Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8347 | 09 Dec 2024
Klinis : Perempuan usia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dan terpasang WSD di paru kiri. Hasil pemeriksaan fisik: bunyi ronchi pada paru kiri, vesikuler menurun, frekuensi napas 34 x/menit. Hasil AGD: PCO2: 32, HCO3: 22, PaO2: 60. Pasien . Apakah masalah keperawatan utama kasus tersebut ? * Gangguan pertukaran gas Ketidakefektifan bersihan jalan napas Kelebihan volume cairan Gangguan pola napas Ketidakefektifan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah **Gangguan pertukaran gas** yang ditandai dengan adanya penurunan oksigenasi (PaO2: 60 mmHg) dan hiperkarbia (PCO2: 32 mmHg). Pasien mengalami penurunan ventilasi alveolar yang ditandai dengan peningkatan frekuensi napas (34 x/menit) dan bunyi ronchi pada paru kiri serta penurunan suara napas vesikuler. Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan mekanis pernapasan akibat pemasangan WSD di paru kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. **Pertukaran Gas Efektif**: Menunjukkan perfusi dan ventilasi alveolar yang adekuat yang ditandai dengan peningkatan nilai PaO2 menjadi 80-100 mmHg, penurunan PCO2 menjadi 35-45 mmHg, dan frekuensi napas 12-20 x/menit.
2. **Bersihan Jalan Napas Efektif**: Menunjukkan jalan napas yang bebas dari sekret dan obstruksi yang ditandai dengan suara napas vesikuler yang membaik dan tidak ada bunyi tambahan.
3. **Keseimbangan Cairan Terpelihara**: Menunjukkan status cairan dalam batas normal yang ditandai dengan tanda-tanda vital stabil, tidak ada edema, dan hasil laboratorium elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. **Pertukaran Gas Efektif**:
- Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman, dan suara napas
- Pantau hasil pemeriksaan gas darah arterial
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan untuk mencapai saturasi O2 >95%
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik jika diperlukan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik untuk membantu mengeluarkan sekret
2. **Bersihan Jalan Napas Efektif**:
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
- Berikan terapi fisik seperti postural drainage, vibrasi, dan perkusi dada
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Pertahankan kelembaban udara dengan menggunakan alat bantu pernapasan
3. **Keseimbangan Cairan Terpelihara**:
- Monitor masukan dan pengeluaran cairan
- Pertahankan keseimbangan cairan sesuai kebutuhan pasien
- Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan (edema, distensi vena leher, dan pengisian kapiler lambat)
- Kolaborasi pemberian diuretik jika diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 8348 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 50 tahun di bawa ke poliklinik penyakit dalam karena mengalami sesak napas berat. Hasil pengkajian: pasien gelisah, sulit tidur, Keadaan umum lemah, ronchi (+), suara parau, berkeringat di malam hari, TD 110/80 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, SaO2 95%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas.
Gejala dan Tanda: Pasien gelisah, sulit tidur, ronchi, suara parau, peningkatan frekuensi napas.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama yang normal.
Penyebab: Gangguan mekanik pada sistem pernapasan, kelelahan otot pernapasan.
Gejala dan Tanda: Peningkatan frekuensi napas, SaO2 95%.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Pasien menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif.
- Pasien melaporkan tidak ada lagi sesak napas.
- Pasien menunjukkan pola napas yang stabil.
2. Pola Napas
- Pasien menunjukkan pola napas yang normal.
- Pasien melaporkan tidak ada lagi sesak napas.
- Pasien menunjukkan tingkat kelemahan yang berkurang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pantau status pernapasan: frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
- Berikan oksigen sesuai indikasi.
- Berikan bronkodilator inhalasi sesuai resep dokter.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Lakukan suction jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang komprehensif.
2. Pola Napas Tidak Efektif
- Pantau status pernapasan: frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
- Berikan oksigen sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragma.
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan yang komprehensif.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Pola Napas Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien, seperti sesak napas berat, ronchi, suara parau, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan saturasi oksigen.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif, pola napas yang normal, dan tidak lagi mengalami sesak napas. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan meliputi pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen dan bronkodilator, pengajaran teknik batuk dan pernapasan, serta penempatan posisi yang memfasilitasi pernapasan. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 8349 | 09 Dec 2024
Klinis : manajemen delirium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya adalah perawat profesional yang bersertifikasi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut ini adalah diagnostik keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi manajemen delirium:
Diagnosa Keperawatan:
Perubahan Persepsi Sensori (00122)
Definisi: Persepsi yang terdistorsi atau salah interpretasi atas suatu stimulus.
