Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20747 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI: 10019)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 10063)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk merawat diri sendiri atau untuk melakukan pekerjaan rutin.
3. Risiko Infeksi (SDKI: 10100)
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan pedoman baku untuk menentukan diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Setiap diagnosis keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah pedoman baku untuk menentukan luaran/hasil keperawatan yang diharapkan dicapai oleh pasien sesuai dengan diagnosis keperawatan. Setiap luaran keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah pedoman baku untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Setiap intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 20748 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria usia 20 tahun, datang dengan keluhan nyeri tumpul perut kanan atas lebih dari 3 minggu
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala yang disampaikan, yaitu nyeri tumpul pada kuadran kanan atas abdomen yang berlangsung lebih dari 3 minggu pada pasien pria usia 20 tahun, maka dapat ditetapkan diagnosis dan kode ICD-10 sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K82.8
- Deskripsi: Gangguan kandung empedu lainnya, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
- Kode K82.8 mencakup berbagai kondisi atau gangguan kandung empedu yang tidak termasuk dalam kategori lain, seperti kolestasis, hidrops kandung empedu, dan kolestinosis kandung empedu.
- Gejala nyeri tumpul pada kuadran kanan atas abdomen yang berlangsung lama dapat mengarah pada adanya gangguan pada kandung empedu, meskipun diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 51.23
- Deskripsi: Kolekistektomi laparoskopik.
Penjelasan:
- Jika setelah evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang, diagnosis akhir mengarah pada gangguan kandung empedu yang memerlukan tindakan operatif, maka kode prosedur ICD-9-CM yang sesuai adalah 51.23 untuk kolekistektomi laparoskopik.
- Prosedur ini dilakukan untuk mengangkat kandung empedu yang bermasalah dengan pendekatan minimal invasif menggunakan teknik laparoskopik. -
Article No. 20749 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria usia 20 tahun, datang dengan keluhan nyeri tumpul perut kanan atas lebih dari 3 minggu, hasil pemeriksaan usg menunjukkan adanya abses hepar dengan diameter 2 cm
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus pasien pria usia 20 tahun dengan abses hepar berdasarkan data klinis yang diberikan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.1.3: Nyeri Akut**
**Definisi**: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Faktor Penyebab**:
- *Faktor terkait*: Proses inflamasi/abses hepar (kode PPNI: E.2.1.1).
- *Faktor risiko*: Ukuran abses 2 cm (E.2.1.2).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.1.3.1: Tingkat Nyeri Menurun**
**Indikator**:
- Skala nyeri (0–10) turun dari ?5 menjadi ?3 dalam 24–48 jam.
- Pasien mampu menunjukkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misal: relaksasi napas dalam).
**Kode LO.2.1.1: Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi**
*(Relevan jika ada gangguan nafsu makan akibat nyeri)*
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.1.3.1: Manajemen Nyeri**
**Intervensi**:
1. *Farmakologis*: Kolaborasi pemberian analgesik (contoh: parasetamol/NSAID) sesuai resep (kode: I.1.3.1.1).
2. *Nonfarmakologis*: Ajarkan teknik distraksi atau relaksasi (I.1.3.1.3).
3. *Edukasi*: Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya kepatuhan terapi (I.1.3.1.4).
**Kode I.2.1.1: Manajemen Infeksi**
*(Relevan untuk abses hepar)*:
- Pantau tanda vital (demam, leukositosis).
- Kolaborasi pemberian antibiotik (I.2.1.1.2).
---
### **Catatan Akademis-Pakar**
1. **Dasar Teori**: Abses hepar menyebabkan nyeri melalui stimulasi reseptor nyeri di kapsul Glisson. Nyeri bersifat *visceral* (tumpul, terlokalisasi kanan atas).
2. **Prioritas**: Fokus pada manajemen nyeri dan infeksi untuk mencegah komplikasi (ruptur abses/sepsis).
3. **Evaluasi**: Gunakan *pain assessment tool* (skala numerik) dan pantau respon terapi setiap 4 jam.
---
Format ini memenuhi standar PPNI dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut (misal: adanya komorbiditas), diagnosa tambahan seperti *Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan* (DX.3.1) dapat dipertimbangkan.
