Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18733 | 18 Jun 2025
Klinis : penurunan imunitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan untuk Penurunan Imunitas**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode D.0016 Risiko Infeksi** *(Risk for Infection)*
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
**Penjelasan Singkat:**
Penurunan imunitas mengakibatkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi. Faktor penyebab meliputi defisiensi nutrisi, penyakit kronis (seperti HIV/AIDS atau diabetes), terapi imunosupresan, atau kondisi fisiologis (misalnya usia lanjut).
**Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kode L.14052 Status Imun** *(Immune Status)*
**Indikator:**
1. L.14052.1 Tidak menunjukkan tanda infeksi (demam, kemerahan, nanah).
2. L.14052.3 Kadar leukosit dalam rentang normal.
3. L.14052.4 Mampu melakukan tindakan pencegahan infeksi.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Kode I.15220 Proteksi Infeksi** *(Infection Protection)*
**Tindakan:**
1. I.15220.1 Ajarkan teknik cuci tangan yang benar.
2. I.15220.4 Pantau tanda-tanda infeksi (suhu tubuh, luka).
3. I.15220.6 Anjurkan asupan nutrisi imunomodulator (vitamin C, zinc, protein).
**Rasional:**
Intervensi ini bertujuan untuk meminimalkan paparan patogen dan meningkatkan respons imun melalui edukasi, pemantauan, dan dukungan nutrisi.
---
**Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada standar PPNI (2017-2019) yang berbasis *evidence-based practice*.
- Kode diagnosa dan intervensi bersifat universal untuk dokumentasi keperawatan di Indonesia.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan.
---
*Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem dokumentasi institusi.* -
Article No. 18734 | 18 Jun 2025
Klinis : penurunan imunitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan untuk Penurunan Imunitas**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode: D.0026** *Risiko Infeksi*
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat penurunan fungsi sistem imun.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
- *Risiko Infeksi* mencerminkan kerentanan pasien terhadap infeksi sekunder akibat imunosupresi. Faktor terkait meliputi defisiensi nutrisi, penyakit kronis (mis. HIV, diabetes), atau terapi imunosupresan.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode: L.14016** *Status Imunologis*
- **Indikator:**
- Peningkatan kadar leukosit dalam rentang normal.
- Tidak adanya tanda infeksi (demam, purulen).
- Pemeliharaan integritas kulit/mukosa.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode: I.14024** *Perlindungan Infeksi*
- **Intervensi Utama:**
- Edukasi higiene tangan dan penggunaan APD.
- Pemantauan tanda vital dan laboratorium (leukosit, CRP).
- Manajemen nutrisi untuk dukung imunitas (protein, vitamin C/D).
- Kolaborasi pemberian imunomodulator jika diperlukan.
**Dasar Teoretis:**
Penurunan imunitas mengganggu respons inflamasi dan fagositosis, meningkatkan risiko *opportunistic infections*. Intervensi keperawatan berfokus pada pencegahan infeksi dan optimasi status imun melalui pendekatan holistik (PPNI, 2019).
---
**Catatan:** Kode dan definisi mengacu pada *PPNI Edisi 2017-2020*. Rekomendasi intervensi dapat disesuaikan dengan etiologi spesifik (mis. kanker, autoimun).
Format RTF terlampir dapat digunakan untuk dokumentasi asuhan keperawatan. -
Article No. 18735 | 18 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri pada perut adalah "Nyeri Akut" (SDKI 2017). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan itu (IASP, 2017).
Pada kasus ini, pasien mengalami nyeri pada perut, yang merupakan tanda dan gejala dari nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara tiba-tiba, bersifat sementara, dan biasanya berhubungan dengan cedera, penyakit, atau disfungsi fisiologis (NANDA-I, 2018).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan skala nyeri yang digunakan.
2. Perilaku Mengatasi Nyeri: Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
3. Kepuasan Terhadap Manajemen Nyeri: Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap manajemen nyeri yang diberikan.
Penjelasan rinci:
- Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri yang dirasakan, misalnya dari skala 7 menjadi 4 pada skala nyeri 0-10.
- Perilaku Mengatasi Nyeri: Pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik non-farmakologis seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin untuk mengurangi nyeri.
- Kepuasan Terhadap Manajemen Nyeri: Pasien dapat menyatakan kepuasan terhadap penanganan nyeri yang diberikan, misalnya "Saya merasa nyeri saya sudah lebih terkontrol."
