Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 8307 | 09 Dec 2024
Klinis : Laki-laki usia 46 tahun di rawat di ruang penyakit dalam karena mengalami sesak nafas berat dan batuk berdahak. Hasil pemeriksaan fisik: adanya ronchi, TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 35 x/menit, SaO2 80 %. Hasil AGD: pH: 7,49, CO2: 24 mmHg, HCO3; 20 mmol. Apakah alat yang tepat untuk memberikan oksigen pada pasien tersebut? A. Kateter nasal B. Simple mask C. Venturi mask D. Rebreathing mask E. Nonrebreathing mask 38. Berikut ini adalah yang bukan etiologi terjadinya leukemia adalah…… A. Genetik B. Virus C. Bahan kimia D. Radiasi E. Faktor biologis 39. Perempuan usia 75 tahun di rawat di Ruang Jantung setelah menjalani operasi Coronary Arteru Bypass Graf. Hasil pengkajian: Pasien bedrest, merasa pusing, post operasi hari ke-4, luka tampak kering, kemerahan, nyeri bila merubah posisi, skala nyeri 4 (1-10) , TD 100/70 mmHg, nadi 70 x/menit, frekuensi napas 16 x/menit, suhu 37,5 0C. Pasien direncanakan melakukan ambulasi dari tempat tidur ke kursi. Apakah risiko yang perlu di pantau sebelum tindakan tersebut dilakukan? A. Penurunan kesadaran B. Hipotensi ortostatik C. Risiko infeksi D. Risiko jatuh E. Risiko nyeri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan obstruksi pernafasan akibat sesak napas dan batuk berdahak.
Alat yang tepat untuk memberikan oksigen pada pasien:
C. Venturi mask
Penjelasan: Venturi mask merupakan alat yang paling tepat untuk memberikan oksigen pada pasien dengan sesak napas berat dan hipoksemia (SaO2 80%). Venturi mask dapat mengatur kadar oksigen yang diberikan secara akurat, sehingga dapat memperbaiki oksigenasi pasien secara efektif.
Bukan etiologi terjadinya leukemia:
E. Faktor biologis
Penjelasan: Etiologi leukemia yang utama adalah genetik, paparan virus, bahan kimia, dan radiasi. Faktor biologis bukan merupakan salah satu penyebab terjadinya leukemia.
Risiko yang perlu dipantau sebelum ambulasi dari tempat tidur ke kursi:
B. Hipotensi ortostatik
Penjelasan: Pasien usia 75 tahun dengan post operasi Coronary Artery Bypass Graft hari ke-4 berisiko mengalami hipotensi ortostatik saat melakukan ambulasi. Hal ini dapat terjadi karena penurunan volume darah akibat pembedahan dan penurunan tonus vaskuler akibat usia lanjut. Oleh karena itu, pemantauan tekanan darah sebelum ambulasi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi ortostatik yang dapat menyebabkan pusing atau bahkan penurunan kesadaran.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
Penjelasan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola napas efektif, dengan frekuensi napas 12-20 x/menit, irama teratur, dan tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan menggunakan Venturi mask
- Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Ajari teknik batuk efektif dan nafas dalam
2. Manajemen Sensasi
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi nyeri
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Anjurkan pasien mengubah posisi dengan hati-hati
3. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Lakukan mobilisasi bertahap sesuai toleransi pasien
- Pertahankan posisi yang meningkatkan perfusi dan oksigenasi
Penjelasan: Intervensi-intervensi keperawatan di atas bertujuan untuk mempertahankan pola napas efektif, mengelola nyeri pasca operasi, serta menjaga perfusi jaringan yang adekuat selama proses ambulasi. Dengan menerapkan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 8308 | 09 Dec 2024
Klinis : Apabila ruang kateterisasi jantung tidak mampu memfasilitasi pelaksanaan primary Percutaneus Coronary Intervention, maka tindakan yang tepat dilakukan pada pasien dengan infark miokard dengan onset nyeri 2 jam adalah…. A. Elektrokardiogram (EKG) B. Terapi Trombolitik C. Primary Percutaneus Coronary Intervention (PCI) D. Terapi heparin E. Jugularis venous pressure 41. Seorang laki-laki berusia 76 tahun sudah pernah menderita TB paru tahun 2019 dan setelah menjalani pengobatan dengan teratur, pasien dinyatakan sembuh oleh dokter. Pada tahun 2021 pasien kembali berobat ke dokter karena menderita TB paru. Kasus ini digolongkan ke dalam kasus… A. Kasus Relaps B. Kasus failure C. Kasus Gagal D. Kasus New onset E. Kasus Multi Drugs Resisten 42. Berikut ini adalah gejala respiratorik pada pasien TB paru, yaitu… A. Demam B. Batuk berdarah C. Berat badan menurun D. Berkeringat pada malam hari E. Malaise: Rasa tidak enak badan, pegal-pegal.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah 'Gangguan perfusi jaringan kardiak' yang ditandai dengan adanya nyeri dada, perubahan hasil EKG, dan perubahan tanda-tanda vital yang disebabkan oleh adanya sumbatan aliran darah ke jantung.
