Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6530 | 20 Nov 2024
Klinis : mengeluhkan merasa mudah lelah dalam beberapa bulan terakhir, bahkan untuk aktivitas ringan. Ia juga sering mengalami gejala seperti nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Pasien juga mengalami memar tanpa sebab yang jelas dan sering kali mengalami perdarahan gusi. Pada anamnesa lebih lanjut, diketahui bahwa ia sering mengalami infeksi pernapasan, setidaknya tiga kali dalam enam bulan terakhir. Riwayat Nutrisi dan Psikologis: Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur, terutama rendah asupan protein dan zat besi. Pasien juga mengakui sering merasa stres terkait pekerjaan. Tidak ada riwayat gangguan tidur yang signifikan, tetapi ia merasa tidak cukup beristirahat karena mudah merasa lelah Hasil Pemeriksaan Fisik TTV Tekanan darah: 100/70 mmHg (rendah) Nadi: 98 kali per menit (sedikit meningkat) Suhu tubuh: 37,5°C Respirasi: 20 kali per menit Pemeriksaan Umum: Kulit tampak pucat, dengan adanya petekie di lengan bawah. Kelenjar getah bening di leher teraba membesar, tidak nyeri. Terdapat perdarahan gusi ringan. Pemeriksaan Rongga Mulut: Gusi tampak bengkak dan mudah berdarah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keluhan mudah lelah, bahkan untuk aktivitas ringan.
2. Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit, ditandai dengan adanya memar tanpa sebab yang jelas, perdarahan gusi, dan pembesaran kelenjar getah bening di leher.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat infeksi pernapasan berulang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah berlebihan.
2. Kontrol Perdarahan: Pasien tidak mengalami perdarahan spontan atau mudah memar.
3. Bebas Infeksi: Pasien tidak mengalami infeksi pernapasan berulang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
b. Bantu pasien mengatur dan merencanakan aktivitas sehari-hari.
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab kelelahan.
2. Perdarahan:
a. Kaji tanda-tanda perdarahan dan kemungkinan penyebab.
b. Lakukan tindakan untuk mencegah dan menghentikan perdarahan (kompres dingin, penekanan, dll).
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab perdarahan.
3. Risiko Infeksi:
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan riwayat infeksi berulang.
b. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
c. Edukasi pasien tentang pencegahan infeksi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab infeksi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan gejala dan tanda yang dialami oleh pasien, seperti kelelahan, perdarahan, dan infeksi berulang. Luaran SLKI menggambarkan hasil yang diharapkan setelah implementasi intervensi keperawatan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, kontrol perdarahan, dan bebas infeksi. Intervensi keperawatan SIKI mencakup tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencapai luaran tersebut, seperti pengkajian, edukasi, manajemen aktivitas, pencegahan perdarahan, dan pencegahan infeksi. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mengelola faktor-faktor penyebab yang mungkin membutuhkan penanganan medis. -
Article No. 6531 | 20 Nov 2024
Klinis : Kerusakan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi kerusakan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik, seperti trauma, penyakit, atau proses normal tubuh.
Faktor Risiko:
1. Gangguan perfusi jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Ketidakadekuatan nutrisi
4. Usia lanjut
5. Kondisi penyakit kronis
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit membaik
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Tidak terjadi infeksi
4. Nyeri berkurang
5. Kemampuan perawatan diri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen luka
2. Perawatan kulit
3. Kontrol nutrisi
4. Manajemen aktivitas
5. Edukasi pasien dan keluarga
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien, mengidentifikasi faktor risiko, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pemulihan integritas kulit pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6532 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan sering mengalami gejala seperti nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Menggunakan skala nyeri, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan perilaku.
Karakteristik minor: Menghindar dari aktivitas, Gelisah, Keterbatasan gerak.
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
Definisi: Respons imun tubuh yang tidak efektif terhadap ancaman kesehatan.
Karakteristik mayor: Pembengkakan kelenjar getah bening, Nyeri akibat inflamasi.
