Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6341 | 19 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus bayi yang mengalami luka bakar akibat tradisi "panggang" di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan dengan Paparan Panas
Penjelasan:
Bayi mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya akibat tradisi "panggang" yang dilakukan oleh keluarga. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada integritas kulit bayi.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Cedera Fisik
Penjelasan:
Luka bakar yang dialami bayi dapat menyebabkan nyeri akut. Bayi mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri seperti menangis, gerakan tubuh yang terbatas, dan ekspresi wajah yang menunjukkan kesakitan.
3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan:
Luka bakar yang dialami bayi merupakan pintu masuk bagi mikroorganisme penyebab infeksi. Oleh karena itu, bayi berisiko mengalami infeksi jika tidak diberikan perawatan yang tepat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Kondisi di mana individu berisiko mengalami kerusakan pada lapisan epidermis dan/atau dermis kulit.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Risiko Infeksi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami masuknya dan berkembangbiaknya mikroorganisme patogen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit: Keadaan utuh dan sehat pada lapisan epidermis dan/atau dermis kulit.
2. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk menjaga atau mengendalikan rasa nyeri.
3. Pencegahan Infeksi: Kemampuan individu untuk mencegah terjadinya infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka: Tindakan merawat luka bakar pada bayi untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri: Tindakan menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami bayi.
3. Pencegahan Infeksi: Tindakan mencegah terjadinya infeksi pada luka bakar bayi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang berlaku untuk memberikan perawatan terbaik bagi bayi yang mengalami luka bakar akibat tradisi "panggang" ini. -
Article No. 6342 | 19 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko cedera bakar berhubungan dengan tindakan tradisional "panggang" pada bayi.
Rasional: Bayi mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh akibat tindakan tradisional "panggang" yang dilakukan oleh keluarga untuk memperkuat fisik bayi.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka bakar.
Rasional: Bayi mengalami luka bakar yang dapat menyebabkan nyeri.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan luka bakar.
Rasional: Luka bakar yang dialami bayi berisiko mengalami infeksi jika tidak ditangani dengan baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bayi tidak mengalami komplikasi luka bakar (misalnya infeksi, hipertrofi jaringan parut).
2. Bayi dapat menunjukkan ekspresi wajah dan perilaku yang menunjukkan kenyamanan.
3. Bayi menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Cedera:
a. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap luka bakar bayi.
b. Berikan perawatan luka bakar sesuai prosedur.
c. Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi luka bakar.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan luka bakar.
2. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Pantau efektivitas intervensi nyeri.
d. Libatkan keluarga dalam manajemen nyeri bayi.
3. Pencegahan Infeksi:
a. Lakukan perawatan luka bakar dengan teknik aseptik.
b. Berikan antibiotik sesuai indikasi untuk mencegah infeksi.
c. Pantau tanda-tanda infeksi dan lakuka intervensi sesuai kebutuhan.
d. Edukasi keluarga tentang pencegahan infeksi.
Melalui diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pemulihan bayi dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat luka bakar. -
Article No. 6343 | 19 Nov 2024
Klinis : defisit kesehatan komunitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Kesehatan Komunitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Kesehatan Komunitas didefinisikan sebagai "Keadaan di mana kelompok/komunitas memiliki kemampuan yang tidak mencukupi untuk memfasilitasi pemeliharaan atau peningkatan kesehatan".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Defisit Kesehatan Komunitas adalah komunitas mampu memaksimalkan status kesehatan mereka, seperti peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku hidup sehat, dan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Asesmen kesehatan komunitas
2. Pengembangan rencana kesehatan komunitas
3. Pemberdayaan komunitas
4. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait
5. Monitoring dan evaluasi program kesehatan komunitas
Peran perawat sebagai pakar dan praktisi keperawatan komunitas adalah melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi program kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan komunitas secara holistik dan berkesinambungan. -
Article No. 6344 | 19 Nov 2024
Klinis : Ny. Anastasia, 38 tahun, G2P1A0, datang ke poli KIA tanggal 2 November 2024 untuk memeriksakan kandungan. Didapatkan data sebagai berikut: HPHT: 30 Maret 2024. Riwayat kehamilan sebelumnya: anak pertama berusia 10 tahun, perempuan, lahir normal pervaginam tahun 2014 dengan induksi persalinan karena sudah melewati tanggal perkiraan, tetapi ibu belum merasakan kotraksi. Penolong persalinan dokter, BB bayi saat lahir: 2500 gram, panjang lahir: 48 cm. TB ibu 157 cm, BB saat ini 54 kg, BB satu bulan yang lalu 52 Kg. BB sebelum hamil 47 kg. TD: 120/80 mmHg. Konjungtiva anemis, LILA: 23 cm. putting susu menonjol. Hasil pemeriksaan leopold: TFU: 28 cm, L1: kepala LII: puka, LIII: bokong. Tidak ada udem pada ekstremitas bawah. Varises tidak ada. Menurut ibu, ibu pernah memakai kontrasepsi suntik 3 bulan sekali. Kemudian lepas suntik, sejak anak pertama berusia 3 tahun. Tetapi baru hamil kembali pada bulan Januari 2024. Keluhan saat ini: ibu merasa sering lelah, punggung dan pinggang terasa pegal. Ibu juga sering buang air kecil saat malam hari sehingga tidur malamnya terganggu. Ibu mengalami keputihan. Warna jernih, tidak berbau.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memahami kondisi Ny. Anastasia yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Fatigue (kelelahan) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik selama kehamilan.