Tindakan yang tepat:
C. Primary Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
Jika ruang kateterisasi jantung tidak dapat memfasilitasi pelaksanaan PCI primer, maka tindakan yang paling tepat adalah melakukan PCI primer. PCI primer adalah tindakan intervensi koroner dengan menggunakan kateter yang dilakukan segera setelah diagnosis infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) ditegakkan. PCI primer merupakan terapi pilihan utama untuk mengembalikan aliran darah ke jantung secara cepat dan efektif.
Kasus Relaps TB Paru:
A. Kasus Relaps
Kasus relaps TB paru terjadi ketika seorang pasien yang sebelumnya telah dinyatakan sembuh oleh dokter, kemudian kembali menderita TB paru. Hal ini menunjukkan adanya kambuh atau kekambuhan dari penyakit TB paru yang pernah diderita sebelumnya.
Gejala Respiratorik pada Pasien TB Paru:
A. Demam
B. Batuk berdarah
C. Berat badan menurun
D. Berkeringat pada malam hari
E. Malaise: Rasa tidak enak badan, pegal-pegal.
Semua gejala di atas merupakan gejala respiratorik yang sering ditemukan pada pasien dengan TB paru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan perfusi jaringan kardiak adalah:
1. Perfusi jaringan kardiak membaik, ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, berkurangnya nyeri dada, dan tidak terjadi perburukan hasil EKG.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat adanya sumbatan aliran darah ke jantung, seperti aritmia, gagal jantung, atau syok kardiovaskuler.
3. Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan dan tidak terjadi keterbatasan fungsional.
4. Pasien dan keluarga memahami penyakit, pengobatan, dan prognosis yang diharapkan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan kondisi kardiovaskular secara berkala.
2. Pemberian oksigen sesuai indikasi.
3. Manajemen nyeri dada, termasuk pemberian analgesik dan teknik nonfarmakologis.
4. Edukasi dan konseling kepada pasien dan keluarga terkait penyakit, pengobatan, dan prognosis.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi farmakologis, seperti terapi antiplatelet, antikoagulan, dan vasodilator.
6. Pemantauan komplikasi dan tindakan intervensi yang tepat jika terjadi.
7. Latihan fisik dan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
8. Dukungan psikologis dan emosional bagi pasien dan keluarga.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 8309 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pusung, sakit perut, dan dengan tone akademis serta persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Proses penyakit, cedera, prosedur invasif.
- Gejala: Pasien mengeluhkan sakit perut.
2. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan lapisan epidermis, dermis, atau struktur penunjang kulit.
- Penyebab: Infeksi, trauma, faktor intrinsik.
- Gejala: Pasien mengeluhkan pusung.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Identifikasi Penyebab, Waktu Kejadian, Karakteristik Nyeri, Faktor yang Mempengaruhi, Respon Fisiologis, dan Respon Psikologis.
- Gangguan Integritas Kulit: Identifikasi Penyebab, Lokasi, Ukuran, Karakteristik Luka, Karakteristik Sekresi, dan Perubahan Jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Kontrol Nyeri, Toleransi Terhadap Aktivitas, dan Kualitas Hidup.
- Gangguan Integritas Kulit: Penyembuhan Luka, Integritas Kulit, dan Resiko Komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, dan Edukasi Pasien.
- Gangguan Integritas Kulit: Perawatan Luka, Proteksi Kulit, dan Edukasi Pasien.
Dengan mempertimbangkan tone akademis dan persona pakar, intervensi keperawatan yang dapat diberikan lebih berfokus pada edukasi, terapi komplementer, dan perawatan luka yang komprehensif. -
Article No. 8310 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan memperhatikan keluhan pasien yang datang dengan keluhan pusuni (muntah), sakit perut, saya akan berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (NANDA-I, 2021)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di epigastrium yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Efek obat, iritasi saluran cerna, perubahan biokimia, psikologis.
- Gejala dan Tanda: Rasa tidak nyaman di perut, air liur berlebih, pucat, berkeringat.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen mual, terapi antiemetik, manajemen cairan dan elektrolit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan mual berkurang, tanda-tanda vital stabil, tidak ada tanda dehidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Identifikasi penyebab mual, monitor tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian antiemetik, manajemen nutrisi dan cairan.
2. Nyeri Akut (NANDA-I, 2021)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SDKI:
- Penyebab: Penyakit, cedera, prosedur, agen fisik/kimia.