SDKI:
Faktor yang berhubungan: Perubahan fisiologis, obat-obatan, gangguan neurologis, gangguan psikologis.
Karakteristik Definisi: Halusinasi, ilusi, gangguan memori, gangguan atensi, disorientasi, perubahan persepsi.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Persepsi sensorik membaik, gangguan persepsi berkurang, kemampuan beradaptasi dengan perubahan persepsi meningkat.
SIKI:
Intervensi Keperawatan: Manajemen lingkungan, terapi reminiscence, terapi validasi, orientasi realitas, manajemen obat-obatan, manajemen perilaku.
Penjelasan singkat:
Delirium merupakan gangguan kesadaran dan fungsi kognitif yang terjadi secara tiba-tiba dan bersifat fluktuatif. Diagnosa keperawatan "Perubahan Persepsi Sensori" menggambarkan kondisi ini, di mana pasien mengalami distorsi atau salah interpretasi terhadap stimulus yang diterima. Standar asuhan keperawatan PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan panduan dalam mengidentifikasi faktor-faktor terkait, mengukur luaran yang diharapkan, serta melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola kondisi delirium pada pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wassalamualaikum. -
Article No. 8350 | 09 Dec 2024
Klinis : manajemen delirium
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen delirium, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Delirium
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai kondisi rentan yang ditandai dengan perubahan fungsi kognitif, memori, dan/atau persepsi yang dapat mengganggu kemampuan berpikir jernih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan fungsi kognitif, memori, dan persepsi yang sesuai dengan kondisi baseline.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Monitoring tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara berkala
2. Menciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung orientasi
3. Memberikan stimulasi sensorik yang sesuai
4. Melibatkan keluarga dalam perawatan
5. Menjaga pola tidur-bangun yang adekuat
6. Mengelola faktor pemicu delirium seperti infeksi, gangguan elektrolit, atau efek samping obat
Sebagai perawat, tujuan utama penanganan delirium adalah untuk meminimalkan dampak negatif yang dapat terjadi dan membantu pasien kembali ke kondisi baseline secara kognitif dan psikologis. -
Article No. 8351 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien batuk 3 bulan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan format seperti yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pasien yang batuk selama 3 bulan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R05
- Deskripsi: Batuk
Penjelasan:
Kode R05 dalam ICD-10 (Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait) adalah untuk diagnosis "Batuk". Ini merupakan kode yang digunakan untuk mencatat kondisi batuk pada pasien, tanpa menyebutkan penyebabnya secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis atau prosedur yang dilakukan secara khusus untuk kondisi batuk yang berlangsung selama 3 bulan. Penanganan batuk biasanya melibatkan terapi simptomatik, seperti pemberian obat antitusif atau ekspektoran, tanpa ada prosedur medis yang memerlukan kode ICD-9-CM.
Dalam praktik medis, dokter atau perekam medik akan menggunakan kode ICD-10 R05 untuk mencatat diagnosis batuk pada rekam medis pasien, tanpa adanya kode ICD-9-CM prosedur yang terkait. -
Article No. 8352 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien batuk 3 bulan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan batuk 3 bulan.
Diagnosa Keperawatan:
Batuk Kronik
Definisi: Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu, dapat disebabkan oleh faktor infeksi, non-infeksi, atau campuran, yang mengganggu fungsi pernapasan.
Penjelasan singkat:
SDKI: Batuk kronik dicirikan oleh adanya batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pernapasan, alergi, atau penyakit paru-paru kronis. Pasien dengan batuk kronik dapat mengalami gangguan pada fungsi pernapasan.
SLKI: Luaran yang diharapkan dari penanganan batuk kronik adalah pengurangan frekuensi dan lamanya batuk, peningkatan kemampuan bernapas, dan perbaikan kualitas hidup pasien.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk menangani batuk kronik meliputi edukasi mengenai penyebab dan manajemen batuk, pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi, latihan pernapasan, dan manajemen faktor risiko yang berkontribusi pada batuk kronik.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menentukan penyebab batuk kronik, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada pengurangan frekuensi dan lamanya batuk, peningkatan fungsi pernapasan, dan peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 8353 | 09 Dec 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 15 tahun mengeluhkan sakit di bagian perut sejak 3 hari yang lalu, nyeri seperti melilit. Pasien tampak gelisah, merintih kesakitan dan berkeringat. Berdasarkan pengkajian, pasien menyatakan skala nyeri yang dideritanya pada rentang 5-6. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh TD = 110/80 mmHg, N= 111 kali/menit, RR= 26 kali/menit, Suhu= 36,7°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri perut) sebagaimana ditunjukkan dengan pasien mengeluhkan nyeri perut, ekspresi wajah mengernyit, dan skala nyeri 5-6.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri dari 5-6 menjadi 2-3 dalam waktu 30 menit setelah intervensi keperawatan diberikan.
2. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, yaitu TD 110/80 mmHg, N 111 kali/menit, RR 26 kali/menit, dan suhu 36,7°C.
3. Pasien akan tampak tenang dan rileks setelah nyeri terkontrol.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri serta faktor yang mempengaruhi nyeri.
2. Berikan analgetik atau pereda nyeri sesuai dengan resep dokter.
3. Lakukan manajemen nyeri nonfarmakologis, seperti:
a. Kompres hangat pada perut untuk mengurangi spasme otot.
b. Berikan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk menurunkan kecemasan dan nyeri.
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat di tempat tidur.
4. Pantau tanda-tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
5. Berikan dukungan emosional dan informasi tentang proses penyakit serta rencana pengobatan untuk mengurangi kecemasan pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, jika diperlukan, untuk menentukan penyebab nyeri perut.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri perut dengan karakteristik seperti melilit, skala nyeri 5-6, dan disertai gejala gelisah serta berkeringat. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital, serta tampak tenang dan rileks. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri melalui pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi, serta mencegah komplikasi dan memberikan dukungan emosional. -
Article No. 8354 | 09 Dec 2024
Klinis : Tanda dan gejala cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tanda dan gejala kelebihan cairan, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Volume Cairan adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan yang sesuai dengan kebutuhan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Ketidakseimbangan Volume Cairan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat sesuai kebutuhan tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan intake-output cairan
- Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Pembatasan asupan cairan jika diperlukan
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen cairan
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakseimbangan cairan. -
Article No. 8355 | 09 Dec 2024
Klinis : D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif b.d disfungsi hati d.d sirosis hepatis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, berikut adalah rincian yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
Definisi: Rentan mengalami penurunan suplai darah dan oksigen ke saluran pencernaan yang dapat menyebabkan disfungsi organ.
Faktor yang berhubungan: Disfungsi hati d.d sirosis hepatis
Sirosis hepatis merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif. Pada sirosis, terjadi gangguan aliran darah portal yang menyebabkan penurunan suplai darah dan oksigen ke saluran pencernaan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya disfungsi organ.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien akan mempertahankan perfusi gastrointestinal yang efektif, ditandai dengan:
- Tidak ada tanda-tanda penurunan perfusi gastrointestinal (misalnya perdarahan, mual, muntah, diare, abdominal distension)
- Fungsi gastrointestinal dalam batas normal (misalnya pemeriksaan laboratorium)
- Tidak ada komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif (misalnya perdarahan, infeksi)
b. Pasien dapat mengelola faktor risiko yang memengaruhi perfusi gastrointestinal, seperti:
- Patuh terhadap pengobatan untuk mengelola sirosis hepatis
- Menerapkan diet yang sesuai untuk menunjang fungsi hati
- Melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan:
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
- Monitor tanda-tanda penurunan perfusi gastrointestinal (perdarahan, mual, muntah, diare, abdominal distension)
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium terkait fungsi gastrointestinal
b. Manajemen:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan sirosis hepatis (misalnya pemberian obat, tindakan medis)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang diet yang sesuai untuk menunjang fungsi hati
- Fasilitasi aktivitas fisik sesuai toleransi pasien
c. Observasi:
- Observasi tanda-tanda komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif
- Observasi kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan anjuran terkait pengelolaan kondisi
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mempertahankan perfusi gastrointestinal yang efektif dan mengelola faktor risiko yang memengaruhinya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat perfusi gastrointestinal yang tidak efektif. -
Article No. 8356 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan: Pasien mengalami kesulitan dalam mempertahankan dan membersihkan jalan napas secara efektif, yang ditandai dengan batuk berdahak, suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen yang menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang ditandai dengan keluhan sesak napas dan kehilangan nafsu makan, yang dapat menghambat partisipasi dalam perawatan kesehatan.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien berisiko mengalami infeksi terkait dengan diagnosis tuberkulosis paru, yang dapat menyebabkan komplikasi dan memperpanjang periode pemulihan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
SDKI menyediakan definisi dan kriteria diagnostik untuk diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada pasien. SLKI menyediakan ukuran hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai pemulihan yang optimal.