Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6577 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang ibu melahirkan spontan pervaginam 2 hari yang lalu. P1A0. Mengatakan kepada perawat, belum tahu bagaimana cara melakukan perawatan pada bayi baru lahir tetapi merasa percaya diri saat proses menyusui. Dari hasil pengkajian didapatkan : ASI keluar dengan lancar, bayi tampak menyusu dengan sebagian areola tampak masuk kedalam mulut bayi, posisi bayi ketika menyusu yaitu bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, perut bayi menempel ke tubuh ibu, mulut bayi berada di depan puting ibu, lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu, telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus. Frekuensi miksi bayi >8x/hari, tali pusat dibiarkan terbuka, kondisi tidak ada kemerahan, tidak berbau, tidak ada Cairan yang keluar, tali pusat tampak basah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kurang Pengetahuan tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
- SDKI: Kurang Pengetahuan
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan
- SIKI: Edukasi Perawatan Bayi Baru Lahir
Penjelasan Singkat:
Ibu melahirkan spontan pervaginam 2 hari yang lalu dan mengatakan belum tahu cara melakukan perawatan pada bayi baru lahir, meskipun ia merasa percaya diri saat proses menyusui. Diagnosa ini menunjukkan bahwa ibu membutuhkan peningkatan pengetahuan dan edukasi terkait perawatan bayi baru lahir, seperti perawatan tali pusat, pola eliminasi, dan lain-lain.
2. Keterlibatan dalam Pemberian ASI
- SDKI: Keterlibatan dalam Pemberian ASI
- SLKI: Peningkatan Pemberian ASI
- SIKI: Edukasi Pemberian ASI
Penjelasan Singkat:
Dari hasil pengkajian, diketahui bahwa ASI keluar dengan lancar dan bayi tampak menyusu dengan sebagian areola masuk ke dalam mulut. Posisi menyusu juga sudah sesuai dengan teknik yang baik. Diagnosa ini menunjukkan bahwa ibu sudah terlibat aktif dalam pemberian ASI dan perlu mendapatkan edukasi untuk meningkatkan pemberian ASI secara optimal.
3. Integritas Kulit Tali Pusat
- SDKI: Integritas Kulit Tali Pusat
- SLKI: Penyembuhan Tali Pusat
- SIKI: Perawatan Tali Pusat
Penjelasan Singkat:
Tali pusat bayi dibiarkan terbuka, tampak basah, tidak ada kemerahan, dan tidak berbau. Diagnosa ini menunjukkan bahwa perlu adanya perawatan tali pusat yang sesuai untuk mendukung proses penyembuhan tali pusat.
Secara umum, diagnosa keperawatan di atas menggambarkan kebutuhan ibu terkait peningkatan pengetahuan, pemberian ASI, dan perawatan tali pusat bayi. Penerapan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI-SLKI-SIKI dapat membantu ibu dalam merawat bayi baru lahir secara optimal. -
Article No. 6578 | 21 Nov 2024
Klinis : Klien terdiagnosa NMOSD / neuromielitis optika. Klien mengeluh penglihatan buram, lapang pandang menurun, kaki terasa berat, telinga sebelah kanan hilang pendengaran. Klien merasakan sakit-sakit diseluruh badan. Klien kadang tidak menyadari kondisinya menurun.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosis klien dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G36.0
- Deskripsi: Neuromielitis óptica [sindroma de Devic]
Neuromielitis óptica, juga dikenal sebagai sindrom Devic, adalah gangguan autoimun langka yang memengaruhi saraf optik dan sumsum tulang belakang. Gejala-gejala yang dialami klien, seperti penglihatan buram, penurunan lapang pandang, kelemahan pada tungkai, dan hilangnya pendengaran di telinga kanan, sesuai dengan karakteristik kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemeriksaan neurologis lainnya, termasuk tes refleks dan tes koordinasi
Dalam tatalaksana klien dengan NMOSD, pemeriksaan neurologis yang lengkap, termasuk tes refleks dan koordinasi, merupakan bagian penting dari evaluasi klinis dan diagnosis kondisi ini. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi gangguan fungsi saraf spesifik yang terkait dengan penyakit.
