Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19991 | 23 Jul 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi diare, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Diare:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses cair atau encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, atau parasit; intoleransi makanan; efek samping obat-obatan; dan faktor psikologis.
2. Resiko Dehidrasi
Definisi: Rentan mengalami ketidakseimbangan cairan tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akibat diare.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Diare Akut
Definisi: Pemulihan dari kondisi diare akut dengan karakteristik: frekuensi defekasi menurun menjadi normal, konsistensi feses kembali normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi defekasi menurun menjadi 1-2 kali per hari
- Konsistensi feses kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (misalnya mulut kering, turgor kulit menurun, dan lainnya)
2. Keseimbangan Cairan
Definisi: Keadaan di mana volume dan komposisi cairan tubuh berada dalam batas normal.
Kriteria Hasil:
- Intake dan output cairan seimbang
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elektrolit dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diare Akut
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengatasi diare akut dan mencegah komplikasi.
Kegiatan Utama:
- Kaji tanda dan gejala diare, frekuensi, dan konsistensi feses
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Monitor asupan dan output cairan
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang mudah dicerna
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
2. Manajemen Cairan
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kegiatan Utama:
- Kaji status cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian cairan dan elektrolit
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan diare akut dan risiko dehidrasi dipilih karena pasien dengan diare mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi. Luaran yang diharapkan adalah pemulihan diare akut dan keseimbangan cairan, yang dapat dicapai melalui intervensi manajemen diare akut dan manajemen cairan. Intervensi tersebut bertujuan untuk mengatasi gejala diare, mencegah komplikasi, dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien. -
Article No. 19992 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien riwayat kejang 3 kali,dan sempat tak sadarkan diri,riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan riwayat kejang dan stroke, dengan penjelasan yang rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurovascular
Definisi: Kerentanan terhadap gangguan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat mengancam fungsi seluler.
Faktor Risiko: Riwayat stroke, riwayat kejang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Neurovaskular
Definisi: Kondisi di mana aliran darah ke otak terjaga dan fungsi saraf terpelihara.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi serebral (misalnya: kesadaran menurun, perubahan fungsi motorik, sensorik, atau kognitif).
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya: sakit kepala, mual, muntah, perubahan pupil).
c. Tidak ada episode kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Neurovaskular
Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait fungsi saraf dan sirkulasi darah untuk mengidentifikasi perubahan atau risiko.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Pantau status kesadaran dan fungsi neurologi (misalnya: tingkat kesadaran, gerakan, sensorik, dan reflek).
c. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya: sakit kepala, mual, muntah, perubahan pupil).
d. Pantau kejadian kejang.
e. Lakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat.
2. Manajemen Kejang
Definisi: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan meminimalkan episode kejang.
Aktivitas:
a. Identifikasi faktor pemicu kejang (misalnya: stres, kelelahan, ketidakseimbangan elektrolit).
b. Berikan obat anti-kejang sesuai resep.
c. Pertahankan lingkungan yang aman selama episode kejang.
d. Pantau tanda-tanda dan gejala sebelum, selama, dan setelah episode kejang.
e. Edukasikan pasien dan keluarga tentang manajemen kejang.
3. Manajemen Stroke
Definisi: Intervensi untuk mencegah komplikasi dan memaksimalkan pemulihan setelah stroke.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala.
b. Pertahankan posisi yang aman dan nyaman untuk mencegah komplikasi.
c. Berikan terapi fisik, okupasi, dan wicara sesuai kebutuhan.
d. Edukasikan pasien dan keluarga tentang gaya hidup sehat, manajemen faktor risiko, dan tanda-tanda stroke.
e. Koordinasikan perawatan dengan tim multidisiplin.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakstabilan Neurovaskular" dipilih karena pasien memiliki riwayat kejang dan stroke, yang meningkatkan risiko gangguan aliran darah ke otak dan penurunan suplai oksigen serta nutrisi ke otak. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan neurovaskular, manajemen kejang, dan manajemen stroke untuk mencapai luaran yang diharapkan yaitu stabilitas neurovaskular, di mana aliran darah ke otak terjaga dan fungsi saraf terpelihara. -
Article No. 19993 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien riwayat kejang 3 kali,dan sempat tak sadarkan diri,riwayat stroke,dan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan riwayat kejang, stroke, dan hipertensi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal, yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran, perilaku, sensori, atau fungsi motorik.