- Gejala dan Tanda: Ekspresi wajah mengernyit, gelisah, mengeluh sakit.
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, kolaborasi dengan tim medis.
SLKI:
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, monitor tanda-tanda vital, berikan analgesik, terapi non-farmakologis.
Kesimpulan:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan pusuni (muntah) dan sakit perut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Mual dan Nyeri Akut. Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk masing-masing diagnosa telah diberikan di atas. -
Article No. 8311 | 09 Dec 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusuni, sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu dengan keluhan pusing, sakit perut, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan:
- Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan:
- Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital adalah keadaan rentan yang dapat menyebabkan perubahan parameter fisiologis yang mengancam kehidupan.
- Kondisi ini dapat terjadi akibat proses penyakit yang sedang dialami oleh pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Tanda-tanda vital pasien stabil
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Penjelasan singkat:
- Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dialami pasien.
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Intervensi untuk memantau parameter fisiologis yang dapat mengancam kehidupan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami kondisi pasien tersebut. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 8312 | 09 Dec 2024
Klinis : Ds : Pasien mengatakan mengeluh sering haus, Pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan. Do : Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air perhari, Tampak turgor kulit kering, Tampak mukosa kering, Tampak PH volume urine meningkat (4,4-8,5).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi Berhubungan dengan Intake Cairan yang Tidak Adekuat.
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien mengeluh sering haus dan setiap kali minum selalu dimuntahkan, serta tampak menghabiskan 5-7 gelas air per hari, turgor kulit kering, mukosa kering, dan peningkatan pH volume urin. Hal ini menunjukkan risiko terjadinya dehidrasi pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit dan mukosa yang kembali normal, serta jumlah urin yang sesuai.
2. Kontrol Muntah: Pasien akan mampu mengendalikan atau mengurangi frekuensi muntah.
3. Keseimbangan Cairan: Pasien akan mencapai keseimbangan cairan yang baik, ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang.
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan ini bertujuan untuk mengatasi risiko dehidrasi yang dialami pasien dengan memastikan hidrasi cairan yang adekuat, mengendalikan masalah muntah, dan mencapai keseimbangan cairan yang baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Pantau intake dan output cairan pasien secara ketat.
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan untuk mencapai hidrasi yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan jika diperlukan.
2. Manajemen Mual dan Muntah
- Identifikasi penyebab atau pemicu mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai resep, jika diperlukan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengatasi mual.
- Berikan makanan dan minuman dalam porsi kecil tapi sering.
3. Edukasi Perawatan Diri
- Ajarkan pasien tentang pentingnya hidrasi dan manajemen mual/muntah.
- Dorong pasien untuk memantau tanda-tanda dehidrasi dan segera melaporkan jika terjadi.
- Libatkan keluarga dalam edukasi dan dukungan perawatan pasien.
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen cairan, manajemen mual dan muntah, serta edukasi perawatan diri. Tujuannya adalah untuk mencapai hidrasi yang adekuat, mengendalikan masalah mual dan muntah, serta meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat kondisi ini. -
Article No. 8313 | 09 Dec 2024
Klinis : Ds : Pasien mengatakan mengeluh sering haus, Pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan. Do : Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air perhari, Tampak turgor kulit kering, Tampak mukosa kering, Tampak PH volume urine meningkat (4,4-8,5).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Defisit Volume Cairan
- Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler.
- Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan melalui muntah.
- Gejala dan tanda: Minum berlebihan, turgor kulit kering, mukosa kering, peningkatan pH volume urin.
Penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
- SDKI berisi daftar diagnosis keperawatan yang disepakati oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
- SLKI berisi daftar luaran keperawatan yang disepakati oleh PPNI.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- SIKI berisi daftar intervensi keperawatan yang disepakati oleh PPNI.
Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Defisit Volume Cairan, yang didukung oleh data subjektif dan objektif yang diberikan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan edukasi tentang asupan cairan yang cukup. -
Article No. 8314 | 09 Dec 2024
Klinis : Ds : Pasien mengatakan mengeluh sering haus, Pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan. Do : Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air perhari, Tampak turgor kulit kering, Tampak mukosa kering, Tampak PH volume urine meningkat (4,4-8,5).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang disampaikan, diagnosis yang tepat adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E86.0
- Deskripsi: Deplesi volume cairan
Penjelasan:
- Pasien mengeluh sering haus dan muntah setiap kali minum, yang menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan turgor kulit kering, mukosa kering, dan peningkatan pH urine, yang mendukung diagnosis deplesi volume cairan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.01
- Deskripsi: Pengukuran cairan dan elektrolit, termasuk cairan intravaskuler, interstisial, dan intraseluler.
Penjelasan:
- Pada kasus ini, pemeriksaan cairan dan elektrolit perlu dilakukan untuk mengetahui derajat dehidrasi dan gangguan elektrolit yang mungkin terjadi.