Selain itu, klien juga mengeluhkan gejala umum seperti nyeri di seluruh tubuh, serta kadang tidak menyadari penurunan kondisinya. Hal ini dapat terkait dengan proses penyakit yang progresif dan komplikasi yang mungkin timbul. Pemantauan yang ketat dan penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mengelola kondisi klien secara efektif. -
Article No. 6579 | 21 Nov 2024
Klinis : Klien terdiagnosa NMOSD / neuromielitis optika. Klien seorang perempuan berusia 34 tahun. Klien mengeluh penglihatan buram, lapang pandang menurun, kaki terasa berat, telinga sebelah kanan hilang pendengaran. Klien merasakan sakit-sakit diseluruh badan. Klien kadang tidak menyadari kondisinya menurun.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, klien terdiagnosis dengan Neuromyelitis Optica Spectrum Disorder (NMOSD). Berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai dengan kondisi klien:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G36.0
- Deskripsi: Neuromielitis optika [Sindrom Devic]
Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang secara khusus sesuai dengan kondisi klien, karena penjelasan yang diberikan tidak mencakup informasi tentang prosedur atau tindakan medis yang dilakukan.
Penjelasan detail:
Neuromyelitis Optica Spectrum Disorder (NMOSD) adalah penyakit autoimun yang menyerang saraf optik dan sumsum tulang belakang. Ciri-ciri utama pada klien, yaitu:
- Penglihatan buram dan lapang pandang menurun, menunjukkan adanya gangguan pada saraf optik
- Kaki terasa berat, menunjukkan adanya gangguan pada sumsum tulang belakang
- Hilang pendengaran pada telinga kanan, menunjukkan adanya keterlibatan sistem saraf pusat lainnya
- Rasa sakit di seluruh tubuh dan kadang tidak menyadari kondisinya menurun, menunjukkan adanya gejala-gejala lain yang sering menyertai NMOSD
Diagnosis NMOSD pada klien perempuan berusia 34 tahun ini sesuai dengan karakteristik demografi dan gejala klinis yang biasanya ditemukan pada penyakit ini. Penatalaksanaan selanjutnya akan melibatkan pemeriksaan penunjang (seperti pemeriksaan cairan serebrospinal, tes autoimun) serta terapi imunosupresan untuk menekan respons autoimun dan mencegah kekambuhan. -
Article No. 6580 | 21 Nov 2024
Klinis : kondisi pasien memerlukn opa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang memerlukan _____ (silakan dilengkapi kondisi pasien).
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah ______ (silakan diisi diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien).
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan mengkategorikan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Setiap diagnosa keperawatan dalam SDKI memiliki definisi, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur hasil intervensi keperawatan. Setiap luaran keperawatan dalam SLKI memiliki definisi, kriteria hasil, dan klasifikasi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Setiap intervensi keperawatan dalam SIKI memiliki definisi, aktivitas, dan klasifikasi yang jelas.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, meningkatkan profesionalisme perawat, dan memastikan keselamatan pasien. -
Article No. 6581 | 21 Nov 2024
Klinis : Perempuan berusia 68 tahun dirawat di Ruang Perawatan intermediate dengan keluhan sesak napas dan mudah lelah. Riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu dan riwayat infark miokard 10 tahun yang lalu, tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, distensi vena jugularis, terdengar ronkhi dan edema ekstremitas +2, sianosis, CRT >3 detik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan sianosis.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, kelemahan otot pernapasan, obstruksi saluran napas.
- Gejala dan Tanda: Perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama napas, penggunaan otot bantu pernapasan, sianosis, dan ketidaknyamanan saat bernapas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Utama: Pola napas efektif
- Indikator: Frekuensi napas, kedalaman napas, irama napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen Jalan Napas
- Aktivitas Keperawatan: Mengatur posisi, memantau status pernapasan, memberikan oksigen, dan melakukan fisioterapi dada jika diperlukan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular ditandai dengan mudah lelah dan edema ekstremitas.
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang mengakibatkan kelelahan.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular, penurunan fungsi otot, dan malnutrisi.
- Gejala dan Tanda: Kelelahan saat beraktivitas, peningkatan tanda-tanda vital, dan edema.
SLKI:
- Luaran Utama: Toleransi Aktivitas
- Indikator: Kemampuan melakukan aktivitas, frekuensi denyut jantung, dan tanda-tanda kelelahan saat aktivitas.
SIKI:
- Intervensi Utama: Manajemen Energi
- Aktivitas Keperawatan: Mengatur aktivitas, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan intervensi untuk meningkatkan daya tahan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 6582 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekret berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Kelemahan, keletihan, dan sesak napas.