**Referensi**:
- Buku *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)* Edisi 2016.
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)* Edisi 2018.
*(Dokumen ini siap untuk disimpan dalam rekam medis atau presentasi akademis).* -
Article No. 20750 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria usia 20 tahun, datang dengan keluhan nyeri tumpul perut kanan atas lebih dari 3 minggu, hasil pemeriksaan usg menunjukkan adanya abses hepar dengan diameter 2 cm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K75.0
- Deskripsi: Abses hati
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.0
- Deskripsi: Drainase abses hati
Penjelasan:
Pasien pria usia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri tumpul di perut kanan atas yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) menunjukkan adanya abses hati dengan diameter 2 cm.
Kode ICD-10 K75.0 (Abses hati) sesuai dengan kondisi pasien, yaitu adanya abses di dalam hati. Abses hati merupakan akumulasi cairan dan pus di dalam jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasit.
Untuk tindakan medis, kode ICD-9-CM 47.0 (Drainase abses hati) adalah prosedur yang sesuai. Drainase abses hati dilakukan untuk mengeluarkan cairan dan pus dari dalam abses, dengan tujuan mengurangi tekanan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Prosedur ini umumnya dilakukan secara radiologi intervensi, di mana dokter memasukkan kateter atau jarum ke dalam abses di bawah panduan USG atau CT scan, lalu cairan dan pus dikeluarkan. Hal ini bertujuan untuk mengatasi infeksi dan membantu penyembuhan. -
Article No. 20751 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.20
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak dinyatakan lebih lanjut
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 untuk "Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif" adalah kode yang sesuai untuk pasien ini. Pasien datang dengan gejala-gejala khas tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Selain itu, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru, yang mendukung diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.20 untuk "Bronkoskopi, tidak dinyatakan lebih lanjut" adalah kode prosedur yang mungkin dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Bronkoskopi dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan mikrobiologis atau histologis, yang dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Catatan: Kode-kode ini hanya merupakan contoh dan harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan, temuan klinis, dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien ini. -
Article No. 20752 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Kode: 10001
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: 10090
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 10002
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (1910)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Toleransi Aktivitas (0005)
Definisi: Kemampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Bebas Infeksi (1924)
Definisi: Tidak ada tanda dan gejala infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi bersihan jalan napas.
2. Manajemen Aktivitas (0200)
Definisi: Pengaturan, fasilitasi, dan dukungan untuk aktivitas fisik.
3. Pencegahan Infeksi (6540)
Definisi: Meminimalkan risiko infeksi pada pasien.
Dalam kondisi pasien ini, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Jalan Napas, Manajemen Aktivitas, dan Pencegahan Infeksi untuk membantu pasien dalam pemulihan. -
Article No. 20753 | 14 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien pria, usia 45 tahun, dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pembersihan sekret atau obstruksi pada saluran napas.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, keletihan, dan kelemahan otot pernapasan.
b. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
Penyebab: Penyakit pernapasan, kelelahan otot pernapasan, dan gangguan neurologis.
c. Kurang Pengetahuan
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Penyebab: Terbatasnya pengalaman, kurangnya pemaparan, dan kurangnya minat untuk belajar.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat batuk secara efektif.
2) Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan baik.
3) Pasien memiliki suara napas yang jernih.
4) Pasien memiliki saturasi oksigen dalam batas normal.
b. Pola Napas Efektif
Kriteria Hasil:
1) Pasien memiliki frekuensi napas dalam batas normal.
2) Pasien memiliki kedalaman napas yang adekuat.
3) Pasien memiliki irama napas yang teratur.
4) Pasien tidak mengalami sesak napas.
c. Pengetahuan Peningkatan Kesehatan
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat menjelaskan penyakitnya.
2) Pasien dapat menjelaskan pengobatan yang diberikan.
3) Pasien dapat menjelaskan tindakan-tindakan yang dapat membantu proses pemulihan.
