Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6774 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien hemodialisa dengan riwayat kesehatan sekarang diabetes dan eritrosit 2,83 rendah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai kondisi pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan eritrosit rendah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Penurunan berat badan yang tidak disengaja, Kadar hemoglobin/hematokrit di bawah normal, Kadar albumin di bawah normal.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Status Nutrisi: Berat Badan
Kriteria Hasil:
- Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal
- Tidak ada penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Perubahan berat badan sesuai dengan target
2. Status Nutrisi: Kadar Hemoglobin
Kriteria Hasil:
- Kadar hemoglobin dalam rentang normal
- Tidak ada anemia atau gejala anemia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji riwayat dan pola makan pasien
- Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai, termasuk jumlah kalori, protein, dan zat besi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau status nutrisi pasien
2. Terapi Nutrisi Parenteral atau Enteral
- Jika pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui asupan oral, berikan nutrisi parenteral atau enteral sesuai kebutuhan
- Monitor toleransi dan komplikasi terkait pemberian nutrisi parenteral atau enteral
3. Manajemen Anemia
- Kaji tanda-tanda anemia, seperti kelelahan, pusing, sesak napas
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi penggantian zat besi atau eritropoetin sesuai indikasi
- Monitor nilai hemoglobin, hematokrit, dan parameter lain yang terkait
Penjelasan Rinci:
Pasien hemodialisis dengan riwayat diabetes dan eritrosit rendah memiliki risiko tinggi mengalami ketidakseimbangan nutrisi karena beberapa faktor, seperti penurunan nafsu makan, malabsorpsi, dan kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat kondisi penyakit ginjal kronis dan diabetes. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh".
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat mencapai status nutrisi yang optimal, dengan berat badan yang stabil dan kadar hemoglobin yang normal. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nutrisi, pemberian nutrisi parenteral atau enteral jika dibutuhkan, serta manajemen anemia dengan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai status nutrisi dan hematologi yang optimal, sehingga dapat mendukung proses penyembuhan dan kualitas hidup yang lebih baik. -
Article No. 6775 | 22 Nov 2024
Klinis : Pasien post op hthm Luka keluar pus Leukosit 70 Suhu 37.4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien post op hthm dengan luka keluar pus, leukosit 70, dan suhu 37.4, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T81.0
- Deskripsi: Komplikasi infeksi dari prosedur medis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Debridemen luka, artefak atau materi asing, terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T81.0 menggambarkan komplikasi infeksi yang terjadi setelah prosedur medis, dalam kasus ini adalah pasca operasi (post op). Luka yang keluar pus, leukosit tinggi, dan suhu 37.4 mengindikasikan adanya infeksi pada luka operasi.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 menunjukkan tindakan debridemen luka, yaitu pembersihan luka dari materi atau benda asing untuk mencegah penyebaran infeksi dan membantu proses penyembuhan. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan untuk mengatasi infeksi pada luka pasca operasi.
Sebagai catatan, kodefikasi diagnosis dan tindakan medis menggunakan sistem ICD-10 dan ICD-9-CM membantu dalam dokumentasi medis, pembuatan laporan, dan penagihan biaya perawatan. Penggunaan kode yang tepat sangat penting untuk memastikan ketepatan data dan informasi kesehatan pasien. -
Article No. 6776 | 22 Nov 2024
Klinis : Pasien post op hthm Luka keluar pus Leukosit 70 Suhu 37.4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Luka Operasi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan rentan terhadap masuknya organisme patogen ke dalam daerah luka operasi yang dapat menimbulkan peradangan.