Karakteristik minor: Peningkatan suhu tubuh, Lemah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronis
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Pasien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami peningkatan nyeri
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
- Tanda-tanda inflamasi seperti pembengkakan dan nyeri berkurang
- Fungsi sistem kekebalan menunjukkan perbaikan
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan energi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Kronis
- Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, Mengajarkan strategi manajemen nyeri, Mengobservasi respons nyeri terhadap intervensi
- Terapi Komplementer: Menggunakan teknik relaksasi, Memberikan kompres hangat/dingin, Memberikan massage
- Edukasi Kesehatan: Mengajarkan manajemen nyeri, Mengajarkan aktivitas yang dapat mengurangi nyeri
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
- Manajemen Inflamasi: Mengkaji tanda-tanda inflamasi, Mengobservasi respons terhadap pengobatan, Memberikan kompres hangat/dingin
- Peningkatan Sistem Imun: Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi sistem imun, Memfasilitasi istirahat yang adekuat, Mendorong asupan nutrisi yang seimbang
- Edukasi Kesehatan: Mengajarkan perawatan diri yang tepat, Menginformasikan tentang proses penyakit dan pengobatan
Penjelasan yang rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Kronis dan Perubahan Pola Sistem Kekebalan. Nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher merupakan gejala-gejala yang dapat dikaitkan dengan kedua diagnosa tersebut. Diagnosa Nyeri Kronis dipilih karena pasien melaporkan keluhan nyeri sendi yang terus-menerus, sedangkan Perubahan Pola Sistem Kekebalan dipilih karena pembengkakan kelenjar getah bening di leher menunjukkan adanya respons imun yang tidak efektif.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah penurunan intensitas nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta peningkatan fungsi sistem kekebalan yang ditandai dengan berkurangnya tanda-tanda inflamasi dan peningkatan kekuatan serta energi pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, terapi komplementer, edukasi kesehatan terkait manajemen nyeri dan perawatan diri, serta intervensi untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan, seperti manajemen inflamasi dan peningkatan sistem imun.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya secara efektif. -
Article No. 6534 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk bersin bersin setelah bekerja di pengolahan serbuk kayu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif, serta mencegah komplikasi yang terkait.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan status pernapasan
2. Pengisapan sekret
3. Pemberian oksigen
4. Latihan batuk efektif
5. Peningkatan mobilisasi sekret
6. Edukasi mengenai manajemen bersihan jalan napas
Dalam kasus ini, pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk bersin-bersin setelah bekerja di pengolahan serbuk kayu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pengisapan sekret, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, peningkatan mobilisasi sekret, serta edukasi mengenai manajemen bersihan jalan napas. -
Article No. 6535 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan bersin-bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI Kode: 00031). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam membersihkan sekresi atau benda asing pada saluran napas, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI Kode: 0410)
- Kriteria hasil:
a. Pasien dapat batuk/bersin efektif untuk membersihkan jalan napas
b. Pasien tidak mengalami sumbatan jalan napas
c. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas
d. Pasien tidak mengalami hipoksemia
e. Pasien tidak mengalami infeksi saluran napas
2. Gejala Alergi Terkendali (SLKI Kode: 1604)
- Kriteria hasil:
a. Pasien tidak mengalami reaksi alergi yang berlebihan
b. Pasien dapat beradaptasi dengan paparan alergen
c. Pasien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu alergi
d. Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan akibat reaksi alergi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI Kode: 3140)
- Tindakan keperawatan:
a. Lakukan pengkajian terhadap permeabilitas jalan napas pasien
b. Berikan instruksi pada pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan pernapasan
c. Bantu pasien melakukan teknik batuk efektif dan pernapasan untuk membersihkan jalan napas
d. Pantau fungsi pernapasan pasien, seperti frekuensi pernapasan, retraksi dada, dan bunyi pernapasan
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi sumbatan jalan napas, jika diperlukan
2. Manajemen Alergi (SIKI Kode: 3540)
- Tindakan keperawatan:
a. Identifikasi faktor pemicu alergi yang dipaparkan pada pasien
b. Berikan edukasi pada pasien mengenai gejala alergi dan cara menghindari paparan alergen
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pengobatan alergi, seperti antihistamin
d. Pantau tanda-tanda dan gejala alergi pada pasien
e. Berikan kenyamanan pada pasien untuk mengurangi dampak reaksi alergi
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan gejala alergi yang terkendali, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan komplikasi akibat paparan alergen. -
Article No. 6536 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung meler tidak bisa tidur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu bersin-bersin, hidung meler, dan sulit tidur setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hambatan respirasi sekunder akibat paparan iritan".
Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik. Dalam kasus ini, paparan terhadap serbuk kayu di pabrik menyebabkan gangguan pernapasan pada pasien, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk tidur.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Toleransi aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan pernapasan.