Faktor Risiko: Riwayat kejang, riwayat stroke, dan hipertensi.
2. Ketidakstabilan Neurologi
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perubahan fungsi saraf yang dapat mengancam kehidupan.
Faktor Terkait: Riwayat stroke dan hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
- Tidak terjadi episode kejang selama perawatan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terjadi cedera akibat kejang
2. Ketidakstabilan Neurologi
- Tidak terjadi penurunan kesadaran
- Tidak terjadi perubahan fungsi motorik
- Tidak terjadi perubahan sensori
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Cedera: Risiko Kejang
a. Identifikasi faktor risiko kejang (riwayat kejang, stroke, hipertensi)
b. Pantau tanda-tanda vital secara rutin
c. Berikan terapi antikonvulsan sesuai resep
d. Lakukan pencegahan cedera saat episode kejang (misal: atur posisi tidur, beri bantalan)
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko kejang dan tindakan pencegahan
2. Ketidakstabilan Neurologi
a. Pantau status neurologis pasien (kesadaran, fungsi motorik, sensorik)
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi
c. Atur posisi tidur untuk mencegah komplikasi
d. Berikan stimulasi sensori sesuai kemampuan pasien
e. Lakukan perawatan untuk mencegah komplikasi (misalnya, pencegahan dekubitus)
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala ketidakstabilan neurologi dan tindakan yang perlu dilakukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Cedera: Risiko Kejang" dan "Ketidakstabilan Neurologi" dipilih karena pasien memiliki riwayat kejang, stroke, dan hipertensi yang meningkatkan risiko terjadinya komplikasi neurologis. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan, pencegahan, pemberian terapi, serta edukasi pasien dan keluarga untuk mencegah terjadinya kejang, menjaga stabilitas neurologis, dan mencegah komplikasi. Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi episode kejang, tidak terjadi penurunan kesadaran atau perubahan fungsi motorik dan sensorik selama perawatan. -
Article No. 19994 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien usia 56 tahun datang dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, kejang 3 kali,riwayat hipertensi gula darah 193
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang berusia 56 tahun dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, riwayat hipertensi, serta gula darah 193, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kejang
Pasien berisiko mengalami cedera fisik akibat kejang yang terjadi. Hal ini perlu ditangani segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Luaran/Outcome SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/outcome sebagai berikut:
1. Tidak terjadi cedera fisik selama episode kejang
Pasien mampu mengendalikan dan mencegah terjadinya cedera fisik selama episode kejang berlangsung. Hal ini dapat dinilai melalui indikator seperti tidak adanya luka atau memar pada pasien serta tidak terjatuh saat kejang.
2. Pemulihan kesadaran dalam waktu yang sesuai
Pasien dapat kembali sadar dalam rentang waktu yang normal setelah episode kejang berakhir. Indikator yang dapat digunakan adalah pasien kembali membuka mata, dapat merespon stimulus, serta memiliki kesadaran yang baik.
3. Terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal
Setelah episode kejang, pasien dapat mengendalikan kadar gula darahnya sehingga berada dalam rentang normal. Indikator yang dapat digunakan adalah pemeriksaan berkala terhadap kadar gula darah pasien.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/outcome yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Kejang
a. Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera saat kejang terjadi
b. Pastikan jalan napas pasien tetap terbuka
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Berikan obat antikonvulsan sesuai instruksi dokter
e. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Manajemen Gula Darah
a. Pantau kadar gula darah pasien secara rutin
b. Berikan insulin sesuai instruksi dokter untuk mengendalikan kadar gula darah
c. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya pengendalian gula darah
3. Pemantauan Kesadaran
a. Lakukan penilaian tingkat kesadaran pasien secara berkala menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS)
b. Pantau tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, dan respirasi
c. Lakukan stimulasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesadaran pasien
d. Catat setiap perubahan yang terjadi pada kondisi kesadaran pasien
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/outcome yang diharapkan dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius akibat kejang dan kondisi komorbid yang dimiliki. -
Article No. 19995 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien usia 56 tahun datang dengan keluhan kejang dan tidak sadarkan diri, kejang 3 kali,riwayat hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai untuk pasien dengan kondisi tersebut, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode DX.0006** **Risiko Cedera** b.d **kejang berulang** dan **penurunan kesadaran**
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi**: Pasien berisiko mengalami cedera fisik akibat kejang berulang dan penurunan kesadaran.