3. Defisit Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, dan rasa tidak enak di mulut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa di atas dapat meliputi manajemen jalan napas, manajemen energi, dan dukungan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah nebulisasi, mobilisasi progresif, dan konseling gizi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 6583 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda jelaskan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pasien mengalami kondisi batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas, yang menunjukkan adanya penyumbatan atau gangguan pada jalan napas.
b. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengalami gejala kelelahan dan kehilangan nafsu makan, yang dapat menunjukkan adanya penurunan toleransi aktivitas.
c. Ketidakefektifan Pola Napas
Pasien mengalami sesak napas, yang dapat mengindikasikan adanya perubahan pada pola napas yang tidak efektif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan, serta mampu mengeluarkan sekret dengan efektif.
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, serta nafsu makan kembali normal.
c. Pola Napas Efektif
Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, dengan frekuensi dan irama napas yang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika diperlukan
- Berikan nebulizer atau terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi antibiotik dan antituberkulosis
b. Intoleransi Aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan energi, seperti pemberian nutrisi yang adekuat
- Ajarkan teknik-teknik konservasi energi
- Optimalkan periode istirahat dan tidur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang mendukung
c. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Lakukan pemantauan pola napas pasien secara berkala
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi oksigen atau intervensi lainnya yang diperlukan
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain diharapkan dapat membantu pasien dalam pemulihan. -
Article No. 6584 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada hebat, menjalar ke lengan kiri.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan kelelahan dan kelemahan.
d. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2.
e. Risiko hipertensi berhubungan dengan riwayat hipertensi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri terkontrol: Pasien melaporkan nyeri berkurang hingga level yang dapat diterima.
b. Pola napas efektif: Pasien bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa sesak.
c. Toleransi aktivitas meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan atau kelemahan yang berlebihan.
d. Kadar gula darah terkendali: Pasien menunjukkan kadar gula darah dalam rentang normal.
e. Tekanan darah terkendali: Pasien menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen nyeri:
i. Identifikasi karakteristik nyeri, termasuk lokasi, intensitas, kualitas, dan durasi.
ii. Berikan obat-obatan analgesik sesuai resep dokter.
iii. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi napas dalam.
b. Manajemen jalan napas:
i. Pantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas dan saturasi oksigen.
ii. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang optimal.
iii. Anjurkan posisi duduk atau semi-fowler untuk memudahkan pernapasan.
c. Manajemen aktivitas dan istirahat:
i. Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
ii. Kembangkan rencana aktivitas yang bertahap untuk meningkatkan toleransi.
iii. Ajarkan teknik manajemen energi dan selingi aktivitas dengan istirahat yang cukup.
d. Manajemen kadar gula darah:
i. Pantau kadar gula darah secara teratur.
ii. Koordinasi dengan tim medis untuk penyesuaian pengobatan diabetes, jika diperlukan.
iii. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diabetes, termasuk diet dan aktivitas fisik.
e. Manajemen hipertensi:
i. Pantau tekanan darah secara teratur.
ii. Koordinasi dengan tim medis untuk penyesuaian pengobatan hipertensi, jika diperlukan.
iii. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertensi, termasuk diet rendah garam dan aktivitas fisik.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat harus memperhatikan kondisi klinis pasien secara menyeluruh, termasuk penyakit penyerta dan faktor risiko yang ada. Intervensi keperawatan yang direncanakan harus diarahkan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien mencapai kondisi yang optimal. -
Article No. 6585 | 21 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sputum/dahak yang berlebih, batuk tidak produktif, dan suara napas bronkial yang ditemukan pada pemeriksaan fisik. Kondisi ini dapat menyebabkan ventilasi alveolar tidak adekuat dan pertukaran gas yang tidak optimal.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan adanya kehilangan nafsu makan pada pasien. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang dapat memperburuk kondisi pasien.
c. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas ditandai dengan adanya sesak napas yang dialami pasien. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien mengalami kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Suara napas bersih/normal
- Pasien mampu bernapas tanpa kesulitan
b. Keseimbangan Nutrisi Adekuat
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan
- Pasien mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat
- Pasien menunjukkan tanda-tanda gizi yang baik
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik
- Pasien tidak mengalami sesak napas saat melakukan aktivitas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Monitoring Respirasi
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Batuk
- Fisioterapi Dada
- Edukasi Manajemen Jalan Napas
b. Keseimbangan Nutrisi Adekuat
- Asuhan Gizi
- Manajemen Nutrisi
- Konseling Gizi
- Pemberian Suplemen Nutrisi
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Manajemen Energi
- Peningkatan Latihan Fisik
- Manajemen Sesak Napas
- Edukasi Manajemen Aktivitas
Penjelasan rinci untuk setiap poin:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Kondisi ini terjadi akibat adanya sputum/dahak yang berlebih, batuk tidak produktif, dan suara napas bronkial yang ditemukan pada pemeriksaan fisik. Hal ini dapat menyebabkan ventilasi alveolar tidak adekuat dan pertukaran gas yang tidak optimal.