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, kurangnya pemenuhan kebutuhan nutrisi, perawatan luka yang tidak adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Luka operasi tetap bersih dan kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, tindakan aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
Persona: Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang akan dilakukan untuk mengelola risiko infeksi luka operasi pada pasien post-op HTHM dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 6656 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien anak laki-laki berusia 10 tahun ini dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L51.1
- Deskripsi: Sindrom Stevens-Johnson
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian kortikosteroid sistemik
Penjelasan:
Sindrom Stevens-Johnson adalah reaksi obat yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa yang berkembang dengan cepat. Kasus ini sesuai dengan gambaran klinis Sindrom Stevens-Johnson, dengan gejala utama berupa kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh, diawali dengan lesi melepuh seperti luka bakar, dan komplikasi berupa nyeri saat menelan.
Pemberian kortikosteroid sistemik merupakan tindakan life-saving yang harus segera dilakukan dalam penanganan pasien dengan Sindrom Stevens-Johnson, selain dukungan cairan dan elektrolit. Kortikosteroid dapat membantu menekan reaksi inflamasi dan mempercepat penyembuhan lesi.
Riwayat pemberian amoxicillin sebelum timbulnya gejala mengarahkan ke diagnosis Sindrom Stevens-Johnson yang dipicu oleh reaksi obat. Pemantauan ketat pasien dan pemberian dukungan terapeutik yang komprehensif sangat penting dalam penanganan kasus ini. -
Article No. 6657 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit
Penjelasan berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Terganggu: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang mempengaruhi struktur dan fungsi kulit.
- Penyebab: Reaksi inflamasi kulit, trauma, gangguan vaskularisasi, dan penyakit kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pemulihan Integritas Kulit: Proses pemulihan struktur dan fungsi kulit yang normal setelah terjadi kerusakan.
- Indikator: Kulit terbebas dari lesi, kulit kembali elastis, dan tidak ada perubahan warna pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka: Tindakan untuk menjaga dan meningkatkan penyembuhan luka.
- Intervensi: Pembersihan luka, aplikasi salep/krim, balutan luka, dan evaluasi perkembangan luka.
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri.
- Intervensi: Pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, dan terapi relaksasi.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit. Hal ini ditandai dengan adanya kerusakan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, seperti kulit kering, terkelupas, dan terdapat lesi pada hampir seluruh tubuh. -
Article No. 6658 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kasus ini dapat didiagnosis sebagai Sindrom Stevens-Johnson (SJS) atau Nekrolisis Epidermal Toksik (NET). Berikut adalah penjelasan singkat terkait standar Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan proses patologis.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
3. Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integumen.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit Terganggu
2. Nyeri Akut
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
4. Risiko Infeksi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Integritas Kulit
2. Penurunan Nyeri
3. Keseimbangan Nutrisi
4. Bebas Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka, Perawatan Kulit
2. Manajemen Nyeri
3. Manajemen Nutrisi
4. Pencegahan Infeksi
Kondisi pasien ini merupakan kasus Sindrom Stevens-Johnson (SJS) atau Nekrolisis Epidermal Toksik (NET), yang disebabkan oleh reaksi obat. Tindakan life-saving yang diperlukan adalah pemberian terapi cairan, elektrolit, dan kortikosteroid untuk mengatasi gangguan integritas kulit, nyeri, dan risiko infeksi. Pemantauan ketat dan perawatan suportif menjadi prioritas dalam tatalaksana pasien ini. -
Article No. 6659 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien anak laki-laki usia 10 tahun ini sepertinya mengalami kondisi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Reaksi alergi terhadap antibiotik amoxicillin.
- Gejala: Kulit kering, terkelupas, dan gatal hampir di seluruh tubuh. Sebelumnya terjadi melepuh seperti luka bakar dan nyeri.
2. Risiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan peradangan.
- Penyebab: Kerusakan integritas kulit yang luas.
- Gejala: Adanya erosi, krusta, dan sekret pada mata.
3. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Kerusakan integritas kulit dan sulit menelan.
- Gejala: Keluhan nyeri saat menelan.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
- Integritas Kulit: Pemulihan integritas kulit yang adekuat.
- Respon Infeksi: Tidak terjadi infeksi.
- Kontrol Nyeri: Nyeri dapat dikelola.