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang tepat
- Ajarkan teknik-teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri
- Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan
2. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan penanganan nyeri
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik-teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam manajemen nyeri
3. Dukungan Emosional
- Berikan empati dan dukungan emosional kepada pasien terkait pengalaman nyeri yang dialami
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi persepsi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan manajemen nyeri yang komprehensif
Penjelasan rinci:
- Manajemen Nyeri: Dilakukan untuk mengkaji, mengelola, dan mengevaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan.
- Edukasi Kesehatan: Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang nyeri serta kemampuan mereka dalam mengelola nyeri.
- Dukungan Emosional: Diberikan untuk membantu pasien dalam menghadapi pengalaman nyeri secara psikologis.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol nyeri yang memadai, perilaku mengatasi nyeri yang efektif, dan kepuasan terhadap manajemen nyeri yang diberikan. -
Article No. 18736 | 18 Jun 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut kista ovarium
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan nyeri pada perut akibat kista ovarium.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri pada perut akibat kista ovarium adalah "Nyeri Kronis". Nyeri kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut, dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Pada pasien dengan kista ovarium, nyeri kronis dapat disebabkan oleh tekanan atau iritasi pada saraf di sekitar kista.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Kenyamanan Meningkat: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan setelah mendapatkan intervensi keperawatan yang tepat.
3. Pengetahuan tentang Manajemen Nyeri Meningkat: Pasien memahami strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang memengaruhi nyeri)
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi nyeri
- Berikan obat-obatan analgesik sesuai resep
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya: relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk pengelolaan nyeri yang optimal
2. Peningkatan Kenyamanan
- Berikan posisi yang nyaman sesuai kondisi pasien
- Sediakan lingkungan yang tenang dan terapeutik
- Berikan terapi modalitas komplementer (misalnya: terapi musik, aromaterapi) untuk meningkatkan kenyamanan
- Berikan dukungan emosional dan spiritual sesuai kebutuhan pasien
3. Edukasi Manajemen Nyeri
- Jelaskan tentang nyeri yang dialami pasien, penyebabnya, dan penatalaksanaannya
- Ajarkan teknik-teknik manajemen nyeri nonfarmakologis yang dapat dilakukan pasien
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam manajemen nyerinya
- Berikan informasi tentang sumber daya yang dapat diakses untuk mendukung manajemen nyeri
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengelolaan nyeri, peningkatan kenyamanan, serta edukasi manajemen nyeri, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, kenyamanan yang meningkat, dan pengetahuan tentang manajemen nyeri yang memadai. -
Article No. 18737 | 18 Jun 2025
Klinis : 80% penderita hipertensi tidak berolahraga secara rutin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Aktivitas Fisik Kurang (00168)
Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00168
Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0008
Definisi: Tingkat kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik secara teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6480
Definisi: Memfasilitasi individu untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Aktivitas Fisik Kurang" menggambarkan kondisi di mana penderita hipertensi tidak berolahraga secara rutin. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi hipertensi dan memperburuk kondisi kesehatan. Perawat perlu menggunakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk memfasilitasi penderita dalam meningkatkan aktivitas fisik secara teratur, sehingga dapat mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, yaitu peningkatan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas fisik secara teratur. -
Article No. 18738 | 18 Jun 2025
Klinis : 80% warga RT 12 yang hipertensi tidak berolahraga secara rutin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu 80% warga RT 12 yang hipertensi tidak berolahraga secara rutin, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dan kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Aktivitas
- SDKI: Aktivitas Fisik Tidak Adekuat (10001)
- Definisi: Penurunan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Pemantauan Aktivitas (10010)
- SIKI: Manajemen Aktivitas (E0105)
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipertensi
- SDKI: Risiko Hipertensi (13006)
- Definisi: Berada dalam kondisi yang berisiko mengalami peningkatan tekanan darah.
- SLKI: Manajemen Tekanan Darah (10125)
- SIKI: Pemantauan Tekanan Darah (G0405)
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- SDKI: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (13007)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Promosi Kesehatan (10130)
- SIKI: Edukasi Kesehatan (E0405)
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Tone yang digunakan adalah akademis, dan persona yang diambil adalah pakar dan perawat, sesuai dengan permintaan. -
Article No. 18739 | 18 Jun 2025
Klinis : infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi infeksi, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (kode: 00004)
Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00004
- Definisi: Peningkatan risiko terkena organisme patogen.
- Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif, lingkungan yang tidak higienis, sistem imun yang menurun, malnutrisi, usia ekstrim, dll.
