkan teknik pemijatan oksitosin
- Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi
- Anjurkan ibu untuk menggunakan pompa ASI untuk merangsang produksi ASI
- Berikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk terus menyusui
- Kolaborasi dengan ahli laktasi atau dokter jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Menyusui" dipilih karena kondisi yang dialami ibu, yaitu penurunan atau penghentian produksi ASI, yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi. Luaran yang diharapkan adalah "Peningkatan Produksi ASI", dengan kriteria hasil yang menunjukkan bahwa produksi ASI kembali memadai dan bayi mendapatkan asupan ASI yang cukup. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen laktasi, seperti mengidentifikasi penyebab penurunan produksi ASI, mengajarkan teknik menyusui yang benar, memijat oksitosin, dan memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu. Kolaborasi dengan ahli laktasi atau dokter juga dapat dilakukan jika diperlukan.