Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6351 | 19 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berkunang kunang dan mual,os riw hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mendemonstrasikan berat badan yang meningkat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan tidak ada keluhan mual atau muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau asupan dan output cairan, memantau berat badan, mengatur jadwal makan, dan memberikan dukungan nutrisi sesuai kebutuhan klien.
2. Ketidakseimbangan cairan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana ada peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mendemonstrasikan status hidrasi yang adekuat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memantau asupan dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, mengatur jadwal minum, dan memberikan dukungan cairan sesuai kebutuhan klien.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan keluhan pusing, berkunang-kunang, dan mual, serta riwayat hipertensi, dapat disimpulkan bahwa klien mengalami ketidakseimbangan nutrisi dan cairan. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakstabilan kondisi klien. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut dan memastikan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 6352 | 19 Nov 2024
Klinis : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat ahli, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gangguan Integritas Kulit/Jaringan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan integritas kulit/jaringan didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit dan jaringan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penuaan, imobilitas, kondisi penyakit, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penatalaksanaan gangguan integritas kulit/jaringan adalah pemulihan integritas kulit dan jaringan, penyembuhan luka, dan pencegahan komplikasi lebih lanjut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi perawatan luka, manajemen tekanan, nutrisi yang adekuat, mobilisasi, penggunaan alat bantu, dan edukasi pasien/keluarga. Tujuannya adalah mencegah, meminimalkan, dan memulihkan integritas kulit dan jaringan.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi ini digunakan secara komprehensif untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien dengan gangguan integritas kulit/jaringan. -
Article No. 6353 | 19 Nov 2024
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nausea.
Diagnosa Keperawatan:
Nausea
Definisi:
Nausea adalah perasaan tidak nyaman yang mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penyebab:
1. Efek samping obat-obatan
2. Perubahan status fisiologis (misalnya, kehamilan, kanker, infeksi)
3. Stres emosional
4. Rasa bau atau rasa yang tidak menyenangkan
Karakteristik Definisi:
1. Perasaan mual atau ingin muntah
2. Peningkatan produksi saliva
3. Perubahan warna kulit (pucat)
4. Keinginan untuk menghindari makanan
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Gejala: Mengkaji dan memonitor gejala nausea, memberikan tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nausea.
2. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada klien yang mengalami nausea.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen nausea.
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Kontrol Nausea: Klien dapat mengendalikan atau mengurangi nausea yang dirasakan.
2. Kenyamanan: Klien mencapai tingkat kenyamanan yang optimal.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Nausea: Klien dan keluarga memahami dan mampu melakukan manajemen nausea.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan Nausea beserta intervensi dan luaran keperawatan berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari PPNI. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 6354 | 19 Nov 2024
Klinis : Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Selamat siang. Berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertensi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Diagnosa ini didasarkan pada gejala-gejala yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi, seperti peningkatan tekanan darah, nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi. Diagnosa ini mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi jantung dan peredaran darah yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu:
1. Kontrol Tekanan Darah: Pasien dapat mengendalikan tekanan darahnya dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan Kardiak: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan kardiak yang adekuat, seperti tidak ada nyeri dada, dispnea, dan palpitasi.
3. Pengetahuan: Pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi, faktor risikonya, dan cara pengelolaannya.
4. Manajemen Pengobatan: Pasien dapat mengelola pengobatan hipertensinya secara efektif, termasuk kepatuhan minum obat dan monitoring tekanan darah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), antara lain:
1. Manajemen Hipertensi:
- Identifikasi faktor risiko hipertensi pada pasien.
- Monitoring tekanan darah secara teratur.
- Edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan antihipertensi.
2. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi dan evaluasi karakteristik nyeri yang dialami pasien.
- Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi dan terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgetik, jika diperlukan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi tentang hipertensi, faktor risikonya, dan cara pengelolaannya.
- Ajarkan pasien cara memantau tekanan darah secara mandiri.
- Diskusikan pentingnya kepatuhan pengobatan dan jadwal kontrol.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu dapat mengendalikan tekanan darahnya, memiliki perfusi jaringan kardiak yang adekuat, meningkatkan pengetahuan, dan dapat mengelola pengobatan hipertensi secara efektif. Hal ini akan membantu mencegah komplikasi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 6355 | 19 Nov 2024
Klinis : Resiko tinggi penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membahas diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "Risiko tinggi penurunan curah jantung" secara rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Risiko tinggi penurunan curah jantung" adalah "Risiko Penurunan Curah Jantung". Diagnosa ini menggambarkan adanya kemungkinan penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan kontraktilitas miokard, obstruksi aliran darah, atau peningkatan beban kerja jantung.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Hemodinamik yang stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak ada tanda-tanda penurunan curah jantung seperti tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, atau urine output yang menurun.