- **Faktor Risiko**:
- Riwayat hipertensi (faktor risiko stroke/kejang)
- Episode kejang berulang (3 kali)
- Penurunan kesadaran (tidak sadarkan diri)
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode LK.0801** **Keselamatan fisik terpenuhi**
- Kriteria:
- Pasien bebas dari cedera selama kejang
- Lingkungan aman (pencegah jatuh, bantalan pelindung)
- Keluarga memahami tindakan pencegahan
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode IK.0203** **Manajemen Kejang**
- Tindakan:
- Mempertahankan jalan napas (posisi lateral, suction jika perlu)
- Lindungi dari cedera (hindari restraint, beri bantalan kepala)
- Observasi tanda vital (TD, nadi, saturasi O?)
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan (jika diperlukan)
---
### **Diagnosa Tambahan (Opsional)**
**Kode DX.0018** **Gangguan Persepsi Sensorik: Kesadaran** b.d **penurunan kesadaran pasca kejang**
#### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI**: Penurunan respons terhadap rangsangan lingkungan akibat kejang.
2. **SLKI (LK.0301)** **Tingkat kesadaran membaik** (skala GCS meningkat).
3. **SIKI (IK.0302)** **Pemantauan Neurologis**:
- Monitor GCS, reaksi pupil, dan tanda vital.
---
### **Catatan Penting**
- **Tone Akademis & Persona Pakar**: Penjelasan disajikan secara sistematis dengan kode PPNI untuk memenuhi standar keperawatan nasional.
- **Hipertensi sebagai Faktor Risiko**: Perlu pemantauan tekanan darah untuk mencegah kejang berulang (misal: ensefalopati hipertensi).
- **Kolaborasi**: Dokter untuk evaluasi penyebab kejang (CT scan, EEG, atau terapi medis).
Semoga membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, informasikan data tambahan seperti hasil pemeriksaan penunjang atau kondisi spesifik pasien.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 19996 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri,pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri, pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, yaitu pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri, serta memiliki riwayat penyakit hipertensi, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral (00208)
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Hipertensi, iskemia serebral.
Karakteristik Mayor: Kejang, kehilangan kesadaran.
Penjelasan: Kondisi pasien yang mengalami kejang dan tidak sadarkan diri dapat disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan serebral, yang dapat dikaitkan dengan riwayat hipertensi yang dimiliki oleh pasien. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak, sehingga mengganggu aliran darah dan oksigenasi ke otak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Berdasarkan Diagnosa Keperawatan di atas, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
a. Pemulihan Perfusi Jaringan Serebral (1810)
Definisi: Tercapainya perfusi yang adekuat ke otak.
Indikator:
- Kemampuan mengikuti perintah sederhana
- Tidak ada tanda-tanda hipertensi yang tidak terkontrol
- Kesadaran membaik
Penjelasan: Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan perfusi jaringan serebralnya, sehingga tidak lagi mengalami kejang dan kesadarannya dapat kembali membaik. Indikator-indikator tersebut menunjukkan bahwa aliran darah dan oksigenasi ke otak telah pulih, serta tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Pemulihan Perfusi Jaringan Serebral, maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Hipertensi (6680)
Definisi: Pemberian intervensi untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
Aktivitas:
- Pantau tekanan darah secara berkala
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep
- Anjurkan pasien untuk mengurangi asupan natrium
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur
b. Perawatan Kejang (2304)
Definisi: Pemberian intervensi untuk menghentikan aktivitas kejang dan mencegah terjadinya komplikasi.
Aktivitas:
- Posisikan pasien pada posisi aman
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Berikan obat antikonvulsan sesuai resep
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
c. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (6610)
Definisi: Pemberian intervensi untuk mencegah dan mengendalikan peningkatan tekanan di dalam rongga kranial.
Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Posisikan kepala pasien dalam posisi elevasi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan intrakranial jika diperlukan
Penjelasan: Intervensi Keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengontrol hipertensi, menghentikan aktivitas kejang, serta mencegah dan mengendalikan peningkatan tekanan intrakranial. Dengan menerapkan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan dapat memulihkan perfusi jaringan serebral sehingga pasien dapat kembali sadar dan fungsi neurologisnya dapat membaik. -
Article No. 19997 | 23 Jul 2025
Klinis : DS: -Orang tua pasien mengatakan pasien kejang 1x hari ini -Mata kelojotan menghadap atas kurang dari 5 menit jam 16.00, dan saat kejang pasien tidak sadar -Pasien demam 1 hari ini, mulai pagi jam 04.00 -Mual dan muntah 1x berisi makanan -Orang tua pasien sudah memberikan paraceamol namun keluhan belum membaik DO : -Suhu 38.7 C -RR 22x/menit -Saturasi O2 96% Nadi 110 x/meni
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan data yang diberikan:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Perfusi Jaringan Otak (SDKI Code: 00093)**
**Definisi:** Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak akibat kejang dan demam tinggi.
**Data Pendukung:**
- Kejang tonik-klonik dengan mata menghadap atas (<5 menit) dan penurunan kesadaran.
- Demam tinggi (38,7°C) sebagai faktor pemicu kejang.
- Takikardia (Nadi: 110x/menit) menunjukkan peningkatan metabolisme.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0901 Perfusi Jaringan Otak Memadai**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kesadaran kembali normal (GCS 15).
- Tidak ada kejang berulang.
- Tanda vital stabil (suhu ?37,5°C, nadi 60100x/menit).
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 2630 Manajemen Kejang**
**Intervensi Utama:**
1. **Pemantauan Neurologis:**
- Observasi frekuensi, durasi, dan karakteristik kejang.
- Pantau GCS dan tanda vital setiap 12 jam.
2. **Manajemen Suhu:**
- Kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Berikan antipiretik sesuai resep (paracetamol).
3. **Pencegahan Cedera:**
- Posisikan pasien miring (recovery position) selama kejang.
- Hindari restrain pasien.
4. **Kolaborasi Pemberian Antikonvulsan** (jika diperlukan).
**SIKI Code: 2400 Manajemen Hipertermia**
**Intervensi Tambahan:**
- Pantau suhu tubuh setiap 30 menit1 jam.
- Anjurkan intake cairan adekuat.
---
### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI 00093** dipilih karena kejang dan demam tinggi berisiko menyebabkan hipoksia otak.
- **SLKI 0901** menjadi target luaran untuk memastikan perfusi otak adekuat pasca-kejang.
- **SIKI 2630 & 2400** adalah intervensi prioritas untuk mengatasi kejang dan hipertermia penyebabnya.
**Catatan:** Jika pasien memiliki riwayat epilepsi atau infeksi (misal: meningitis), diagnosa tambahan seperti **Risiko Infeksi (SDKI 00004)** atau **Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik (SDKI 00078)** dapat dipertimbangkan.
Semoga membantu. Jika memerlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
*(Ditulis dalam format RTF sesuai permintaan.)* -
Article No. 19998 | 23 Jul 2025
Klinis : DS: -Orang tua pasien mengatakan pasien kejang 1x hari ini -Mata kelojotan menghadap atas kurang dari 5 menit jam 16.00, dan saat kejang pasien tidak sadar -Pasien demam 1 hari ini, mulai pagi jam 04.00 -Mual dan muntah 1x berisi makanan -Orang tua pasien sudah memberikan paraceamol namun keluhan belum membaik DO : -Suhu 38.7 C -RR 22x/menit -Saturasi O2 96% Nadi 110 x/meni
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang (Kode: 00155)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang: Keadaan rentan mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal dan tidak terkontrol.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Kejang (Kode: L13001)
Definisi: Kemampuan untuk mencegah, mengenali, dan mengelola kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kejang (Kode: I13001)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengenali, dan mengelola kejang.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada risiko kejang, seperti mata kelojotan, tidak sadar saat kejang, dan demam. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang. Untuk mengatasi kondisi ini, perawat dapat melakukan intervensi berdasarkan SIKI, yaitu Manajemen Kejang, dengan tujuan untuk memantau, mencegah, dan mengelola kejang pada pasien. Luaran yang diharapkan sesuai SLKI adalah Kontrol Kejang, dimana pasien dan keluarga dapat mencegah, mengenali, dan mengelola kejang. -
Article No. 19999 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri luka operasi sc skala 3, kaki masih kesemutan efek anestesi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu.