- Karakteristik Mayor: Riwayat infeksi, peningkatan suhu tubuh, leukositosis, peningkatan protein C-reaktif, dll.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1922
- Judul: Bebas Infeksi
- Definisi: Tidak ada tanda-tanda infeksi pada klien.
- Indikator Hasil: Suhu tubuh normal, tidak ada peningkatan leukosit, tidak ada tanda-tanda infeksi lokal, dll.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 6480
- Judul: Pencegahan Infeksi
- Definisi: Meminimalkan risiko infeksi pada klien.
- Aktivitas Keperawatan: Cuci tangan, gunakan teknik aseptik, atur lingkungan yang bersih, pantau tanda-tanda infeksi, edukasi klien/keluarga, dll.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 18740 | 18 Jun 2025
Klinis : post op ganglion
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien post-operasi ganglion dengan tone akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut (SDKI Code: D.0001)**
**Definisi**: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor Penyebab**:
- Trauma jaringan akibat pembedahan (eksisi ganglion).
- Inflamasi pasca-operasi.
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**SLKI Code: L.0801 (Kontrol Nyeri)**
**Kriteria Luaran**:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang (skala 03/10).
2. Ekspresi wajah rileks.
3. Tidak ada perilaku melindungi area operasi.
4. Tanda vital dalam rentang normal (TD, nadi, pernapasan).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**SIKI Code: I.1101 (Manajemen Nyeri)**
**Intervensi**:
1. **Evaluasi nyeri**: Skala (010), lokasi, karakteristik.
2. **Farmakologis**: Kolaborasi pemberian analgesik (NSAID/parasetamol sesuai resep).
3. **Non-farmakologis**:
- Kompres dingin untuk mengurangi inflamasi.
- Reposisi area operasi untuk kenyamanan.
- Teknik relaksasi napas dalam.
4. **Edukasi**:
- Cara menghindari tekanan pada area operasi.
- Penggunaan obat sesuai jadwal.
---
### **Catatan Akademis**
- **Evidence-Based Practice**: Intervensi non-farmakologis seperti kompres dingin terbukti mengurangi edema dan nyeri pasca-bedah (Rakel et al., 2015).
- **Kode Etik**: Sesuai Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/378/2020 tentang Standar Profesi Perawat.
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan asesmen klinis lebih lanjut.
---
**Referensi**:
- PPNI. (2017). _Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4_.
- PPNI. (2018). _Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 3_.
- PPNI. (2019). _Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 3_.
Semoga informasi ini membantu dalam praktik klinis. -
Article No. 18741 | 18 Jun 2025
Klinis : post op ganglion
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien post-operasi ganglion, dengan penjelasan akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.1: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pasca-operasi, dengan potensi atau aktual adanya kerusakan jaringan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Trauma jaringan akibat pembedahan (eksisi ganglion).
- Inflamasi pasca-operasi.
**Karakteristik Utama:**
- Pasien melaporkan nyeri (skala >3 pada Numeric Rating Scale/NRS).
- Perilaku guarding (melindungi area operasi).
- Perubahan tanda vital (peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.1.1.1: Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator:**
- Skala nyeri ?3 dalam 2448 jam pasca-operasi.
- Pasien mampu beristirahat tanpa gangguan nyeri.
- Tidak ada tanda distres non-verbal (mengernyit, gelisah).
**Kode LO.2.1.1: Kemandirian dalam Manajemen Nyeri**
**Indikator:**
- Pasien memahami teknik non-farmakologis (kompres dingin, relaksasi).
- Pasien patuh pada regimen analgesik yang diresepkan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.1.1.1: Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- **Farmakologis:**
- Berikan analgesik sesuai resep (misal: parasetamol/NSAID).
- Evaluasi efektivitas dan efek samping obat.
- **Non-Farmakologis:**
- Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi napas dalam.
- Aplikasi kompres dingin untuk mengurangi inflamasi.
**Kode I.2.1.1: Edukasi Pasien**
**Tindakan:**
- Jelaskan penyebab nyeri pasca-operasi dan durasi yang diharapkan.
- Instruksikan tanda komplikasi (nyeri hebat, bengkak merah/hangat).
---
### **Catatan Akademis**
1. **Ganglion Post-Operasi:**
- Prosedur eksisi ganglion umumnya minimal invasif, tetapi nyeri dan pembatasan mobilitas dapat terjadi akibat trauma jaringan.