2. Kualitas tidur: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terganggu oleh gejala pernapasan.
3. Kontrol gejala: Pasien dapat mengontrol gejala bersin-bersin dan hidung meler akibat paparan iritan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen intoleransi aktivitas:
- Identifikasi faktor-faktor yang membatasi toleransi aktivitas, seperti paparan serbuk kayu.
- Ajarkan teknik pengaturan napas dan relaksasi untuk membantu mengurangi gejala pernapasan saat beraktivitas.
- Pandu pasien dalam melakukan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
2. Manajemen pola tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti gejala pernapasan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien tidur lebih nyenyak.
- Berikan rekomendasi terkait lingkungan tidur yang nyaman.
3. Manajemen respons alergi:
- Identifikasi pemicu alergi, dalam hal ini paparan serbuk kayu.
- Ajarkan teknik menghindari paparan pemicu alergi.
- Berikan edukasi tentang penggunaan obat-obatan antihistamin atau dekongestan untuk mengurangi gejala alergi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komprehensif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu toleransi aktivitas yang baik, kualitas tidur yang membaik, serta kontrol yang efektif terhadap gejala bersin-bersin dan hidung meler akibat paparan serbuk kayu. -
Article No. 6537 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung meler tidak nyaman saat aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Gangguan Pola Napas Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
Tanda dan gejala yang sesuai dengan kasus pasien:
- Bersin-bersin
- Hidung meler
- Rasa tidak nyaman saat beraktivitas
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Tanda dan gejala yang sesuai dengan kasus pasien:
- Rasa tidak nyaman saat beraktivitas
- Keterbatasan dalam melakukan aktivitas rutin
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar.
- Pasien bebas dari gejala bersin-bersin dan hidung meler.
- Pasien merasa nyaman saat beraktivitas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa hambatan.
- Pasien merasa nyaman saat beraktivitas.
- Pasien dapat mempertahankan energi dan kekuatan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Pola Napas Efektif
a. Identifikasi faktor penyebab gangguan pola napas, seperti paparan serbuk kayu.
b. Berikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya menghindari paparan serbuk kayu dan menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
c. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik untuk memperbaiki pola napas.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli alergi, untuk mendapatkan penanganan farmakologis yang sesuai.
e. Monitor tanda-tanda vital dan gejala pernapasan pasien secara berkala.
f. Berikan kenyamanan dan dukungan emosional kepada pasien.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Evaluasi kemampuan fisik dan fungsional pasien.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
c. Ajarkan latihan fisik ringan yang dapat meningkatkan toleransi aktivitas, seperti latihan pernapasan dan mobilisasi.
d. Identifikasi dan minimalisasi faktor-faktor yang dapat memicu ketidaknyamanan saat beraktivitas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti fisioterapis, untuk mendapatkan program latihan yang sesuai.
f. Berikan motivasi dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan partisipasi dan kemandirian dalam aktivitas.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai dengan keluhan pasien adalah Gangguan Pola Napas Efektif dan Intoleransi Aktivitas. Gangguan Pola Napas Efektif terkait dengan gejala bersin-bersin dan hidung meler yang dialami pasien, sementara Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang dirasakan saat beraktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar, bebas dari gejala bersin-bersin dan hidung meler, serta merasa nyaman saat beraktivitas. Pasien juga diharapkan dapat melakukan aktivitas rutin tanpa hambatan, mempertahankan energi dan kekuatan yang diperlukan, dan merasa nyaman saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup identifikasi dan penanganan faktor penyebab, edukasi kepada pasien, latihan pernapasan diafragmatik, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemantauan tanda-tanda vital dan gejala, pemberian kenyamanan dan dukungan emosional, evaluasi kemampuan fisik dan fungsional, bantuan dalam aktivitas sehari-hari, latihan fisik ringan, identifikasi dan minimalisasi faktor pemicu ketidaknyamanan, serta pemberian motivasi dan dukungan kepada pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu dapat bernapas dengan baik, melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 6538 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung meler tidak nyaman saat aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sajikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu bersin-bersin, hidung meler, dan tidak nyaman saat beraktivitas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan pola napas tidak efektif. Gangguan ini dapat disebabkan oleh paparan partikel debu atau zat iritan dari pabrik pengolahan serbuk kayu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernafas dengan mudah dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Identifikasi faktor penyebab gangguan pola napas
- Pengaturan lingkungan untuk mengurangi paparan zat iritan
- Edukasi mengenai teknik pernapasan yang efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk penanganan lanjut.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat kembali memiliki pola napas yang efektif dan dapat beraktivitas dengan nyaman. -
Article No. 6539 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung meler tidak nyaman saat aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan bersin-bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, serta hidung meler dan tidak nyaman saat aktivitas adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang diperlukan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Definitif: Keluhan kelelahan/lemah, sesak napas, berkeringat, dan gangguan pola napas.