2. Perfusi jaringan yang adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang baik, seperti ekstremitas hangat, pengisian kapiler yang normal, dan tidak ada perubahan warna kulit.
3. Komplikasi yang minimal: Pasien tidak mengalami komplikasi terkait penurunan curah jantung, seperti edema paru, gangguan fungsi organ, atau syok.
4. Pengetahuan yang meningkat: Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor risiko, gejala, dan penanganan penurunan curah jantung.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Hemodinamik:
- Memantau tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Memantau intake dan output cairan, serta mengevaluasi keseimbangan cairan
- Memantau status perfusi jaringan (warna, suhu, dan pengisian kapiler kulit)
- Memantau gejala penurunan curah jantung (dispnea, edema, oliguria, letargi)
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit:
- Mengatur pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan dan status hemodinamik pasien
- Memantau dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Memberikan terapi diuretik atau vasopressor jika diperlukan, sesuai instruksi dokter
3. Manajemen Gejala:
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan menurunkan beban kerja jantung
- Mengelola nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami pasien
4. Edukasi dan Dukungan:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan penurunan curah jantung
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu hemodinamik yang stabil, perfusi jaringan yang adekuat, komplikasi yang minimal, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penurunan curah jantung. -
Article No. 6356 | 19 Nov 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Rentan terjadinya invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
- Pelemahan sistem pertahanan tubuh
- Penurunan fungsi integumen
- Tindakan invasif/prosedur medis
- Malnutrisi
- Kurang pengetahuan tentang pencegahan infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Tanda dan gejala: peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, erythema, nyeri, pembengkakan, drainase, perubahan warna kulit/mukosa.
- Penyebab: organisme patogen, prosedur invasif, kondisi komorbid, malnutrisi, kurang pengetahuan.
- Risiko yang mungkin terjadi: sepsis, syok septik, disfungsi organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi menurun, tidak ada komplikasi infeksi.
- Intervensi Keperawatan: memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, melakukan prosedur aseptik, memberikan edukasi pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: perawatan luka, perawatan intravena, manajemen risiko infeksi, edukasi pencegahan infeksi.
- Aktivitas Keperawatan: memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, melakukan prosedur aseptik, memberikan terapi sesuai indikasi.
Peran perawat sangat penting dalam mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien. Perawat harus kompeten dalam menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi dan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah komplikasi yang dapat membahayakan kondisi pasien. -
Article No. 6357 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama Dafa datang ke IGD dengan keluhan munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit dan mudah memar sejak satu minggu terakhir. Orang tuanya juga melaporkan adanya mimisan sebanyak dua kali dalam minggu ini tanpa penyebab yang jelas. Anak tidak demam, tidak lemas, dan aktivitasnya normal, tetapi orang tua khawatir karena bintik merah semakin banyak. Hasil pemeriksaan fisik: • Pucat: tidak. • Petechiae terlihat di lengan, kaki, dan punggung. • Tidak ada pembesaran limpa. • Tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 12,5 g/dL (normal). • Leukosit: 8.000/µL (normal). • Trombosit: 15.000/µL (rendah, normal: 150.000- 450.000/μL). • Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan tidak ada tanda leukemia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kemungkinan terjadinya kehilangan darah secara tiba-tiba, terus-menerus, dan berlebihan dari tempat yang normal.
- Penyebab: Penurunan jumlah trombosit, yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan laboratorium.
- Tanda dan Gejala: Munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit, mudah memar, dan mimisan tanpa penyebab yang jelas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Anak dapat mempertahankan fungsi koagulasi yang adekuat dan mencegah terjadinya perdarahan.