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Perawatan Luka
- Manajemen Infeksi
- Manajemen Nyeri
Tindakan segera yang perlu dilakukan adalah pemberian terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid sebagai terapi life-saving, serta pemantauan tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien. Selain itu, diperlukan evaluasi riwayat alergi dan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. -
Article No. 6660 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Gangguan Integritas Kulit (NANDA-I: Impaired Skin Integrity)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
Faktor Berhubungan: Reaksi alergi akibat penggunaan antibiotik amoxicillin.
Karakteristik Mayor: Lesi pada kulit (eritema, deskuamasi, krusta coklat, erosi yang membasah), sensasi gatal.
2. Nyeri Akut (NANDA-I: Acute Pain)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Berhubungan: Kerusakan kulit dan mukosa.
Karakteristik Mayor: Laporan pasien akan nyeri saat menelan.
3. Risiko Hipertermia (NANDA-I: Risk for Hyperthermia)
Definisi: Rentan terhadap suhu tubuh inti yang lebih tinggi dari rentang normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Reaksi alergi, infeksi.
Karakteristik Mayor: Suhu tubuh 38,8°C.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA-I.
- Memuat definisi, faktor berhubungan, dan karakteristik mayor dari setiap diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Memuat pernyataan luaran, kriteria hasil, dan indikator hasil.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Memuat pernyataan intervensi, aktivitas keperawatan, dan kriteria intervensi.
Penerapan standar ini pada kasus di atas dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 6661 | 21 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dirujuk dari RSUD Musi Rawas ke IGD RSMH dengan keluhan utama adalah kulit kering dan terkelupas disertai rasa gatal hampir di seluruh tubuh. Keadaan tersebut terjadi sejak ± 4 hari yang lalu, sebelumnya 8 hari yang lalu kulit pada hampir seluruh tubuh melepuh seperti luka bakar dan nyeri. Kondisi ini berawal dari 2 minggu sebelumnya anak dibawa ke puskesmas karena tertusuk paku. Pengobatan yang dilakukan di puskesmas adalah pasien diberi obat antibiotik amoxicillin. Setelah 2 hari mengkonsumsi antibiotic tersebut, pasien mengeluh tubuhnya terasa panas disertai dengan demam, pusing, dan mual. ibu pasien mengatakan bahwa mulai timbul bintik-bintik merah di kaki pasien, kemudian setelah ± 3 hari bintik-bintik tersebut berisi cairan dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk sekitar mulut namun pada mata pasien masih tetap normal. Kemudian pada hari ke-6 bintik-bintik tersebut pecah, menghitam dan melepuh seperti luka bakar. Pasien juga menyampaikan bahwa ia merasa nyeri saat menelan sehingga membuat pasien tidak berselera untuk makan. Ibu pasien mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya dan tidak mengetahui bagaimana riwayat alergi pasien tersebut sebelumnya. Ibu pasien juga mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga yang sebelumnya mengalami hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah kompos mentis dengan GCS 15. kelainan kulit didapatkan pada hampir seluruh tubuh terdapat patch eritema kehitaman, generalisata dengan erosi yang membasah, krusta coklat dan deskuamasi, secret pada mata +/+. Tanda-tanda vital antara lain tekanan darah: 118/80 mmHg, frekuensi nadi: 101x/menit, frekuensi pernapasan: 28x/menit, suhu :38,8C. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap yaitu nilai leukosit dan eosinofil yang abnormal. Memberi terapi cairan dan elektrolit serta penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life-saving yang akan segera diambil dalam penanganan pasien ini.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat komplikasi penyakit kulit.
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik akibat komplikasi penyakit kulit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kulit.
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan kulit, yang dirasakan oleh pasien.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
Definisi: Peningkatan risiko terpapar atau terkena agen biologi yang dapat menyebabkan penyakit, yang disebabkan oleh kerusakan pada integritas kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat komplikasi penyakit kulit:
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Pasien dapat mengelola aktivitas dengan mengatur ulang prioritas kegiatan.