- Faktor yang Berhubungan: Intoleransi lingkungan, seperti paparan terhadap alergen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Membaik
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang diperlukan tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lainnya.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lainnya.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lainnya.
c. Pasien dapat mempertahankan aktivitas tanpa melebihi batas toleransi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi keterbatasan fisik dan/atau psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang diperlukan.
- Tindakan Keperawatan:
a. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi aktivitas, seperti paparan terhadap alergen.
b. Identifikasi tingkat toleransi aktivitas pasien.
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen intoleransi aktivitas.
d. Bantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat toleransinya.
e. Berikan intervensi untuk mengurangi paparan terhadap alergen, seperti penggunaan masker atau pembersihan lingkungan.
f. Pantau tanda-tanda vital dan gejala yang muncul selama aktivitas.
g. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, ahli alergi) untuk menangani kondisi pasien.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Intoleransi Aktivitas" dipilih karena pasien mengalami keluhan bersin-bersin, hidung meler, dan ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas. Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan fisik yang menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah "Toleransi Aktivitas Membaik", yang mencakup kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lainnya, serta dapat mempertahankan aktivitas tanpa melebihi batas toleransi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah "Manajemen Intoleransi Aktivitas". Intervensi ini meliputi pengkajian faktor-faktor penyebab intoleransi aktivitas, identifikasi tingkat toleransi aktivitas pasien, edukasi kepada pasien dan keluarga, bantuan dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas, intervensi untuk mengurangi paparan terhadap alergen, pemantauan tanda-tanda vital dan gejala, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani kondisi pasien. Tujuannya adalah membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitasnya dan mencapai kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa masalah. -
Article No. 6540 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu, hidung tersumbat, muncul ruam di kulit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan secara mandiri.
Penyebab: Paparan terhadap alergen.
Karakteristik: Gejala bersin-bersin, hidung tersumbat, dan ruam di kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan secara mandiri.
Indikator:
a. Menunjukkan peningkatan tingkat aktivitas yang dilakukan.
b. Melaporkan penurunan sensasi kelelahan dan nyeri selama aktivitas.
c. Melaporkan peningkatan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen alergi
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan reaksi alergi yang dihasilkan dari paparan terhadap alergen.
Aktivitas:
a. Identifikasi alergen yang menyebabkan gejala.
b. Anjurkan pasien untuk menghindari atau membatasi paparan terhadap alergen.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai, seperti antihistamin atau imunoterapi.
d. Ajarkan teknik manajemen gejala, seperti penggunaan inhaler atau obat topikal.
e. Pantau respons pasien terhadap intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen aktivitas
Definisi: Bantuan untuk merencanakan, memilih, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis, dan sosial pasien.
Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas pasien saat ini dan identifikasi hambatan yang ada.
b. Kolaborasi dengan pasien untuk menetapkan tujuan aktivitas yang realistis dan dapat dicapai.
c. Bantu pasien untuk menyusun rencana aktivitas yang dapat dilakukan secara bertahap dan aman.
d. Ajarkan teknik penghematan energi dan pengaturan aktivitas.
e. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai rencana dan pantau respons.
f. Lakukan modifikasi rencana aktivitas berdasarkan evaluasi respons pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas dipilih karena kondisi pasien dengan keluhan bersin-bersin, hidung tersumbat, dan ruam di kulit menunjukkan adanya gangguan toleransi aktivitas akibat paparan terhadap alergen. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan toleransi aktivitas, yang ditandai dengan peningkatan tingkat aktivitas, penurunan sensasi kelelahan dan nyeri, serta peningkatan kemampuan fisik. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah manajemen alergi dan manajemen aktivitas. Manajemen alergi bertujuan untuk mengendalikan reaksi alergi dengan mengidentifikasi alergen, menghindari paparan, dan memberikan terapi farmakologis serta nonfarmakologis. Manajemen aktivitas bertujuan untuk membantu pasien dalam merencanakan, memilih, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya, serta meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.