- Indikator: Tidak ada lagi munculan bintik-bintik merah di kulit, tidak terjadi perdarahan spontan, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan lainnya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan Tanda Vital
b. Pemantauan Perdarahan
c. Manajemen Nutrisi
d. Edukasi Pasien dan Keluarga
e. Kolaborasi dengan Dokter (pemberian terapi sesuai indikasi)
Secara singkat, kasus Dafa menunjukkan adanya risiko perdarahan yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit. Tujuan utama perawatan adalah mempertahankan fungsi koagulasi yang adekuat dan mencegah terjadinya perdarahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, pemantauan perdarahan, manajemen nutrisi, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 6358 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama Dafa datang ke IGD dengan keluhan munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit dan mudah memar sejak satu minggu terakhir. Orang tuanya juga melaporkan adanya mimisan sebanyak dua kali dalam minggu ini tanpa penyebab yang jelas. Anak tidak demam, tidak lemas, dan aktivitasnya normal, tetapi orang tua khawatir karena bintik merah semakin banyak. Hasil pemeriksaan fisik: • Pucat: tidak. • Petechiae terlihat di lengan, kaki, dan punggung. • Tidak ada pembesaran limpa. • Tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 12,5 g/dL (normal). • Leukosit: 8.000/µL (normal). • Trombosit: 15.000/µL (rendah, normal: 150.000- 450.000/μL). • Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan tidak ada tanda leukemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Dafa adalah:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Penurunan Jumlah Trombosit
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan spontan
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada kelelahan yang berlebihan
4. Anak dapat beraktivitas sesuai usia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara rutin
2. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan seperti petekie, ekimosis, dan epistaksis
3. Pertahankan kebersihan kulit dan mulut untuk mencegah infeksi
4. Berikan edukasi kepada orang tua tentang tanda-tanda perdarahan dan kapan harus segera ke rumah sakit
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penunjang seperti transfusi trombosit jika diperlukan
6. Anjurkan istirahat cukup dan hindari aktivitas berat
7. Berikan nutrisi yang cukup untuk menjaga status hemodinamik
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan ini dipilih karena adanya penurunan jumlah trombosit yang dapat meningkatkan risiko perdarahan pada Dafa. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memantau tanda-tanda perdarahan, mencegah komplikasi, dan mempertahankan stabilitas kondisi Dafa. Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada kelelahan yang berlebihan, dan anak dapat beraktivitas sesuai usianya. -
Article No. 6359 | 19 Nov 2024
Klinis : Perawatan jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi perawatan jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Perawatan Jantung:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi perawatan jantung adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan dalam sistem kardiovaskular yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai kondisi seperti penyakit jantung koroner, gangguan katup jantung, atau gagal jantung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Pasien melaporkan berkurangnya gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan edema
- Pemeriksaan diagnostik menunjukkan perbaikan pada fungsi jantung (misalnya, peningkatan ejeksi fraksi, perbaikan aliran darah)
2. Manajemen Regimen Terapi Efektif
- Pasien dapat menjelaskan regimen terapeutik yang diberikan (obat-obatan, diet, aktivitas)
- Pasien melakukan regimen terapi sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan
- Pasien melaporkan tidak adanya efek samping yang merugikan dari regimen terapi
3. Koping Efektif terhadap Kondisi Kesehatan
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber stres dan strategi koping yang efektif
- Pasien menggunakan strategi koping yang tepat untuk mengelola stres terkait kondisi jantungnya
- Pasien menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Memantau perubahan tanda-tanda vital dan melaporkan kepada tenaga kesehatan
2. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memfasilitasi istirahat yang cukup dan membantu pasien mengelola kelelahan
3. Manajemen Nutrisi
- Mengevaluasi kebutuhan nutrisi pasien dan memberikan diet yang sesuai