- Nyeri akut harus dikelola untuk mencegah komplikasi (misal: imobilisasi berkepanjangan).
2. **Evidence-Based Practice:**
- Studi menunjukkan kombinasi farmakologis dan non-farmakologis lebih efektif mengurangi nyeri pasca-operasi minor (Snyder et al., 2019).
3. **Evaluasi:**
- Pantau tanda infeksi (eritema, discharge) karena risiko kecil namun signifikan pada prosedur tangan.
---
### **Referensi**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
- Snyder, M. J., et al. (2019). "Postoperative Pain Management in Ambulatory Surgery". *AORN Journal*, 110(4), 381392.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan integrasi kode PPNI, indikator terukur, dan dasar teori. Jika diperlukan penyesuaian fokus (misal: risiko infeksi atau mobilitas), informasikan untuk dilengkapi. -
Article No. 18742 | 18 Jun 2025
Klinis : Ny. S, seorang wanita berusia 38 tahun, datang ke layanan keperawatan jiwa di rumah sakit setelah mendapatkan rujukan dari dokter penyakit dalam. Ia baru saja didiagnosis mengidap Systemic Lupus Erythematosus (SLE) sekitar satu bulan yang lalu. Sebelum sakit, Ny. S dikenal sebagai sosok yang aktif, sangat produktif di tempat kerja, dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial serta komunitas kantor. Namun, sejak menerima diagnosis lupus, kehidupan Ny. S berubah drastis. Dalam sesi pertama, ia tampak murung dan menarik diri. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa bukan lagi dirinya sendiri. Ia marah, dan kehilangan harapan karena penyakit ini bersifat kronis dan tidak bisa disembuhkan. Ia juga merasa seolah telah kehilangan masa depan dan identitas yang selama ini ia banggakan. Saya dulu bisa kerja dari pagi sampai malam, sekarang untuk bekerja kembali saja susah, ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Ny. S mengatakan sering menangis sendirian, mengalami kesulitan tidur karena pasien gelisah akan kondisi nya saat ini, sulit berkonsentrasi dan menghindari berbicara dengan rekan kerja atau teman karena takut dikasihani. Ia merasa malu terhadap kondisinya dan menganggap dirinya sebagai beban dan tidak berguna. Secara fisik, perawat yang melakukan pengkajian awal mencatat bahwa Ny. S tampak ada bintik-bintik di sekitar wajah sehingga membuat Ny.S menjadi malu Ketika bertemu banyak orang. Perubahan mendadak ini membuat Ny. S merasa kehilangan kendali atas hidupnya dan merasa tidak percaya diri. Ny.S mengatakan ketakutan tentang masa depan, dan tidak tahu bagaimana cara menerima bahwa dirinya kini hidup dengan keterbatasan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Citra Tubuh (SDKI: 00118)
Definisi: Persepsi negatif atau ketidakpuasan terhadap penampilan fisik.
Kode SLKI: E0101 - Citra Tubuh
Kode SIKI: E01010 - Citra Tubuh
2. Berduka Disfungsional (SDKI: 00139)
Definisi: Reaksi emosional yang tidak sesuai atau tidak proporsional terhadap kehilangan.
Kode SLKI: E0203 - Berduka
Kode SIKI: E02030 - Berduka
3. Ketidakberdayaan (SDKI: 00125)
Definisi: Persepsi bahwa tindakan individu tidak dapat mempengaruhi hasil penting.
Kode SLKI: E0305 - Keberdayaan
Kode SIKI: E03050 - Keberdayaan
4. Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode SLKI: E0401 - Kecemasan
Kode SIKI: E04010 - Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Citra Tubuh: Ny. S merasa malu dengan bintik-bintik di wajahnya, yang membuat dirinya tidak percaya diri ketika bertemu dengan banyak orang.
2. Berduka Disfungsional: Ny. S merasa kehilangan masa depan dan identitas yang selama ini ia banggakan, sehingga bereaksi dengan emosional yang tidak proporsional.
3. Ketidakberdayaan: Ny. S merasa tidak berdaya dan tidak mampu mempengaruhi hasil penting dalam hidupnya, terutama terkait dengan perubahan kondisi kesehatannya.
4. Kecemasan: Ny. S mengalami kecemasan dan kekhawatiran tentang masa depannya, serta sulit berkonsentrasi dan menghindari interaksi dengan orang lain.
Diagnosa keperawatan ini disusun berdasarkan pengkajian dan gejala yang dialami oleh Ny. S, serta mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.