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Kondisi ini terjadi akibat kehilangan nafsu makan pada pasien. Hal ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang dapat memperburuk kondisi pasien.
- Intoleransi Aktivitas: Kondisi ini terjadi akibat adanya sesak napas yang dialami pasien. Hal ini dapat menyebabkan pasien mengalami kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Pasien mampu batuk efektif untuk mengeluarkan sekret, suara napas bersih/normal, dan mampu bernapas tanpa kesulitan.
- Keseimbangan Nutrisi Adekuat: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat, dan menunjukkan tanda-tanda gizi yang baik.
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan, menunjukkan peningkatan kemampuan fisik, dan tidak mengalami sesak napas saat melakukan aktivitas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitoring Respirasi: Memantau frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan pasien.
- Manajemen Jalan Napas: Memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan lancar.
- Terapi Batuk: Membantu pasien untuk batuk efektif dalam mengeluarkan sekret.
- Fisioterapi Dada: Melakukan tindakan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Edukasi Manajemen Jalan Napas: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik-teknik manajemen jalan napas.
- Keseimbangan Nutrisi Adekuat:
- Asuhan Gizi: Melakukan pengkajian gizi dan menyusun rencana pemberian nutrisi yang adekuat.
- Manajemen Nutrisi: Memastikan pasien mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan.
- Konseling Gizi: Memberikan konseling gizi kepada pasien dan keluarga terkait kebutuhan nutrisi.
- Pemberian Suplemen Nutrisi: Memberikan suplemen nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
- Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Manajemen Energi: Membantu pasien untuk mengatur energinya dalam melakukan aktivitas.
- Peningkatan Latihan Fisik: Melakukan latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
- Manajemen Sesak Napas: Membantu pasien untuk mengelola sesak napas yang dialami selama aktivitas.
- Edukasi Manajemen Aktivitas: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik-teknik manajemen aktivitas yang aman dan efektif. -
Article No. 6586 | 21 Nov 2024
Klinis : Komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi Komunitas.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Komunitas adalah "Risiko Ketidakberdayaan Komunitas". Diagnosa ini mengacu pada adanya potensi ketidakmampuan komunitas dalam menghadapi dan mengatasi masalah kesehatan dan sosial yang terjadi di lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya pengetahuan, dan rendahnya partisipasi anggota komunitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan dalam:
1. Partisipasi Komunitas: Anggota komunitas terlibat aktif dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan serta sosial yang terjadi di lingkungannya.
2. Keberdayaan Komunitas: Komunitas memiliki kemampuan untuk mengakses sumber daya yang diperlukan dan mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah yang ada.
3. Kesejahteraan Komunitas: Kondisi kesehatan dan sosial komunitas menunjukkan peningkatan, seperti penurunan angka kesakitan, peningkatan akses ke pelayanan kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup.
4. Kemandirian Komunitas: Komunitas mampu secara mandiri mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan program-program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asessment Komunitas:
- Mengidentifikasi sumber daya, kekuatan, dan kebutuhan komunitas.
- Mengevaluasi partisipasi dan keterlibatan anggota komunitas dalam isu-isu kesehatan dan sosial.
- Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan komunitas.
2. Pengembangan Kapasitas Komunitas:
- Memberikan edukasi dan pelatihan kepada anggota komunitas tentang isu-isu kesehatan dan sosial.
- Memfasilitasi pembentukan kelompok atau organisasi komunitas untuk mengatasi masalah yang ada.
- Meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengakses dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
3. Kolaborasi dan Advokasi:
- Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, organisasi non-profit, dan institusi kesehatan.
- Mengadvokasi kepentingan komunitas dalam memperoleh akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan dan sosial.
- Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar anggota komunitas, pihak terkait, dan pemangku kepentingan.
4. Monitoring dan Evaluasi:
- Memantau perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh komunitas.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasil yang dicapai sebagai pembelajaran bagi komunitas lainnya.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pemberdayaan komunitas, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi, keberdayaan, kesejahteraan, dan kemandirian komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan dan sosial yang ada di lingkungannya.