2. Nyeri punggung berhubungan dengan perubahan postur tubuh dan peningkatan berat badan selama kehamilan.
3. Frekuensi berkemih meningkat berhubungan dengan penekanan uterus yang membesar pada kandung kemih.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan frekuensi berkemih yang meningkat di malam hari.
5. Keputihan patologis berhubungan dengan perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah selama kehamilan.
Penjelasan Singkat:
1. Fatigue (kelelahan) berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik selama kehamilan.
- Kehamilan menyebabkan peningkatan kebutuhan energi dan metabolisme, sehingga ibu hamil cenderung mengalami kelelahan.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen aktivitas, pengelolaan stres, dan edukasi tentang istirahat yang cukup.
2. Nyeri punggung berhubungan dengan perubahan postur tubuh dan peningkatan berat badan selama kehamilan.
- Perubahan postur tubuh dan peningkatan berat badan pada kehamilan dapat menyebabkan nyeri punggung.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen nyeri, latihan fisik yang sesuai, dan penggunaan alat bantu (seperti bantal atau sabuk kehamilan).
3. Frekuensi berkemih meningkat berhubungan dengan penekanan uterus yang membesar pada kandung kemih.
- Uterus yang membesar selama kehamilan dapat menekan kandung kemih, menyebabkan frekuensi berkemih yang meningkat.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen intake cairan, latihan Kegel, dan edukasi tentang pentingnya memenuhi kebutuhan cairan.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan frekuensi berkemih yang meningkat di malam hari.
- Peningkatan frekuensi berkemih di malam hari dapat mengganggu pola tidur ibu hamil.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen pola tidur, relaksasi, dan edukasi tentang higiene tidur.
5. Keputihan patologis berhubungan dengan perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah selama kehamilan.
- Perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah selama kehamilan dapat menyebabkan keputihan yang berlebihan.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi edukasi tentang kebersihan area genital, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan yang sesuai. -
Article No. 6345 | 19 Nov 2024
Klinis : typoid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi typhoid dengan menggunakan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A01.0
- Deskripsi: Demam tifoid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.21
- Deskripsi: Pemberian obat antibiotik untuk infeksi bakteri lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 untuk Diagnosis:
- Kode A01.0 adalah kode untuk demam tifoid, yang merupakan infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Gejala umum yang muncul termasuk demam tinggi, sakit kepala, mual, diare, dan ruam di dada dan perut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode 99.21 adalah kode untuk pemberian obat antibiotik untuk infeksi bakteri lainnya. Dalam kasus demam tifoid, pemberian antibiotik merupakan salah satu komponen penting dalam penanganan, terutama untuk menghambat perkembangan infeksi dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk memastikan pengkodean yang akurat dan tepat untuk kondisi ini agar dapat mendukung catatan medis pasien, pelaporan, dan penagihan yang efektif. -
Article No. 6346 | 19 Nov 2024
Klinis : Asma bronkial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Asma Bronkial:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menginspirasi dan/atau ekspirasi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Penyebab: Peningkatan respons inflamasi dan obstruksi saluran napas.
- Gejala: Sesak napas, mengi, batuk, retraksi otot pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Keterbatasan dalam kapasitas fungsional.
- Gejala: Kelelahan, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Penyebab: Penurunan sistem kekebalan tubuh.
- Gejala: Peningkatan frekuensi infeksi saluran pernapasan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan panduan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan standar asuhan keperawatan yang berkualitas.
Dalam menangani pasien dengan Asma Bronkial, perawat dapat menggunakan pedoman ini untuk:
1. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang dialami pasien (SDKI).
2. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai (SLKI).
3. Merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pasien (SIKI).
Penggunaan standar ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan berpusat pada pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keefektifan perawatan yang diberikan. -
Article No. 6347 | 19 Nov 2024
Klinis : CHF, uap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Congestive Heart Failure (CHF) dan asma (uap).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot pernapasan akibat CHF dan asma.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisiologis akibat CHF dan asma.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi jantung dan ginjal akibat CHF.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Napas: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan pada kapasitas energi.
3. Kelebihan Volume Cairan: Kelebihan cairan yang melebihi kemampuan tubuh untuk mempertahankan homeostasis cairan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif: Kemampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Toleransi Aktivitas: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Keseimbangan Cairan: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan jalan napas yang efektif.
2. Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Dalam menetapkan diagnosa dan intervensi keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, respons fisiologis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. -
Article No. 6348 | 19 Nov 2024
Klinis : CHF, uap, dyspepsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi CHF, hipo/hipertermi, dan dispepsia dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan untuk Congestive Heart Failure (CHF):
a. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung
b. Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kondisi di mana individu mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung akibat gangguan pada sistem kardiovaskular.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pembatasan aktivitas, pemberian terapi oksigen, dan edukasi manajemen CHF.
2. Diagnosa Keperawatan untuk Hipotermi/Hipertermi:
a. Diagnosa Keperawatan: Gangguan regulasi suhu tubuh
b. Penjelasan Singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami perubahan suhu tubuh di luar rentang normal akibat ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan suhu tubuh, pemberian tindakan untuk menurunkan atau meningkatkan suhu tubuh, dan edukasi manajemen suhu tubuh.
3. Diagnosa Keperawatan untuk Dispepsia:
a. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pencernaan
b. Penjelasan Singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami perubahan pada fungsi gastrointestinal yang menyebabkan gangguan dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan pola makan, pemberian terapi nutrisi, dan edukasi manajemen dispepsia.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat juga perlu memperhatikan karakteristik pasien, faktor risiko, dan pertimbangan lain yang relevan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan intervensi yang sesuai. -
Article No. 6349 | 19 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis dan rencana keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus bayi dengan luka bakar akibat tradisi "panggang" ini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Luka Bakar
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Bakar
3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Bakar
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Luka Bakar
- Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan pada pembuluh darah, sehingga memengaruhi aliran darah dan oksigenasi ke jaringan perifer.
- Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti nekrosis jaringan, gangren, dan kehilangan ekstremitas.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Bakar
- Luka bakar dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan tidak tertahankan, terutama pada saat perawatan luka.
- Nyeri akut dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan dapat memengaruhi aktivitas dan tidur bayi.
3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Bakar
- Luka bakar merupakan pintu masuk bagi kuman dan bakteri, sehingga berisiko tinggi mengalami infeksi.
- Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan menyebabkan komplikasi yang serius.
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Dengan demikian, perawatan yang diberikan akan terstandarisasi, komprehensif, dan berpusat pada pasien. -
Article No. 6350 | 19 Nov 2024
Klinis : CHF Angina pectoris Dyspepsia Hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan.
1. Congestive Heart Failure (CHF):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Penurunan curah jantung
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
- Kelebihan volume cairan
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan CHF mengalami penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, yang dapat menyebabkan akumulasi cairan di dalam tubuh dan gangguan perfusi jaringan. Perawatan keperawatan berfokus pada stabilisasi hemodinamik, manajemen cairan, dan pengawasan gejala.
2. Angina Pectoris:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Intoleransi aktivitas
- Nyeri akut
- Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiovaskular
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan angina pectoris mengalami nyeri dada akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ke miokardium. Perawatan keperawatan berfokus pada manajemen nyeri, optimalisasi aktivitas, dan pencegahan komplikasi kardiovaskular.
3. Dyspepsia:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Nyeri akut
- Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Intoleransi makanan
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan dyspepsia mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, dan masalah pemenuhan nutrisi. Perawatan keperawatan berfokus pada manajemen gejala, pengaturan diet, dan edukasi pasien.
4. Hipertensi:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiovaskular
- Risiko tinggi perubahan status kesehatan
- Ketidakpatuhan regimen terapeutik
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan kerusakan organ target jika tidak dikelola dengan baik. Perawatan keperawatan berfokus pada pemantauan tekanan darah, manajemen gaya hidup, dan promosi kepatuhan pengobatan.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran umum tentang diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait dengan kondisi-kondisi tersebut. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.