- Tindakan ini dapat mencakup pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan kadar natrium, kalium, klorida, dan osmolalitas serum serta analisis urine.
Dengan informasi ini, dokter atau perekam medis dapat melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 8315 | 09 Dec 2024
Klinis : Pasien mengatakan mengeluh sering haus, Pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan, Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air perhari, Tampak turgor kulit kering, Tampak mukosa kering, Tampak PH volume urine meningkat (4,4-8,5).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Defisit Volume Cairan
- Definisi: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Penyebab: Kehilangan cairan secara patologis (misalnya muntah, diare), intake cairan tidak adekuat.
- Karakteristik mayor: Pasien mengeluh sering haus, pasien mengatakan setiap minum selalu dimuntahkan, tampak turgor kulit kering, tampak mukosa kering.
- Karakteristik minor: Tampak pasien menghabiskan ± 5-7 gelas air per hari, tampak pH volume urine meningkat (4,4-8,5).
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Definisi: Keadaan cairan tubuh yang normal dan stabil.
- Kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien melaporkan intake dan output cairan yang seimbang.
- Pasien menunjukkan turgor kulit dan membran mukosa yang normal.
- Pasien menunjukkan warna dan jumlah urine yang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Definisi: Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mengatur intake dan output cairan.
- Tindakan keperawatan:
- Mengkaji status cairan pasien (tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, jumlah dan warna urine).
- Memantau intake dan output cairan pasien.
- Mengatur intake cairan sesuai kebutuhan pasien.
- Memberikan cairan intravena jika diperlukan.
- Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi atau overhydrasi.
- Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya dokter) untuk mengatasi penyebab defisit volume cairan.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Defisit Volume Cairan" dipilih karena gejala-gejala yang dialami pasien menunjukkan adanya penurunan jumlah cairan dalam tubuh. Pasien mengeluh sering haus, setiap minum selalu dimuntahkan, tampak menghabiskan sedikit air per hari, turgor kulit kering, mukosa kering, dan pH urine meningkat, yang merupakan karakteristik mayor dan minor dari diagnosa ini.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah "Keseimbangan Cairan", yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi cairan tubuh yang normal dan stabil. Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, melaporkan intake dan output cairan yang seimbang, menunjukkan turgor kulit dan membran mukosa yang normal, serta menunjukkan warna dan jumlah urine yang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) adalah "Manajemen Cairan", yang bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mengatur intake dan output cairan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah mengkaji status cairan pasien, memantau intake dan output cairan, mengatur intake cairan sesuai kebutuhan, memberikan cairan intravena jika diperlukan, mengobservasi tanda-tanda dehidrasi atau overhydrasi, serta melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab defisit volume cairan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal dan mengatasi masalah defisit volume cairan yang dialami. -
Article No. 8316 | 09 Dec 2024
Klinis : 14 Perempuan usia 60 tahun dirawat dengan keluhan batuk dan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan fisik: palpitasi, adanya ronchi, bibir sianosis, TD 80/60 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit. Hasil AGD: pH: 7,5, PaO2: 89 mmHg, PaCO2: 30 mmHg, HCO3; 24 mEq/L, SaO2: 96%. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?. A. Intoleransi aktifitas B. Penurunan curah jantung C. Gangguan pertukaran gas D. Ketidakefektifan pola napas E. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
C. Gangguan Pertukaran Gas
Penjelasan:
Pasien mengalami keluhan batuk dan sesak napas berat, dengan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas, seperti palpitasi, adanya ronchi, bibir sianosis, pH darah yang meningkat (alkalosis), serta PaO2 yang menurun dan PaCO2 yang menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien mengalami gangguan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam paru-paru.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pertukaran Gas Efektif
- Indikator: Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR 12-20 x/menit), pH darah normal (7,35-7,45), PaO2 > 80 mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, SaO2 > 95%.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitoring jalan napas
- Membersihkan jalan napas
- Mengatur posisi pasien
2. Manajemen Oksigenasi
- Memantau status oksigenasi
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
- Mengatur ventilasi mekanik jika diperlukan
3. Terapi Awal Gagal Napas
- Memonitor tanda-tanda gagal napas
- Menyiapkan alat bantu pernafasan
- Mempertahankan jalan napas yang paten
Penjelasan rinci:
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan pertukaran gas ini ditujukan untuk memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida, serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Intervensi keperawatan meliputi manajemen jalan napas untuk membersihkan jalan napas dan mempertahankan patensinya, manajemen oksigenasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen, serta terapi awal gagal napas jika terjadi kemunduran kondisi pasien. Tujuan akhir adalah tercapainya pertukaran gas yang efektif, dengan tanda-tanda vital dan parameter darah yang normal.