- Pasien dapat menggunakan alat bantu untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kulit:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit:
- Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi.
- Pasien dapat merawat luka dengan benar.
- Pasien dan keluarga memahami upaya pencegahan infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat komplikasi penyakit kulit:
- Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien.
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk merencanakan program latihan fisik yang aman.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik pengatur ulang prioritas aktivitas.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu aktivitas yang sesuai.
2. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kulit:
- Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan durasi nyeri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (kompres dingin, distraksi, dan relaksasi).
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
- Libatkan keluarga dalam mendukung manajemen nyeri pasien.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit:
- Kaji tanda dan gejala infeksi secara berkala.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan luka yang benar.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan terapi lainnya yang sesuai.
- Pantau status imunologi pasien dan berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dirumuskan berdasarkan kondisi pasien meliputi Intoleransi aktivitas, Nyeri akut, dan Risiko infeksi, yang semuanya terkait dengan komplikasi penyakit kulit yang dialami pasien. Luaran yang diharapkan untuk masing-masing diagnosa keperawatan adalah memungkinkan pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, mengelola nyeri yang dirasakan, dan mencegah terjadinya infeksi lanjut. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian yang komprehensif, kolaborasi dengan tim kesehatan lain, pemberian terapi, edukasi pasien dan keluarga, serta upaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses pemulihan pasien. -
Article No. 6662 | 21 Nov 2024
Klinis : Intervensi Pendukung Keputusasaan Fasilitasi Pengungkapan Perasaan Fasilitasi Perasaan Bersalah Promosi Dukungan Sosial Promosi Dukungan Spiritual Konseling Promosi Manajemen Mood Manajemen Perilaku Pelibatan Keluarga Pencegahan Bunuh Diri Promosi Dukungan Keluarga Perawatan Diri Promosi Sistem Pendukung Terapi Kognitif Perilaku Teknik Menenangkan Terapi Reminiscence
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Intervensi Pendukung Keputusasaan:
Diagnosa Keperawatan:
Keputusasaan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keputusasaan didefinisikan sebagai hilangnya harapan untuk memulihkan atau memperbaiki kondisi saat ini.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Fasilitasi Pengungkapan Perasaan: Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan negatif, seperti kesedihan, kecemasan, atau kemarahan.
2. Fasilitasi Perasaan Bersalah: Membantu klien untuk mengeksplorasi dan memahami perasaan bersalah yang dialami.
3. Promosi Dukungan Sosial: Memfasilitasi keterlibatan orang-orang terdekat untuk memberikan dukungan emosional kepada klien.
4. Promosi Dukungan Spiritual: Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas spiritual yang dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya.
5. Konseling Promosi: Memberikan dukungan dan bimbingan kepada klien agar dapat menghadapi masalah dan membuat keputusan yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mood: Memantau dan memfasilitasi perubahan mood klien untuk mencapai kondisi mood yang stabil.
2. Manajemen Perilaku: Memantau dan memfasilitasi perubahan perilaku klien untuk mencapai perilaku yang sehat.
3. Pelibatan Keluarga: Melibatkan keluarga dalam perawatan klien untuk memberikan dukungan emosional dan praktis.
4. Pencegahan Bunuh Diri: Memantau dan mencegah terjadinya upaya bunuh diri pada klien.
5. Promosi Dukungan Keluarga: Memfasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan praktis kepada klien.
6. Perawatan Diri: Membantu klien untuk melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari.
7. Promosi Sistem Pendukung: Memfasilitasi klien untuk mengakses dan memanfaatkan sistem pendukung yang tersedia.
8. Terapi Kognitif Perilaku: Membantu klien untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak adaptif.
9. Teknik Menenangkan: Menggunakan teknik-teknik untuk membantu klien mencapai ketenangan dan relaksasi.
10. Terapi Reminiscence: Memfasilitasi klien untuk mengingat dan menceritakan kembali pengalaman-pengalaman positif di masa lalu.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, nurse