Faktor yang berhubungan: Prosedur pembedahan.
2. Gangguan sensibilitas perifer
Definisi: Perubahan fungsi sensorik atau motorik pada anggota tubuh, yang disebabkan oleh lesi pada sistem saraf perifer.
Faktor yang berhubungan: Efek samping anestesi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Individu melaporkan nyeri terkendali atau berkurang.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien menunjukkan perilaku yang menandakan nyeri berkurang.
2. Sensibilitas Perifer Membaik
Definisi: Individu menunjukkan pemulihan fungsi sensorik dan motorik yang terganggu.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tidak ada lagi rasa kesemutan.
b. Pasien menunjukkan peningkatan fungsi sensibilitas perifer.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres hangat/dingin.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
2. Perawatan Sensibilitas Perifer
a. Kaji fungsi sensorik dan motorik anggota tubuh yang terkena.
b. Lakukan stimulasi sensorik secara bertahap untuk meningkatkan sensibilitas.
c. Ajarkan latihan mobilisasi yang sesuai untuk memulihkan fungsi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi fisik, jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol dan sensibilitas perifer membaik. Hal ini akan membantu pasien dalam proses penyembuhan dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 20000 | 23 Jul 2025
Klinis : Bayi ikterus sudah dimasukan kedalam foto terapi Uv
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi bayi ikterus yang sudah dimasukkan ke dalam fototerapy UV:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Penurunan Kadar Bilirubin". Diagnosa ini mencerminkan masalah utama yang dihadapi oleh bayi dengan ikterus yang telah menjalani fototerapy UV.
Penurunan Kadar Bilirubin didefinisikan sebagai peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan ikterus dan membutuhkan intervensi untuk menurunkannya. Pada kasus bayi dengan ikterus yang telah menjalani fototerapy UV, diagnosa ini menggambarkan kondisi saat ini, di mana penurunan kadar bilirubin menjadi fokus utama asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
a. Kadar Bilirubin Menurun: Indikator yang menunjukkan bahwa kadar bilirubin dalam darah bayi telah menurun ke level yang aman, sesuai dengan usia dan berat badan bayi.
b. Tanda-Tanda Vital Stabil: Indikator yang menunjukkan bahwa tanda-tanda vital bayi, seperti suhu, denyut nadi, dan pernapasan, berada dalam rentang normal.
c. Tidak Terjadi Komplikasi: Indikator yang menunjukkan bahwa bayi tidak mengalami komplikasi terkait dengan ikterus, seperti kerusakan otak (kern ikterus) atau gangguan organ lainnya.
d. Orangtua Menunjukkan Pemahaman yang Baik: Indikator yang menunjukkan bahwa orangtua bayi memahami kondisi anaknya, perawatan yang diberikan, dan dapat melanjutkan perawatan di rumah dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan Kadar Bilirubin: Melakukan pemantauan kadar bilirubin secara berkala, baik melalui pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan non-invasif (transcutaneous bilirubin), untuk mengevaluasi efektivitas fototerapy.
b. Optimalisasi Fototerapy: Memastikan bahwa fototerapy yang diberikan sudah optimal, dengan mengatur intensitas, jarak, dan durasi paparan sinar UV sesuai dengan kondisi bayi.
c. Perawatan Kulit: Melakukan perawatan kulit bayi selama menjalani fototerapy, seperti menjaga kelembaban kulit, mencegah iritasi, dan melindungi mata bayi dari paparan sinar UV.
d. Dukungan Nutrisi: Memastikan bahwa bayi mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat, baik melalui pemberian ASI atau susu formula, untuk mendukung proses penurunan kadar bilirubin.
e. Edukasi dan Konseling Orangtua: Memberikan edukasi dan konseling kepada orangtua terkait dengan kondisi bayi, proses penurunan kadar bilirubin, perawatan yang diberikan, serta tindakan yang perlu dilakukan oleh orangtua saat bayi berada di rumah.
f. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi bayi dengan ikterus.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, yaitu penurunan kadar bilirubin, stabilnya tanda-tanda vital, tidak terjadi komplikasi, serta orangtua yang memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi dan perawatan bayi.