4) Pasien dapat menjelaskan perilaku sehat yang harus dilakukan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
2) Auskultasi suara napas
3) Kolaborasi pemberian oksigen, bronkodilator, dan mukolitik
4) Ajarkan teknik batuk efektif
5) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, percussions, dan vibrasi)
b. Ketidakefektifan Pola Napas
1) Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
2) Auskultasi suara napas
3) Kolaborasi pemberian oksigen, bronkodilator, dan mukolitik
4) Atur posisi semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan
5) Anjurkan latihan pernapasan (kontrol napas, latihan napas dalam, dll.)
c. Kurang Pengetahuan
1) Identifikasi tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Jelaskan tentang penyakit, pengobatan, dan proses pemulihan
3) Ajarkan tindakan-tindakan yang dapat membantu proses pemulihan
4) Berikan edukasi tentang perilaku sehat yang harus dilakukan
5) Libatkan keluarga dalam proses pembelajaran
Penjelasan di atas merupakan contoh komprehensif dari diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan tuberkulosis paru. Setiap poin telah dijelaskan secara rinci dan terperinci sesuai dengan tone akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 20754 | 14 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit telinga, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau meningkat dalam derajat dan berakhir dalam waktu yang diperkirakan, terkait dengan cedera, penyakit, atau disfungsi pada struktur atau fungsi tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00132
- Judul: Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau meningkat dalam derajat dan berakhir dalam waktu yang diperkirakan, terkait dengan cedera, penyakit, atau disfungsi pada struktur atau fungsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1605
- Judul: Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit dan nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1400
- Judul: Manajemen Nyeri
- Definisi: Pengurangan rasa sakit atau diskomfort yang dialami pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien datang dengan keluhan sakit telinga, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul secara tiba-tiba. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Dalam SDKI, Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau meningkat dalam derajat dan berakhir dalam waktu yang diperkirakan, terkait dengan cedera, penyakit, atau disfungsi pada struktur atau fungsi tubuh.
Dalam SLKI, luaran yang sesuai adalah Kontrol Nyeri (1605), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengontrol rasa sakit dan nyeri yang dirasakan. Sedangkan dalam SIKI, intervensi yang sesuai adalah Manajemen Nyeri (1400), yang didefinisikan sebagai pengurangan rasa sakit atau diskomfort yang dialami pasien. -
Article No. 20755 | 14 Aug 2025
Klinis : Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L89.0
- Deskripsi: Ulkus dekubitus (gangguan integritas kulit akibat tekanan)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, selektif
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 L89.0 menggambarkan ulkus dekubitus atau gangguan integritas kulit akibat tekanan yang terjadi pada pasien yang tidak dapat bergerak atau berbaring lama. Kondisi ini sering ditemukan pada pasien yang dirawat lama di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
2. Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini adalah debridemen luka selektif, dengan kode ICD-9-CM 86.22. Debridemen merupakan tindakan pembersihan luka dengan menghilangkan jaringan nekrotik, debris, dan material asing dari luka untuk memfasilitasi penyembuhan.
Dokter atau perekam medis harus mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dengan menggunakan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk memastikan dokumentasi medis yang akurat dan lengkap. -
Article No. 20756 | 14 Aug 2025
Klinis : Feces cair, tidak adadarah atau lendir, warnadan aroma khas feces ,BU : 20 x/mnt. Klien mengatakan Babcair lebih 10x dalamsehari, mules danmelilit saat Bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu feses cair, tidak ada darah atau lendir, warna dan aroma khas feses, dan frekuensi BAB lebih dari 10 kali dalam sehari dengan keluhan mulas dan nyeri melilit saat BAB, dapat ditetapkan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya, sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
Diare (00013)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare (00013)
Definisi: Pengeluaran feses cair yang terjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.
Kode: 00013
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Diare (1608)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan episode diare.
Kode: 1608
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Diare (4019)
Definisi: Upaya untuk mengontrol atau mengendalikan episode diare.
Kode: 4019
Penjelasan singkat:
Diare merupakan pengeluaran feses cair yang terjadi lebih dari tiga kali dalam sehari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi saluran pencernaan, intoleransi makanan, efek samping obat, atau kondisi medis lainnya. Tujuan penanganan diare adalah untuk mengendalikan episode diare dan mencegah komplikasi, seperti dehidrasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, perawatan higiene, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.