- Memantau asupan dan keseimbangan cairan pasien
4. Edukasi dan Konseling Kesehatan
- Memberikan informasi tentang penyakit jantung dan perawatannya
- Membantu pasien memahami dan menjalankan regimen terapi yang direkomendasikan
5. Intervensi Psikososial
- Mengidentifikasi faktor stres dan masalah psikologis yang dihadapi pasien
- Memfasilitasi strategi koping yang efektif dan dukungan sosial
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada luaran yang diharapkan, diharapkan pasien dengan kondisi perawatan jantung dapat mencapai perbaikan perfusi jaringan jantung, manajemen regimen terapi yang efektif, dan koping yang baik terhadap kondisi kesehatannya. -
Article No. 6360 | 19 Nov 2024
Klinis : KASUS KANKER MK. ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF Tn. Mahdad pria berusia 58 tahun dirawat di Ruangan rawat inap penyakit Bedah RSU A sejak satu hari yang lalu. Pasien masuk RS melalui UGD karena hematuria total, nyeri difus pada penis, uretroragia, retensi urin kandung kemih yang berhubungan dengan rectorragie dan anemia. Satu minggu sebelum masuk RS, pasien mengatakan mengalami disuria dengan onset yang tertunda dan nokturia yang terdiri dari empat kali elevasi nokturnal. Hal ini menyebabkan pasien tidak puas BAK, inkontinensia urin, tidak bisa tidur nyenyak, tidur 3-4 jam/hari, sering sakit kepala dan tidak lagi bekerja seperti biasanya. Saat disuria, pasien minum air panas, mengompres hangat pada symphisis pubis dan minum obat acetamynophen. Pasien sudah terdiagnosa adenokarsinoma prostat sejak 10 bulan yang lalu. Pada dua bulan terakhir, Pasien tidak pernah kontrol ke dokter dan tidak lagi minum obat-obatan. Pasien mengatakan sudah bosan minum obat terus dan tidak mau kemoterapi. Pasien mengatakan ia melakukan terapi bekam dan akupuntur ke terapis tradiosional sejak 3 bulan terakhir. Hasil Pemeriksaan hari pertama rawat inap didapatkan data sebagai berikut : BB 69 kg, TB 173 cm., , skala nyeri 7-8. Kesadaran compos mentis, tampak bersih, tampak pucat, tampak lemah, tampak sakit sedang, tampak tidur dengan semifowler. Kepala utuh, simetris, sklera ikterik dan tampak lingkaran hallo, konjungtiva anemis. Terpasang nasal kanul dengan O2 3 liter/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung, bunyi paru vesikuler, tidak ada rales, ronchi maupun wheezing, tidak ada retraksi dada, respirasi 24 kali/menit, SaO2 100% dengan oksigen. TD 145/86 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit , suhu tubuh 38,2 C denyut nadi reguler, BJ I lub, BJ II dub, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada peningkatan JVP, denyut nadi carotis kuat dan reguler, tidak ada hematoma, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada trombhoplebitis, terpasang IVFD RL 20 gtt di vena radialis dextra. Wajah, bibir, konjungtiva dan akral tampak anemis, CRT 4 detik, tidak ada clubbing finger, akral teraba hangat. Bibir kering dan anemis, tercium halitosis, rongga mulut dan gigi tidak ada kelainan, tonsil tidak teraba, Abdomen datar, tidak ada hepatomegali dan splenomegali, terdapat nyeri tekan area sympbisis pubis dengan skala 2-3, tidak ada nyeri lepas, bising usus 8-9 kali/menit, terdapat nyeri perkusi pada area sekitar umbilical, anus tidak ada kelainan, refleks anus positif. Pada pemeriksaan rektal, adanya volume prostat yang membesar, konsistensi keras, permukaan tidak teratur, skala nyeri 1, pada jari pemeriksa terdapat bercak darah merah dan segar. BAB 2 hari sekali, dengan konsisitensi padat. terdapat Ulserasi bertunas berdiameter sekitar 1 sentimeter (cm) pada sulkus balano-preputial (Gambar dibawah) dan pengerasan badan kavernosa. Tidak ada nanah, tidak ada darah. Pasien mengatakan perih jika terkena air atau urin. Pasien mengatakan sering dioles dengan bethadin. Pasien juga mengatakan tidak lagi berhubungan seks dengan istrinya sejak kondisinya seperti ini. Skrotum dan ttestis tidak ada kelainan. Terpasang kateter uretro-vesikal charriere (CH) 22 arus ganda dengan sistem irigasi kandung kemih. Terdapat hematuria dalam urin bag yang berjumlah 360 ml/5 jam. Ekstrimitas atas dan bawah utuh dan simetris, tidak ada kelaianan bentuk, kekuatan otot ekstrimitas atas 5 dan ekstrimitas bawah 4, refleks patela positif. Vertebra utuh dan tidak ada kelainan. Pasien mengatakan terasa panas pada sakrum hingga ke bokong. Nervus kranial 1-XII tidak ada kelainan. Pasien selalu menggunakan kursi roda untuk melakukan kegiatan. Sejak dirawat Pasien tidak menghabiskan porsi makan, ia makan 4-5 sendok. Minum air mineral 1000 - 1500 ml/hari, pasien mengatakan biasanya ia lebih sering minum air teh dan kopi dibandingkan air mineral. Pasien makan makanan cemilan (gorengan, buah, biskuit, kue). Saat di rumah, pasien hanya makan 2 kali/hari dan menghabiskan ½ porsi. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan: PSA Total adalah 7,4 nanogram per militru (ng/ml). Kadar kreatinin serum adalah 9,3 mg/l. Dosis uremia adalah 0,26 g/L. hemoglobin 9,3 g/dl. Pemeriksaan sitobakteriologi urin : adanya Escherichia coli (E. coli). USG menunjukkan hipertrofi prostat sebesar 107,36 g. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg sekali sehari. Uretrosistoskopi menunjukkan adanya tumor uretra berdarah yang meluas dari uretra bulbar ke prostat. MRI prostat menunjukkan adanya proses tumor prostat yang besar, kontur tidak teratur, heterogen, dan tidak terbatas pada daerah anorektal di belakang badan. Biopsi prostat dengan analisis anatomi-sitopatologi yang mendukung adenokarsinoma prostat dengan skor Gleason 7 (4+3). Diagnosis kanker prostat dengan perluasan korpus kavernosum, uretra, dan rektum yang terkait dengan rektorrhagia dipertahankan. Kanker diklasifikasikan sebagai T4N0MX. DPJP memberikan transfusi darah whole blood 1 labu, levofloxacin 500 mg sekali sehari, ciproterone asetat 200 mg dalam 2 dosis, paracetamol 500 mg jika demam dan sangobion 2x1. pasien didampingi istrinya (Ny. Yosi usia 56 tahun) dan anaknya (Tn. Mahdi usia 22 tahun). Pasien memiliki 3 anak dan semuanya telah menikah. Pasien tinggal dengan istrinya dan satu anaknya (Tn. Mahdi). Pasien memiliki hipertensi sejak usia 47 tahun dan selalu minum 10 mg amlodipine setiap hari. Pasien pernah mengalami TB Paru dan telah sembuh. Pasien bekerja sebagai pembuat meubel dan petani. Pasien dan keluarganya beragama Islam dan berasal dari suku jawa. Ia perokok sejak usia 20 tahun. Ibu pasien mengalami kanker payudara dan kakanya mengalami benigna prostate hipertropi. Istri pasien mengatakan bahwa suaminya selalu marah-marah dengan perubahan kondisi kesehatannya. Ia selalu menolak minum obat dan makan. Ia bingung harus gimana lagi menangani penyakit suaminya dan biayanya juga mahal. Ia berharap suaminya bisa sehat lagi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus kanker pada Tn. Mahdad:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (kanker prostat)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulserasi bertunas di sulkus balano-preputial
3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin (tumor prostat)
4. Kelelahan berhubungan dengan penyakit kronis (kanker prostat)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
6. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi seksual
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 7-8 menjadi 3-4.
2. Integritas Kulit Terpelihara: Luka di sulkus balano-preputial mengalami penyembuhan.
3. Pengeluaran Urin Membaik: Pasien dapat berkemih dengan lancar tanpa obstruksi.
4. Kelelahan Berkurang: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
5. Bebas Infeksi: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada pasien.
6. Nutrisi Adekuat: Pasien dapat menghabiskan porsi makan dan cairan yang cukup.
7. Citra Tubuh Positif: Pasien menerima perubahan fungsi seksual dan tetap merasa berharga.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgetik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi
- Monitor respons terhadap intervensi nyeri
2. Perawatan Luka:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik
- Aplikasikan pelembab kulit
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka
3. Manajemen Eliminasi Urin:
- Monitor input dan output cairan
- Lakukan irigasi kandung kemih secara rutin
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kateter
4. Manajemen Kelelahan:
- Identifikasi faktor penyebab kelelahan
- Bantu pasien menjadwalkan aktivitas dan istirahat
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan
5. Pencegahan Infeksi:
- Pastikan prosedur aseptik dalam tindakan keperawatan
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk terapi antibiotik
6. Manajemen Nutrisi:
- Monitor asupan dan output nutrisi
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang nutrisi yang adekuat
7. Terapi Fungsi Seksual:
- Diskusikan perubahan fungsi seksual dengan pasien dan keluarga
- Berikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik komunikasi dan intimasi non-seksual
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse